Prolog

240 47 64
                                    

Siang itu mendung, matahari menolak untuk keluar sejak tadi pagi. Bagi guru-guru di Kelas Atlet, ini adalah hal bagus karena mereka akan membubarkan kelas lebih cepat, agar para murid bisa berlatih lebih awal.

Cuaca yang baik untuk latihan. Meskipun begitu, Tora menolak untuk latihan di lapangan langsung. Menu latihannya: meningkatkan kekuatan kaki. Jadi, naik turun tangga adalah pilihan terbaik.

Tangga tinggi yang berhulu di jembatan yang menghubungkan dua gedung kelas; Kelas Artis dan Kelas Atlet.

Napas memburu, keringat yang mengalir dari pelipis dan menetes di dagu, gerakan kaki yang tidak henti-henti meniti anak tangga satu-persatu dengan cepat. Ini sudah  kali ketiga Tora naik-turun tangga nonstop.

Saat kali keempat, hujan mulai turun dengan deras. Hujan di musim panas. Para pemain bola pasti kegirangan sekali. Pun pemain bisbol yang akan langsung mandi setelah latihan penuh lumpur.

Tora berbalik sesaat, setelah mencapai jembatan penghubung, berniat berlari meniti tangga ke bawah. Ini kali terakhir, sebelum dia bergabung di lapangan lari bersama yang lain.

Pemuda itu tidak tahu, bahwa ada seseorang yang berdiri di jembatan penghubung. Tangan orang itu terjulur ke depan, rambut hitam panjangnya bergoyang tertiup angin hujan, dan sedetik kemudian, didorongnya tubuh Tora sekuat tenaga, ke lantai beton lima meter di bawah sana.

"Eh?"

Suara berdebum keras teredam suara hujan, embusan angin seolah menjadi saksi bisu. Sosok pelaku berlari pergi, meninggalkan korban yang tersungkur lemas.

 Sosok pelaku berlari pergi, meninggalkan korban yang tersungkur lemas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

226 kata

Konnichiwa!

Prolog masih sama, ya. Hehe.

4 Mei 2020

Twin SecretWhere stories live. Discover now