(33) tak tergapai

2.5K 154 10
                                    


Rindu itu seperti hujan di pagi hari,
Tidak ada yang mengharapkan. Namun datang dengan sendirinya

****

Hari hari berlalu begitu cepat, setiap detik,menit,hingga jam telah ia lewati. Semakin hari Arin seperti menjauh dari sekerumun orang. Sering mengurung diri di kamar, bahkan pernah tidak keluar kamar seharian. Banyak yang memaklumi sikap Arin akhir-akhir ini, namun sudah berlangsung hampir dua Minggu Arin seperti ini.

Sekarang, jika tidak di paksa oleh sang mama untuk sekolah, Arin mungkin masih bergeming di atas tempat tidurnya. Kepalanya terasa berat, efek menangis semalam.

Di sekolah, para kelas dua belas akan tetap bersekolah selama seminggu ke depan. Setelah itu, akan di adakan promo night. Setelah itu mereka bebas untuk dua bulan ke depan. Mungkin dua bulan waktu yang sangat sangat cukup untuk berlibur atau sekedar refreshing untuk melepas penat setelah Ujian Nasional.

Arin menyenderkan bahunya pada bangku miliknya. Ia menoleh ke samping, dan tidak ada Yola disana. Sepertinya sahabatnya itu sedang bersama Kenan. Gabut melandanya sekarang, apalagi di kelas hanya terdapat beberapa orang.

"Gak kemana mana rin?",tanya Rika seraya menduduki bangku kosong milik Yola.

"Males gue"

"Lo tambah lama tambah lesu ae, mending gabung lagi lah sama kita. Kayak dulu",ujar Rika.

"Gue gak bisa Rik"

Rika menepuk-nepuk pelan bahu Arin, seolah menyalurkan sesuatu disana. Kali ini Arin bersyukur karena Rika masih peduli padanya. Kesalahan-kesalahannya dahulu membuat ia tidak di percaya lagi dengan orang banyak.

"Gue ke kantin dulu. Kalo mau gabung sama kita-kita jangan sungkan",ucapan Rika segera di balas senyum tipis oleh Arin.

****

Sudah sejak satu jam yang lalu Arin tak kunjung pulang ke rumah. Harusnya jam tiga ia sudah pulang, namun sekarang sudah jam empat. Dan Arin belum pulang juga.

Risha mencoba menghubungi ponselnya beberapa kali. Namun nihil, hanya ada suara operator yang mengatakan jika ponsel milik Arin tidak aktif. Tadi Risha sudah menawari Arin untuk ikut pulang bersamanya, namun cewek itu menolak dengan halus.

Untuk ke sekian kalinya Risha mengirim pesan kepada Arin. Berharap jika Arin akan membaca dan membalas pesannya.

Orang rumah belum tau jika Arin belum tau. Risha terpaksa berbohong, takut kedua orang tuanya khawatir dengan Arin,"kemana sih kamu rin",Risha menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tamu.

"Aku harus bilang ke papa atau enggak ya?",gumamnya pada diri sendiri.

Risha mencoba untuk berfikir positif,siapa tau Arin masih dalam perjalanan pulang. Hanya saja,Risha takut jika Arin akan melakukan hal-hal nekat.

"Arin mana sha?",suara lembut milik sang mama,membuyarkan lamunannya. Risha menjadi gelagapan sendiri, bingung harus menjawab apa pada mamanya ini. Tangannya bergerak menggaruk bagian belakang kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

Wanita paruh baya itu mendekati Risha, seperti ada yang tidak beres dengan putri keduanya ini,"Arin mana? Gak pulang sama kamu sha?"

ClarinthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang