(43) nice or bad day?

2K 80 1
                                    


Merelakan itu mungkin sulit, tapi lebih sulit lagi jika kamu membuat keadaan semakin berbelit belit

****

Hari semakin gelap, tapi hal itu tak membuat Rasya beranjak dari tempatnya. Cowok itu beberapa kali menata rambutnya yang berantakan akibat di serang angin pantai. Samar samar suara alunan musik berasal dari villa yang mereka sewa. Rasya sedang malas ikut bergabung. Fikirannya tertuju pada sang mama yang masih berbaring di atas brankas rumah sakit.

Beberapa jam lalu ia sudah menghubungi perawat disana. Namun kabar yang kembali ia dapat sama saja. Mamanya belum siuman, bahkan sampai detik ini.

Sudah semakin dingin, Rasya bergegas menuju villa yang masih ramai akibat teman-temannya. Rasya lelah, ia ingin tidur sekarang.

"Gue tidur duluan",ucapnya seraya melangkah tanpa menunggu jawaban dari teman-temannya.

Mereka saling berpandangan kala melihat Rasya memasuki villa tanpa bersemangat,"mungkin dia kangen mamanya, udah lanjut aja",ujar Arin. Acara langka seperti ini harus di jauhkan dari hal hal negatif seperti pertengkaran, badmood atau hal lainnya yang dapat merusak suasana. Semua orang butuh sendiri, jadi mungkin Rasya juga seperti itu untuk saat ini.

Tawa menggelegar terdengar hingga pendengarannya. Arin melihat ke arah Yola yang masih tertawa keras, kemudian Kenan yang sudah memalingkan wajah akibat terkena selai coklat,"diem, gak lucu Yol ah"

"Muka lo heh",Yola beranjak dari sana, berniat mengambil beberapa helai tisu untuk Kenan. Niatnya hanya bercanda, ia hanya takut jika Kenan marah serius padanya.

"Gue bercanda nan"

Dari sekian banyak kegiatan yang ada di sekitarnya, Arin memilih memfokuskan pandangannya pada mereka berdua. Arin mengembangkan senyumnya, ia tak boleh egois. Tidak semua di dunia ini sepenuhnya hanya untuk dirinya seorang. Walaupun terasa tak rela, namun Arin mencoba mengerti perlahan-lahan.

"Nyanyi gak rin?",Krisna menyodorkan sebuah mic ke bibir Arin. Menyuruh Arin untuk melanjutkan lirik lagu yang setengahnya sudah ia nyanyikan.

"Gak hobi nyanyi gue, suara gue jelek",ucap Arin menolak.

Tanpa ba-bi-bu, Krisna berlanjut menyanyikan lagu,"DASAR LO BABI JANTAN CUMA BASA BASI"

Rika tertawa di ujung sana karena ucapan David,"eh maen Tod yok mau gak?"

"Gak ah"

"Ogah"

Arin dan Risha menjawab serempak, membuat keduanya saling menoleh. Krisna menghentikan aksi bernyanyinya,"bener kata David, ayo Tod"

"Males gue Tod Tod, nanti lo pada gue kasih dare gak ada yang mau ngejalanin",cibir Arin.

"Gue ngantuk, mau tidur. Besok mau lantai gue",ujar Rika.

"Gue juga",sambung Arin.

Para wanita lebih dulu masuk ke dalam villa, sedangkan para kaum adam membereskan bekas mereka tadi. Kenan mengambil kantung plastik yang sudah terisi dengan sampah. Berniat membuangnya ke kotak sampah besar di ujung pantai, tak jauh dari villa yang mereka tempati.

"Pintu jangan di kunci, gue mau buang sampah",Kenan melangkah tanpa menunggu jawaban. Cowok itu berjalan sedikit cepat sampai akhirnya mencapai tempat tujuan.

Setelah membuangnya, ia berbalik. Namun langkahnya tertahan. Suara berisik dari balik salah satu villa menarik perhatiannya. Jika volume musik yang diputar semakin keras, maka itu akan mengganggu tidur mereka nantinya.

Kenan mendengus kesal, dentuman musik keras itu mendorongnya untuk segera menghentikannya. Entah ada apa di dalam sana, yang jelas Kenan tak peduli. Ini sudah malam, bahkan hampir menuju jam 12 malam. Dan masih ada saja suara yang mengganggu gendang telinganya.

Kenan melangkah tanpa ragu, kemudian mengetuk pintunya. Semakin jelas tercium aroma menyengat dari minuman minuman haram yang ia ketahui,"banyak maksiat disini",desisnya.

"PERMISI, MBAK MAS KALO NYETEL MUSIK GAK USAH GEDE GEDE",okey, Kenan sengaja berteriak tanpa tahu malu tersebut. Jika ia hanya mengetuk, mana mungkin terdengar hingga ke dalam. Kenan mengumpat kasar ketika teriakannya tidak di respons. Kenan hanya ingin membuat suasana malam ini menjadi tenang, sebab mereka sudah menempuh perjalanan yang jauh.

Tubuhnya berbalik. Hendak melangkah pergi meninggalkan villa tersebut. Namun baru beberapa langkah, suara decitan pintu membuatnya menoleh ke belakang. Hal yang pertama kali ia lihat, seorang lelaki keluar dengan bertelanjang dada. Jika di lihat dari umurnya, belum terlalu dewasa. Mungkin seumuran dengannya?.

"Kok kamu buka pintunya?",samar-samar terdengar suara lembut milik seorang wanita. Kenan tak beranjak dari sana, ia ingin menegur pria tersebut karena sudah mengganggu waktu istirahat villa sekitar. Namun ia urungkan sebentar, karena seorang wanita berpakaian minim baru saja memunculkan tubuhnya dari balik pintu.

Kenan meneguk ludahnya susah payah. Cowok itu menatap kaget siapa wanita yang ada di dalam sana. Dengan segera Kenan melempar pandangan ke arah lain,"gue cuma mau ngasih tau. Musiknya di kecilin dikit, temen temen gue udah pada tidur. Lo juga ganggu villa sekitar"

"Sorry bro, nanti gue kecilin",ujar pria tersebut.

"Ceweknya jagain bro, takut lepas",Kenan berkata pedas, kemudian pergi dari villa tersebut. Sial!, Untuk apa juga ia menggedor villa tersebut.

Dari kejauhan, mata Ghea memanas memandang punggung Kenan yang hampir menghilang dari pandangannya. Ghea ingin menahan Kenan, tapi untuk sekedar keluar ia malu. Ghea tak pernah berpenampilan minim di depan Kenan. Ghea selalu menghargai Kenan. Karena, hanya Kenan lelaki yang menghargainya. Hanya Kenan lelaki yang ia cintai dengan tulus. Sebelum semuanya terjadi, setidaknya Kenan pernah ada dalam sebuah rasa yang sama dengannya.

Setidaknya, Kenan tau bagaimana cara menghargai seorang wanita. Sikap Kenan yang sangat ia kenal selama 4 tahun menjalin hubungan, membuat Ghea terkadang masih terbayang setiap lekuk tubuh cowok itu.

Sepertinya, Ghea merindukan Kenannya yang dulu...


CLARINTHA

.

.

.

Hai, maaf saya baru bisa update lagi.

Ada naskah yang harus saya selesaikan dulu. Tapi tidak saya post di wattpad. Nanti kalau sudah open PO, saya kasih sinopsis dan contoh bukunya ya

Terimakasih

Salam, penulis

ClarinthaWhere stories live. Discover now