(31) luka abadi

2.9K 139 10
                                    

CLARINTHA

.

.


Yang jahat tidak selalu menang di akhir cerita. Yang jahat bahkan bisa merelakan dan mengakhiri cerita

Senja kembali datang,menyisakan langit cerah yang sebentar lagi akan berganti dengan indahnya langit senja. Arin menutup rapat hordeng balkonnya,lalu menghempaskan tubuhnya di atas kasur empuk di kamarnya. Matanya tak lepas dari bayang bayang sosok yang ia rindukan selama beberapa Minggu ini.

Helaan nafas berat keluar dari bibir Arin,hatinya pun ikut merenungkan segala perbuatan kejinya dulu. Otaknya ikut mengingat kembali memorinya di masa dulu. Masa ketika ia bisa di cap sebagai seorang pembuly hanya karena mencari perhatian dimana mana.

Kilasan kilasan masa lalunya seakan berputar mengelilingi otaknya saat ini. Tangan miliknya sudah membuat puluhan bahkan ratusan jiwa menderita. Bibirnya bahkan sudah melukai hati ratusan jiwa. Arin menganggap dirinya sendiri seperti ratu kejahatan untuk saat ini.

Arin menyambar jaket abu abu miliknya,lalu langsung keluar dari kamarnya. Cewek itu segera turun ke bawah,"sha,bilang mamah gue nginep tempat Oma ya. Besok pulang",ucapnya seraya mengambil kunci mobilnya.

"Ikut boleh?",tanya Risha.

Arin menghentikan langkahnya lalu menengok ke arah kembarannya itu,"Lo serius mau ikut?"

Risha mengangguk,"Yaudah ayo",ucap Arin.

****

Motornya membelah jalanan kota Jakarta dengan mengendarai motor dengan kecepatan di atas rata rata. Tujuannya hanya satu saat ini. Yaitu sampai ke tempat Arin. Ada sesuatu yang penting yang harus ia beritahu.

Rasya memarkirkan motornya di halaman rumah Arin. Cowok itu sudah lebih dulu menemukan Arin yang sedang ingin menaiki mobil bersama Risha,"Rin",teriaknya seraya berjalan ke arah mereka.

Kedua cewek itu sontak menoleh dan mendapatkan Rasya berdiri di belakang mereka. Tampilannya sangat kacau. Matanya memerah menahan tangis. Arin berjalan ke arah Rasya untuk memastikan keadaan cowok itu,"Lo kenapa?hei?",Arin menepuk nepuk pipi Rasya pelan.

Matanya seakan menerawang jauh pada bola mata Rasya,"Rasya lo kenapa hei",ucapnya lagi.

"Nyokap gue percobaan bunuh diri,sekarang koma di rumah sakit",balas Rasya hampir tak bersuara.

Arin menutup mulutnya tak percaya,"gue mau kesana,ayo anterin gue"

"Gue mau cari bokap gue,mau gue bunuh",geram Rasya seraya berbalik dan berjalan ke arah motornya.

Tangan milik Arin bergerak menahan tangan Rasya,"jangan rasya,dia bokap lo"

Rasya tertawa hambar,tatapan matanya kosong,"gue mau buktiin ke mamah kalo gue bisa buat dia menderita"

"Tapi dia bokap lo Rasya",Arin setengah berteriak.

Arin bergerak memeluk Rasya. Memberi sedikit ketenangan pada sahabatnya itu. Ia tahu benar bagaimana rasanya menjadi Rasya. Cowok yang selalu tulus menerima nasib hidupnya,membuat Arin banyak mengambil pelajaran dari hidup Rasya,"sekarang anterin gue ke rumah sakit tempat nyokap lo",bisiknya.

"Aku boleh ikut?",tanya Risha tiba tiba.

Arin mengangguk.

****

Kenan menaruh kunci ruangan osis di laci meja pak Handoko,pembina OSIS di sekolahnya. Setelah itu,ia membawa setumpuk buku dan beberapa map yang ia dapat dari meja kerjanya di ruang OSIS. Rencananya kenan akan memberikan barang barang tersebut kepada ketua OSIS yang baru, agar dapat melihat lihat programnya 3 tahun lalu.

Cowok itu segera berjalan menuju parkiran,lalu menaiki motornya.

Kenan berhenti di salah satu penjual martabak di pinggir jalan. Kenan segera turun dan memesan sekotak martabak disana,"mas,martabak keju coklatnya satu"

"Yoo siap. Tunggu ya mas"

Setelah beberapa menit,kenan akhirnya mendapatkan pesanan yang ia inginkan. Lalu motornya melaju ke arah rumah Yola. Kenan memang membelikannya untuk Yola.

****

"Coba yang keju enak juga yol",ucap kenan sambil melahap sepotong martabak. Kenan kini sedang berada di rumah Yola. Mereka sudah janjian untuk bertemu di rumah Yola.

Yola menggeleng,"enak yang coklat nan,sumpah",balasnya

Kenan terkekeh. Lelaki itu kemudian bangkit dari duduknya. Berjalan ke arah dapur rumah Yola dan mengambil beberapa minuman di kulkasnya,"yol idupin AC kek,panas nih"

Tidak ada sahutan dari Yola. Kenan agak mengintip ke arah ruang tamu. Yola sedang memegang handphonenya. Kenan heran,cewek itu tidak meliriknya sama sekali.

"Yola",kenan menyentuh bahu Yola.

"Nan Rasya ngamuk di rumah sakit"

Kenan kaget,"di rumah sakit ngapain?"

"Gue juga gak tau,ayo kita kesana. Sekarang",ucapan Yola segera di angguk oleh kenan. Kenan segera menyambar kunci motornya lalu segera melakukannya menuju rumah sakit yang dituju.

Setelah hampir setengah jam,akhirnya mereka sampai. Yola mengecek handphone nya kembali. Melihat apa benar rumah sakit ini tempat mereka berada," iya ini bener. Tinggal ke IGD aja",ucap Yola.

Kenan dan Yola berlari kecil untuk menemukan ruangan tersebut," kemana sih,coba tanya suster dulu nan",perintah Yola.

Setelah bertanya kepada suster,Kenan menarik pergelangan tangan Yola agar cewek itu lebih cepat untuk berlari.

"Arin",yang di panggil menoleh,dan mendapatkan Yola dan Kenan berdiri disana.

Kenan memalingkan wajahnya,ia segera menjauh dari Yola. Memberi ruang agar Arin bisa mendekati Yola.

Kenan bisa melihat suasana Rasya yang kacau. Mata memerah,baju yang berantakan. Sangat kacau,"kenapa sha?",kenan berbisik pada Risha.

"Mamahnya Rasya, percobaan bunuh diri"

Nafasnya tercekat mendengarnya. Tatapan Kenan kini beralih pada Arin yang juga sedang menatap Rasya.

Risha menduduki kursi kosong di sebelah Rasya. Tangannya bergerak mengelus-elus pundak Rasya,"udah gak usah nangis",Risha mengatakannya.

"Mamah kamu sedih kalau liat kamu nangis. Jangan nangis Rasya",sungguh,untuk pertama kalinya Risha melihat Rasya menangis. Bisa di katakan jika Rasya tidak berhenti menangis sedari tadi. Matanya terus mengeluarkan air mata.

"Jangan nangis lagi ya,ada aku disini",ucap Risha lagi.




C L A R I N T H A

.

.

.

.

.

Thanks for reading

Kasih voteny yaaaa gais

Love youu

ClarinthaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt