(45) ultimatum

1.8K 109 13
                                    


Rasa ini sudah terlalu lama hadir. Bahkan tanpa di sadari, aku juga sudah lama tersingkir

****

Rika bermain pasir di pinggir pantai bersama David dan Ifa. Ketiganya sesekali tertawa karena lelucon lucu David. Sejak tadi Ifa menutupi istana pasirnya dengan tangan, takut David akan menghancurkannya lagi dengan sekali tendangan. Lelaki satu itu memang jahil, terbukti dari aksinya beberapa waktu ini.

Seolah melupakan kejadian tadi pagi, mereka menganggapnya tak ada. Bukan karena apa, mereka ingin bersenang senang. Atau dengan kata lain, membuat sebuah kenangan?. Waktu mereka disini tinggal 4 hari lagi, mungkin setelah pulang nanti mereka akan di sibukkan dengan kegiatan masing masing. Dan pastinya, akan mengurusi keperluan masuk kampus.

Yang tak terlihat hanya Yola dan Rasya. Arin dan Kenan tidak meninggalkan tempat itu sejak tadi. Entah apa yang mereka obrolkan, terlihat suasana canggung di antara keduanya. Sedangkan Rasya, cowok itu menghampiri Yola. Berniat mengajak Yola untuk kembali muncul bersama mereka.

"Rasya lo suruh ke tempat Yola sha?",tanya Krisna yang ikut duduk di samping Risha.

Risha menggeleng,"enggak kok. Tapi gak apa Rasya kesana, aku kasian sama Yola"

"Yap, tapi lo juga gak bisa nyalahin Arin karena dia kembaran lo?",pertanyaan Krisna membuat Risha mengangguk.

"Kita semua ada di posisi itu. Tapi disini, gue berhak nyalahin Arin. Gue rasa sih dia keterlaluan"

"Waktu dia suka sama Rasya itu, bahkan lo ataupun Rasya gak pernah semarah itu sama dia"

Cewek berkucir kuda itu menekuk kakinya untuk di peluk,"dia cuma takut Kris, keadaan yang buat dia gini"

"Aku yang ada sama dia selama ini. Sikap mama papa yang dulu, buat dia gabisa bedain mana orang yang tulus sama dia"

Krisna tertawa pelan,"kita ngapain bahas ini sha?"

"Aku cuma ngerasain apa yang Arin rasain. Dia tertekan Kris. Walaupun semuanya udah baik baik aja, semuanya tuh kayak masih nyata di depan mata dia. Padahal, mama papa juga udah gak kayak dulu"

"Gue hampir lupa kalo lo kembarannya. Ini kita lagi ghibahin kembaran lo",Krisna terkekeh pelan.

"Garing Kris, kamu gak pinter ngelawak"

"Pengobatan Arin belum sembuh, masih harus terapi beberapa kali lagi. Dia gak boleh stres, makanya aku khawatir sama dia. Gak tega tau kalo liat dia di terapi. Dia kayak bayangin sesuatu yang buat dia tuh kayak takut"

"Gue bertentangan sama lo deh sha. Disini kita juga gak bisa bela Arin sepenuhnya dengan alasan itu. Gue tau kok, dari kecil keadaan udah buat dia berdiri sendiri tanpa bantuan keluarga. Kecuali Oma kan?",Risha mengangguk, sebelum akhirnya Krisna melanjutkan ucapannya.

"Tapi sekarang keadaan udah beda. Nyokap bokap lo juga udah mulai nerima dia. Perasaan siapa yang tau sha, Yola juga udah berusaha humble sama kita kita. Padahal, kalo gue jadi dia mending gak usah ikut. Daripada ngeliat gebetan mesra mesraan sama pacar kan?"

Pembahasan mereka semakin dalam, sepertinya tak menyadari jika ada yang mendengar percakapan mereka sejak tadi. Keduanya terlalu asyik,"Yola mau balik"

ClarinthaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora