FORTY FIVE

4.4K 629 271
                                    

Harum citrus tercampur dengan aroma nikotin memenuhi indra penciumanku. Aku mengepalkan tanganku, dan tubuhku membeku, tidak bisa bergerak. Lelaki ini masih memakai parfum yang sama seperti dulu, membuatku bisa langsung bisa mengenalinya.

Tiba-tiba saja aku bisa merasakan air yang jatuh menghujami tubuhku. Rintikan air hujan mulai turun perlahan, dan semakin cepat secara bertahap.

Aku memegang kedua lengan kekar yang melingkari tubuhku, mencoba untuk melepasnya. "Lepaskan Jimin, aku harus pergi."

Bukannya melepaskannya, Jimin malah semakin merapatkannya. Aku bisa merasakan wajah lelaki itu yang semakin masuk ke dalam ceruk leherku, dan aku bisa merasakan bibir lelaki itu mengecup ceruk leherku perlahan. Tapi entah kenapa tubuhku tidak bisa segera bereaksi, bahkan tubuhku tidak bisa bergerak untuk melepas pelukan Jimin padahal otakku terus mengatakan untuk segera lepas darinya.

"Aku bilang lepaskan. Hujannya semakin deras," perintahku lagi.

Seluruh tubuhku sudah basah, begitu juga dengannya. Aku menelan ludahku saat aku bisa merasakan lengan Jimin yang bersentuhan langsung dengan kulit tanganku.

"Tidak. Aku tidak akan melepaskanmu," ujar lelaki itu dengan suara yang pelan, tepat di samping telingaku, membuat bulu kudukku seketika merinding.

"Apa yang kau lakukan Park Jimin? Apa kau masih tidak mengerti juga? Kenapa kau bersikap seperti ini?" seruku kesal.

Jimin tidak menjawab pertanyaanku, tapi yang dilakukan lelaki itu adalah melepas pelukannya kemudian memutar tubuhku agar menghadap ke arahnya. Hal pertama yang aku lihat dari lelaki itu adalah wajahnya yang menatapku dengan sendu dan rambutnya yang basah menempel di kulit kepalanya.

Jimin memegang kedua lenganku dengan sangat erat, membuatku tidak bisa terlepas darinya. Kami menatap mata satu sama lain. Aku bisa melihat rambut lelaki itu yang basah sehingga menutupi keningnya, dan juga beberapa tetes air meluncur dengan mulusnya di wajah lelaki itu. Baju yang dikenakan lelaki itu melekat sempurna di tubuhnya sehingga memperlihatkan bentuk tubuhnya yang sempurna.

 Baju yang dikenakan lelaki itu melekat sempurna di tubuhnya sehingga memperlihatkan bentuk tubuhnya yang sempurna

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


Kami terdiam untuk sementara, hanya memandangi satu sama lain. Aku merasa aku sedang terseret ke dalam kedua tatapan matanya, membuatku tidak bisa memalingkan diriku darinya. Aku mengepalkan kedua tanganku, mengumpat dalam hati kenapa aku tiba-tiba menjadi lemah seperti ini.

Kenapa aku tidak bisa berpikir dengan benar? Kenapa aku diam saja? Kenapa aku tidak mencoba untuk melepasnya?

Yang ada di dalam otakku hanyalah bagaimana aku bisa melihat ukiran wajah lelaki ini yang tepat ada di depanku. Dengan mata tajamnya yang terpaku kepadaku, dan bagaimana bibir tebalnya terlihat sangat mencolok di kulit pucatnya.

Jimin mendekatkan wajahnya ke arahku, hingga hidung kami hampir bersentuhan. Aku bisa merasakan tenggorokanku tercekat dan jantungku berdebar sangat kencang melihat lelaki itu dari jarak sedekat ini. Salah satu tangan Jimin terlepas dari lenganku, selanjutnya aku bisa merasakan tangan basah dan dingin lelaki itu menangkup wajahku.

Somersault; pjmDonde viven las historias. Descúbrelo ahora