(19) Ada Kazuhiro

60 24 60
                                    

Mikazuki Tora

Kata kunci: bukit

~Twin Secret~

Seusai makan malam, aku menutup kamar rapat-rapat. Hanya ada aku sendiri di sini, dengan lampu kamar yang redup dan jendela kamar yang masih terbuka. Angin malam masih terasa dingin, tetapi aku tidak peduli. Aku sedang duduk di lantai dan bersandar pada kasur, menatap dalam sepasang sepatu rusak di tangan.

Meskipun kemarin malam aku sudah berhasil menenangkan diri, tetap saja saat sepatu ini masuk dalam pandangan aku tidak bisa menahan perasaan sedih.

Sepatu ini dibelikan oleh Ayah saat tahu aku diterima beasiswa penuh di Tokyo High. Meskipun bukan sepatu lari yang kuidam-idamkan, aku tetap menganggap ini adalah barang paling berharga. Satu-satunya hal yang membuatku merasa terikat dengan ayah.

Jika aku ingin menyerah, atau merasa semua terlalu sulit, aku pasti akan melihat ke bawah. Dan saat itu, sepatu ini akan ada di depan mataku. Setelah itu, aku pasti mendapatkan energi lagi entah dari mana.

Sepatu ini bukan merek terbaik, tetapi aku tahu ini adalah sepatu terbaik yang bisa Ayah dapatkan. Harganya bukan yang paling mahal, tetapi ini adalah sepatu termahal yang pernah Ayah beli. Ini adalah sepatu yang sangat berjasa bagiku.

Ponselku bergetar di atas kasur. Saat kucek, ternyata ada pesan suara dari Kazuhiro di obrolan pribadi.

"Aku sudah cek air minum tadi, dan terbukti positif CERA."

Aku mematung. Suara Kazuhiro yang terdengar lebih suram dari biasanya makin menambah rasa horor dan membuat bulu romaku berdiri. CERA adalah salah satu jenis doping yang terkenal dalam kalangan atlet, tetapi kadarnya salah satu yang paling kuat. Seingatku, salah satu kegunaannya untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Aku ingat doping ini karena Sakamoto-san berkali-kali mengingatkan kami untuk tidak menyentuh hal-hal seperti ini sama sekali di setiap kelas gabungan. Tak bisa kubayangkan apa jadinya kalau aku tidak sengaja minum.

Kalau saja kakiku tidak sakit dan aku minum sampai habis seperti biasa, bisa-bisa aku tidak boleh ikut dalam pertandingan musim panas. Parahnya lagi, aku pasti akan dikeluarkan dari sekolah.

Aku menggelengkan kepala kuat, membalas pesan Kazuhiro dengan ucapan terima kasih, kemudian mentap sepasang sepatu yang tergeletak di lantai.

Ada orang yang ingin menghancurkan karirku sebagai atlet lari dengan cara busuk begini, mereka pikir aku akan kalah begitu saja? Mereka pikir bisa menghancurkan semangat dan impianku? Aku ingin jadi atlet profesional!

"Aku ingin jadi atlet profesional dan ikut olimpiade!"

Memantapkan hati, kuraih sepasang sepatu rusak dan bangkit dari lantai. Aku tidak lagi mendengar sayup-sayup suara ribut di luar, kurasa Mayumi dan Taro sudah tidur. Saat aku mengintip ke ruang tengah, hanya ada Ibu yang sedang menonton televisi.

"Kaa-san," panggilku pelan.

Ibu langsung menoleh, lalu senyum keibuan terbit di wajahnya yang tak lagi muda. "Lho, Tora? Ada apa? Kaa-san kira Tora sudah tidur." Ibu mengisyaratkanku untuk masuk dan duduk.

Aku menggeleng, lalu mengangguk. "Kaa-san, ada sesuatu yang ingin kukatakan ..." Tidak berani duduk, aku hanya melangkah masuk sambil menyembunyikan sepatu di belakang punggungku.

Ibu kelihatan terkejut, tetapi wajahnya berubah lagi menjadi senyum. "Duduklah, kita bicarakan bersama." Ibu mengambil remot dan mematikan televisi.

Twin SecretWhere stories live. Discover now