(36) aku dan kamu

2.4K 128 9
                                    


Hujan menjadi sebuah pelajaran untuk saya. Bahwasannya, hujan tetap kembali walaupun sudah tau rasanya jatuh berkali kali

****

Risha menghela nafas pelan, mencoba untuk tetap dengan pertahanannya. Membiarkan Kenan untuk tidak menemui Arin. Sejujurnya ia kaget dengan penuturan Kenan yang seakan menyerangnya mendadak,"please..",ucap Kenan memohon. Tersirat rasa iba di dalam hati Risha. Cewek itu menatap nanar ke arah Kenan.

"Masuk, jangan lama-lama",Risha menggeser tubuhnya, memberi akses untuk Kenan masuk.

"Arin di kamarnya",Kenan mengangguk, lalu langsung menuju kamar Arin. Kenan tau letaknya, jadi tidak perlu di antar oleh siapapun.

Langkahnya terhenti di ambang pintu, Kenan terdiam mendengar suara erangan dari dalam. Ia mencoba untuk tetap tenang, berusaha berfikir positif. Perlahan Kenan meraih knop pintu, kemudian membukanya tanpa menimbulkan suara.

Kenan memekik kaget, kala sebuah cutter menguasai Arin,"awasin benda ini",dengan cepat Kenan menarik benda itu kemudian melemparnya entah kemana. Cowok itu menutupi darah yang terus mengalir di tangan Arin dengan bajunya.

"Jangan bego",makinya kepada Arin. Kenan menatap dalam Arin, cewek itu lebih menyeramkan sekarang. Kantung mata yang membesar, dengan keadaan yang acak acakan. Kenan menarik Arin ke dalam dekapannya, namun Arin dengan sigap mendorong Kenan dengan keras.

"Sana! Ngapain lo kesini?"

"Rin, gue minta maaf",Kenan kembali menarik Arin ke dalam dekapannya, ia mencoba memberi ketenangan pada Arin.

Cewek itu meronta lemah, namun tetap saja. Tenaganya sangat lemah di bandingkan dengan Kenan,"awas nan, gue gak mau nusuk sahabat dari belakang",ujar Arin lemah. Arin rindu dekapan ini, namun ia sendiri sadar diri. Siapa yang Kenan miliki sekarang? Jelas-jelas bukan dirinya.

"Stttt.....diem ya",Kenan mengelus puncak kepalanya, tidak membiarkan cewek itu meracau tak jelas.

Tangannya bergerak mengelus puncak kepala Arin, membiarkan Arin untuk tenang di dalam dekapannya,"lo ngapain sih kesini",ucapnya hampir tak bersuara.

Arin menahan sesak di dadanya, ia berusaha untuk tidak menangis di hadapan pria yang sangat ia cintai ini. Perlakuan hangat Kenan membuatnya terbawa kembali dalam masa itu.

"Pulang aja sana"

"Gue bukan orang jahat yang mau ambil lo dari sahabat gue sendiri"

"Gue gak mau di cap jahat"

"Sana pulang, nanti Yola lihat",Arin mendorong pelan bahu Kenan, kemudian langsung menuju kamar mandi di dalam kamarnya. Arin bertumpu pada wastafel, membiarkan ia menumpahkan tangisnya disana.

Bukannya Arin tidak senang jika Kenan mengunjunginya. Hanya saja ia tau jika ada perasaan yang harus di jaga untuk saat ini. Arin ingin tenang sekarang, ia merelakan apa saja asalkan ia bisa tenang. Semuanya selalu terkilas di memorinya, Arin ingin sekali menemui satu persatu orang yang pernah di sakitinya. Lalu meminta maaf dengan tulus.

Banyak sekali orang yang sudah pindah hingga luar kota karena menghindari Arin. Bahkan pihak keluarga korban sudah menyerah karena Arin seperti membabi buta mem- bully teman teman, bahkan adik kelasnya dahulu.

Semuanya tak pernah berhenti menghantuinya setiap malam. Arin benci hidup seperti ini, ia ingin tenang dan merasakan tidur nyenyak nan nyaman seperti dulu.

Arin membasuh wajahnya dengan air, agar terlihat lebih segar. Tak lupa ia mencuci tangannya yang sudah di lumuri darah. Tubuhnya sedikit bergetar melihat darah yang masih mengalir, dengan cepat Arin membasuh tangannya. Rasa perih di tangannya ia halau untuk sementara.

Setelahnya, Arin membuka pintu toilet. Kenan masih ada di tempat yang sama, cowok itu sedang membereskan kamar Arin yang berantakan. Arin menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian ia berjalan menuju Kenan,"pulang sana",Arin menghempas tubuh Kenan untuk menjauh dari kasurnya.

"Lo ngapain sih kesini? Gak cukup lo mainin gue selama ini?!",sentaknya. Cewek itu memberanikan diri menatap tajam mata Kenan.

"Jangan maruk jadi cowok. Gue bukan cewek gampangan"

"Lo denger gak sih kata gue? Pulang sana!",sayangnya, itu semua tak berpengaruh bagi Kenan. Kenan tetap setia di tempatnya, memandangi Arin yang juga menatapnya tajam. Bisa ia lihat, sorot luka itu tersimpan di mata Arin.

"Gue minta maaf",ucapnya nyaris tak terdengar.

"Gue sayang sama lo rin",Arin tertawa keras, lebih tepatnya tawa palsu.

Cewek itu menampar keras pipi Kenan,"LO MASIH BILANG LO SAYANG GUE? SETELAH LO MAININ GUE, SETELAH BUALAN LO ITU? SETELAH LO MACARIN SAHABAT GUE?"

"LO FIKIR GUE BIASA AJA HAH?!"

"LO FIKIR SETELAH LO BAPERIN GUE, SETELAH LO KASIH PERLAKUAN MANIS LO, GUE GAK BAPER SAMA LO?"

"Terserah, sekarang keluar"

"Keluar Kenan!"

"Keluar sekarang!"

Kenan maju beberapa langkah, mengikis jarak di antara keduanya. Kenan menarik Arin ke dalam pelukannya,"maaf rin",Kenan menarik nafas dalam-dalam, niatnya kesini untuk menjelaskan semuanya hancur karena Arin yang sudah salah faham dengan semuanya.

"Keluar sekarang!",Arin meronta keras.

"Gue sama Yola cuma pacaran bohongan, lo harus tau itu. Gue sayang sama lo Clarintha"

Kenan mundur perlahan, dadanya bergemuruh. Seperti ada sesuatu yang ingin di luapkan, namun tertahan,"gue kira kehadiran gue cuma buat lo risih. Gue udah lama suka sama lo, tapi gue tau lo suka sama Rasya"

"Yola bantuin gue buat dapetin lo, tapi gue tau kalo sebenernya hati lo cuma buat Rasya. Gue gak mau ganggu Lo lagi, makanya gue bilang kalo gue pacaran sama Yola. Yola cuma sahabat gue",cowok itu mengusap wajahnya kasar, fikirannya buntu sekarang. Kenan tidak bisa berfikir jernih.

"Gue pengen jaga lo dari dulu. Gue pengen lindungi lo dari David dulu"

"Maaf kalo kehadiran gue ganggu Lo"

"Maaf banget"

Kata terakhir itu menutup perdebatan mereka. Kenan berlari pelan meninggalkan ruangan itu, menyisakan Arin yang terduduk lemah di atas lantai.

Bibirnya kelu, tak mampu mengucapkan apa-apa lagi,"maaf Kenan",kemudian, ia kembali terisak.

CLARINTHA

.

.

.

.

.

Jangan lupa vote&comment ya. Cek juga Instagram author di @amndasharfinaa

Terimakasih

Salam,penulis

ClarinthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang