(24) pasar malam

3.3K 146 12
                                    


Bergaul dengan sekumpulan lelaki bukan berarti murahan. Yang bilang murahan itu, karena mereka belum pernah tau rasanya di perlakukan seperti ratu, dan di jaga seperti berlian.

-clarintha

Sunyinya senja membuat arin kembali pada alam mimpinya. Cewek itu sudah 3 hari tidak sekolah karena kondisinya yang belum benar benar pulih. Arin masih bergulung di atas selimutnya, waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Namun belum ada suara teriakkan milik sang ibunda yang biasa membangunkannya.

Tepat pukul setengah lima sore, arin bangun dari tidur nyenyaknya. Arin melangkah menuju kamar mandi untuk segera mandi sore.

Setelah selesai mandi, arin membuka seluruh gorden kamarnya, menampilkan langit cerah pada sore ini. Cuaca yang bagus untuk jalan jalan hm. Namun sebenarnya arin juga malas untuk pergi keluar rumah. Tamu bulanannya datang kemarin, membuat arin malas untuk bepergian kemana saja.

Ketukan pintu dari luar membuat arin tersadar akan lamunannya. Dengan keadaan rambutny yg basah tanpa handuk, arin berjalan menuju pintu kamarnya dan membuka pintu.

"kirain belum bangun", nita tersenyum penuh arti melihat putri sulungnya yang kini sudah terlihat baik baik saja.

Arin menyengir, menunjukkan deretan gigi putihnya, "udah kok mah. Mamah mau masuk?"

Nita berfikir sebentar. Tak ada salahnya ia memasuki kamar arin. Lagipula sudah lama ia tak mengecek kamar putrinya yg satu ini. Nita melangkah, memasuki kamar arin yang sangat berantakan, "kalo habis makan sampahnya buang", wanita paruh baya itu memunguti sampah sampah makanan ringan yang berserakan di lantai kamar.

"mah", arin memanggilnya.

"hm?"

Cewek itu memeluk nita dari belakang. Arin merasakan hangatnya pelukan seorang ibu. Cewek itu mengharapkan ini sejak dulu. Pelukan hangat sang ibunda, "kenapa?", nita berbalik. Menangkup kedua pipi arin yang sudah di aliri dengan air mata.

"makasih ya mah"

Nita tersenyum penuh arti, "untuk apa?"

"untuk semuanya"

****

Rasya :

Pasar malem mau gak? Ntar w jmput jam set 8. Mau?

Arin memandang layar ponselnya sejak tadi. Bimbang antara ingin ikut atau tidak. Di satu sisi ia memang ingin jalan jalan berdua dengan rasya. Namun di sisi lain, tubuhnya sedang tidak bersahabat. Arin sudah menduga itu. Hal biasa, pasti perutnya akan sakit ketika menstruasi.

Sebuah pesan masuk kembali.

Rasya :

Otw

Arin melotot kaget. Rasya bahkan tak meminta persetujuannya terlebih dahulu.

Selang beberapa menit, klakson khas motor rasya terdengar hingga ke pendengaran arin. Cewek itu bahkan belum bersiap-siap. Ia masih memggunakan baju santai rumahan.
Arin membuka jendela kamarnya, lalu melihat rasya bertengger di depan rumahnya sambil memainkan ponsel miliknya.

"WOI GUE GANTI BAJU DULU!", teriak arin.

Rasya sontak mencari sumber suara. Cowok itu menghela nafas berat ketika melihat pintu balkon sudah lebih dulu di tutup.

****

Keriuhan suasana pasar malam membuat dua sejoli ini terbawa suasana malam yang menyenangkan. Arin belum mencoba wahana apa apa sejak tadi. Jujur ia sangat mager. Tapi rasya sudah menariknya terlebih dahulu untuk membeli tiket wahana komedi putar,"naik ini aja ya", rasya agak membesarkan volume suaranya karena kebisingan di pasar malam ini.

"iya",balas arin sambil mengangguk.

Arin menggigit bibirnya dalam dalam. Sungguh, nyeri di perutnya semakin menjadi jadi. Cewek itu masih diam di tempatnya, bahkan rasya sudah lebih dahulu berjalan.

"ayo", rasya mengulurkan tangannya, dan langsung di sambut oleh arin. Cewek itu menyamai langkah nya dengan rasya.

"naik duluan"

Arin duduk di dalamnya lalu di susul oleh rasya," muka lo tegang amat? Takut lo?"

"kagak"

"sini pegang tangan gue. Sapa tau aj teriak teriak pas di atas nanti", rasya tertawa keras lalu mengambil tangan mungil milik arin untuk ia genggam.

Bianglala tersebut semakin lama semakin cepat berputar. Arin menggenggam kuat tangan kekar milik rasya. Cewek itu benar benar merasakan nyeri di perutnya.

Rasya tersadar, arin hanya diam sedari tadi sambil sesekali memejamkan matanya. Tangannya juga dapat merasakan semakin kencang tangan arin menggenggamnya. Hingga akhirnya bianglala tersebut berhenti dan sampai di bawah. Namun arin belum juga membuka matanya,"rin?"

"ha?", arin membuka matanya perlahan melihat bahwa pintunya sudah terbuka.

"ayo turun"

Rasya sudah turun terlebih dulu, namun arin belum juga turun. Cewek itu masih setia duduk di atas salah satu bianglala tersebut,"bentar bentar",arin pelan pelan berdiri, mengabaikan nyeri di bagian perutnya.

Mereka berdua sudah turun dari wahana tersebut, dan kemudian beralih untuk membeli beberapa makanan ringan disana. Arin mengikuti langkah rasya, hingga akhirnya manik mata miliknya menangkap sosok kenan sedang duduk di salah satu tempat makan yang lumayan dekat dengan dirinya dan rasya berada.

Matanya tak lepas dari sosok kenan yang sedang melahap makanan di sebrang sana. Ada rasa tak biasa ketika ia melihat kenan. Getaran itu kembali hadir ketika arin menatap manik mata milik kenan.

"rin lo tunggu sini biar gue beli makanan",ucap rasya, lalu ia meninggalkan arin untuk membeli makanan.

Jarak mereka berdua mungkin agak dekat sekarang. Hanya bersebrangan. Namun anehnya, kenan hanya fokus dengan makanannya sejak tadi. Cowok dengan topi hitamnya itu sama sekali tidak melihat kemana mana.

Sudah hampir lima belas menit, namun rasya belum juga kembali. Arin bangun dari duduknya, mencoba menghilangkan rasa nyeri di perutnya yang tak hilang hilang sejak tadi. Harusnya tadi arin tidak ikut jika harus seperti ini, "sakit banget anjing!",umpatnya kesal sambil memegang perutnya.

Arin kembali duduk. Hingga seseorang menghampirinya, "lo sakit?"

Suara berat milik seseorang membuat arin membuka kedua matanya. Ada sedikit air mata yang mengalir disana. Arin terkejut melihat lelaki di depannya ini. Dia adalah kenan. Cowok itu sebenarnya memperhatikan gerak gerik arin sedari tadi, "lo sakit?",tanyanya sekali lagi.

"gak",balas arin ketus.

Kenan tersenyum miring. Cowok itu menarik tangan arin secara tiba tiba hingga membuat arin terhuyung ke depan,"aww",ringis arin.

Arin memejamkan matanya,cewek itu mencoba berdiri tegak dan kemudian bersandar pada dinding kayu disana. Kenan terdiam, tak tega melihat wajah arin seperti menahan sakit. Kenan benar benar merasa bersalah. Cowok itu melangkah pelan menghampiri arin dengan wajah khawatirnya,"rin sorry"

Tidak ada jawaban. Arin tak kunjung membalas ucapan kenan.

"gue tadi cuma-", ucapan kenan terpotong. Sebuah tangan mungil milik arin mencengkram erat bahu milik kenan. Cowok itu sontak terkejut. Sedetik kemudian, ia membawa arin untuk kembali duduk di tempatnya tadi.

"kalo lo sakit ngapain jalan",ketus kenan.

"lo sakit apa?"

"perut gue sakit",ucap arin.

Kenan dapat menerka apa yang terjadi pada arin saat ini. Pasti cewek itu sedang pms, "gue anter pulang"

___________________________________

Sorry kalo part ini gaje yaa. Aku ga update dulu selama lebaran ini hehe.

Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin para readers semua♥

Terus kasih saran ya :

#arinkenan
#arinrasya

Tq

ClarinthaWhere stories live. Discover now