(21) tersakiti

3.9K 188 40
                                    


Yang lama akan selalu kalah dengan yang selalu ada.

Rasya tertunduk lesu di depan ruang IGD. Cowok itu menatap kosong dinding bercat putih di depannya. Bahunya bersandar pada kursi besi yang di dudukinya.

Tangannya mengusap kasar wajahnya. Rasya mengedarkan pandangannya ke segala arah. Tak menemukan satu orang pun disana kecuali dirinya.

Beberapa detik kemudian cowok itu berdiri. Berjalan gontai ke arah pintu kaca yang bertuliskan IGD itu.

Matanya melemah melihat sang sahabat terbaring lemah di atas brankar rumah sakit. Tubuhnya di penuhi sayatan luka yang sudah mulai mengering.

Yang di maksud adalah arin. Leon yang membawanya ke rumah sakit ini lalu mengabari rasya untuk segera kesini karena ia akan mengambil baju-baju milik arin.

"maafin gue rin",gumamnya lemah.

Rasya kembali duduk di kursi yang ia tinggalkan beberapa menit lalu. Entah bagaimana ini bisa terjadi. Yang jelas rasya tidak mengetahui apa apa mengenai perasaan arin padanya.

****

Waktu terus berlalu dan kini sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Arin juga sudah di pindahkan ke ruang rawat semalam. Kini di rumah sakit hanya ada rasya dan risha yang menunggu arin.

Belum ada keluarga mereka yang berkunjung untuk sekedar menjenguk arin. Padahal mereka tau jika arin belum sadar sejak kemarin. Entahlah apa yang di pikirkan leon dan nita. Sampai sekarang pun mereka tak kunjung datang.

"kamu udah makan?",risha memecah keheningan yg sudah terjadi sejak tadi. Cewek itu menduduki tempat kosong di sebelah rasya.

"nanti aja sha",rasya membalas seadanya.

Pikirannya sedang kalut. Tak berniat berbicara dengan siapapun saat ini. Bahkan sekarang rasya belum juga membahas hubungannya dengan risha. Seminggu yang lalu rasya sudah menyatakan perasaannya pada risha. Dan risha menerimanya. Berarti sekarang mereka sudah resmi berpacaran.

Tetapi rasya jarang memberi kabar terhadap risha. Cowok itu seperti memberi jarak di antara keduanya. Ada yang mengganjal di hati cowok itu perihal arin menyukainya.

"kita ke kantin aja yuk. Temenin aku makan ya?"

Rasya mengangguk pelan. Kemudian ia sudah lebih dulu berjalan keluar kamar tanpa menghiraukan panggilan risha yang masih terdengar hingga telinganya.

Cewek ber kucir kuda itu mengekori rasya yang sudah berjalan lebih dulu meninggalkannya, "tungguin aku",tangan kekar milik rasya berhasil ia raih,lalu ia genggam.

Beberapa detik kemudian, jari jari milik rasya bergerak untuk melepaskan genggaman hangat itu. Cowok itu mempercepat langkahnya tanpa mengucap sepatah katapun.


****

Rasya menduduki salah salah satu bangku kantin rumah sakit. Cowok itu sudah sampai lebih dulu. Rasya juga sudah memesan makanan.

Suara langkah kaki terdengar semakin mendekat. Rasya sudah tau itu pasti risha yang baru saja sampai,"bisa gak sih kalo jalan tungguin aku? Kamu kenapa jadi aneh gini sih",risha memasang raut wajah kesalnya sambil membanting pelan sling bag hitam yang di pakainya.

"gue buru buru",balas rasya cepat.

Risha menatap rasya intens, "kamu kenapa? "

"gak papa"

Helaan nafas berat risha terdengar hingga indra mendengaran milik rasya. Cowok itu tak mau menatap manik mata indah milik risha. Sedari tadi rasya hanya memainkan gantungan kunci yang terpasang pada kunci motornya.

ClarinthaWhere stories live. Discover now