(32) melawan sunyi

2.6K 155 14
                                    


Lelah rasanya merindu sendirian
Sakit rasanya mencintai sendirian
Mungkin kamu benar, bahwa aku harus berdamai dengan kesunyian.

***

Arin duduk di sebelah Rasya. Bibirnya terasa kelu untuk sekedar menyapa. Harusnya Arin menghibur Rasya, namun kini ia malah menjadi badmood. Rasa cemburu seakan menjalar ke seluruh bagian tubuhnya.
Tangannya bergerak meremas kursi besi dengan suhu dingin itu, Arin bingung harus apa.

Ruang geraknya seolah tak bebas karena kehadiran Kenan yang juga ikut serta kesini. Yola duduk di seberangnya bersama Kenan, sedangkan Risha berada di kursi lain dan tentu bersama Rasya.

Keduanya saling tatap. Beberapa detik kemudian, Arin lebih dulu mengalihkan pandangan matanya. Mata itu sangat Arin rindukan, mereka pernah terjebak dalam sebuah rasa. Namun sekarang menjadi seperti orang asing. Semakin hari hubungan Kenan dan Arin semakin merenggang, jarak semakin terbentang di antara mereka.

Harusnya Arin senang, Kenan tidak akan mengikutinya dan memaksanya lagi. Harusnya Arin senang, namun entah mengapa hatinya merasa gundah. Harusnya Arin senang karena Kenan sudah berpacaran dengan sahabat nya sendiri, Yola. Namun entah kenapa rasa cemburu seakan membakar tubuhnya ketika melihat Kenan dan Yola bersama.

"Gue duluan",Arin bangkit dari duduknya. Cewek itu segera meninggalkan mereka yang menatapnya heran.

Risha melihat punggung Arin yang mulai menjauh, kemudian menatap Kenan dan Yola dengan tatapan sedikit tidak mengenakan. Risha tau apa yang Arin rasakan,"Arin kenapa?",tanya Yola.

"Besok besok mending kalian gak usah kesini kalo cuma berdua",ucap Risha tanpa menoleh ke arah mereka.

"Jangan buat dia tambah menderita"

"Jangan buat dia nyesel",lanjut Risha.

***

Dengan cepat Arin masuk ke dalam mobilnya, namun baru saja ingin menghidupkan mesin mobilnya, seseorang mengetuk kaca mobil.

Arin menoleh ke samping, mendapatkan Kenan berada di luar mobil. Mata mereka bertemu untuk beberapa saat. Kemudian, Kenan kembali mengetuk pintu mobil. Dengan perasaan kesal, Arin membuka pintu mobilnya,"mau apa sih?!"

"Handphone Lo",tangannya terulur untuk memberikan ponsel tersebut kepada Arin.

"Makasih",Arin segera mengambilnya dengan gerakan cepat. Setelah itu ia kembali masuk ke dalam mobil.

"Hati-hati. Langsung pulang rin"

Arin memalingkan wajahnya agar tidak bertemu dengan wajah Kenan. Setelah mobilnya keluar dari parkiran rumah sakit, Arin tidak bisa menahan senyumnya lagi,"astaga inget rin, dia pacar sahabat lo",ucap Arin pada dirinya sendiri.

Beberapa menit kemudian, mobil milik Arin terparkir di sebuah parkiran cafe. Tempat berukuran luas yang bertemakan kayu ini bernama woodstars cafe. Tempat ini adalah tempat baru, Arin belum melihatnya beberapa Minggu lalu.

Hal pertama kali yang ia lihat ketika memasuki cafe ini adalah sebuah lonceng kecil di atas pintu yang berbunyi setiap ada pengunjung masuk. Nuansa tempat ini sangat menenangkan, Arin suka tempat ini. Aroma bunga lavender, menyeruak hingga Indra penciumannya.

ClarinthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang