(34) Aku Sudah Berjanji Hari Itu.

53 18 83
                                    

Kiyotaka Kazuhiro

Kata kunci: perang dunia

~Twin Secret~

Ini sudah lebih seminggu sejak pertunangan dengan Kurumi dibatalkan, tapi aku tetap tidak terbiasa. Pergi sekolah dan berjalan sendirian lagi setelah sekian lama, rasanya memang sedikit aneh. Padahal, aku selalu mempersiapkan diri untuk hal terburuk.

Kalau mengingat kejadian minggu lalu, aku ingin memukul Tora. Aku menceritakan kejadian sebenarnya supaya dia tidak macam-macam, tetapi otaknya itu memang tidak akan kembali ke kepala dalam waktu dekat. Rencana sekelas anak sekolah dasar itu dia pikir bisa menipuku ataupun Kurumi.

Baru kali ini aku bertemu orang yang suka ikut campur sejauh Tora. Dia pikir karena kami teman, dia bebas melakukan apa saja, begitu?

Jangan campurkan urusan keluarga dengan pertemanan katanya. Aku curiga dia tidak pernah punya teman sebelumnya, jadi pengalamannya sedikit sekali. Tora tidak mencoba meletakkan diri di posisi kami, jadi dia tidak mengerti.

Tapi kalau Tora bisa melakukan hal sepintar itu, aku justru akan terkejut.

Sebaiknya Tora tetap menjadi bodoh dan tidak berubah menjadi orang pintar yang licik. Aku sudah lelah dengan spesies itu. Bodoh dan mudah ditebak lebih baik.

"Kazuhiro? Kok ke sini?"

Nah, lihatlah. Ekspresi terkejut bercampur takut di muka Tora yang tidak mungkin bisa lebih tampan dariku itu. Dia pasti pikir aku sangat marah sampai-sampai tidak akan datang padanya di hari Senin. Aku tersenyum manis, membuat sosok bersimbah keringat di hadapanku berjengit kaget. "Kenapa? Aku tidak boleh di sini?"

Tora menggeleng buru-buru. "Bukan begitu! Tentu saja boleh. Kupikir Kazuhiro marah."

"Memang." Wajahku kembali datar. "Tapi aku tidak punya pilihan."

"Apa maksudnya itu?"

Aku menggeleng pelan. Lebih baik kalau Tora tidak tahu saja. Kalau dia tahu, akan jadi sangat menggelikan. Lebih menggelikan dari makan parfait persahabatan konyol.

Semua itu gara-gara kesalahanku sendiri. Demi menjauhi Kurumi dan tidak meninggalkan ruang agar Kurumi bisa mendekat, aku langsung menerima tawaran gadis-gadis di kelas untuk makan bersama di kantin.

Imej yang kupakai adalah Prince Charming, jadi seharian aku harus tetap tersenyum dan menanggapi setiap perkataan mereka. Mereka ... sangat berisik. Tawa mereka memuakkan, bahkan kikikan Kurumi masih lebih baik. Mereka tidak bisa diam. Mana wajah mereka tidak sebagus Kurumi. Topik yang mereka bicarakan juga sangat membosankan.

Bahkan perdebatan tidak pentingku dengan Tora terdengar lebih bermutu.

"Kemarin aku tidak sengaja datang ke toko itu, dan membeli anting edisi terbatas ini!" Seorang gadis berambut bob yang tidak kuingat namanya memamerkan anting kecil berbentuk mutiara.

"Wah! Manisnya! Aku juga mau!" Melihat itu, gadis-gadis lain langsung heboh.

Tersenyum puas dengan ekspresi teman-teman sekelasnya, dia beralih padaku dan tersenyum malu. "Kazuhiro-sama, apa anting ini cocok denganku?"

Dengan sekuat tenaga menahan keinginan untuk mencaci maki, aku mengulas senyum lembut. "Anting manis seperti itu memang untuk gadis yang manis pula." Dalam hati, aku membayangkan jika Kurumi yang pakai, pasti manis.

"Kazuhiro-sama!" jerit mereka bersamaan.

Menjijikkan!

Aku tidak bisa menari ataupun mendengarkan musik. Aku malah harus bersabar dengan suara-suara tinggi yang tak merdu dari gadis-gadis manja ini. Agar tetap waras, aku terpaksa harus menemui Tora. Mengejeknya juga jika perlu. Aku butuh waktu untuk jadi diri sendiri.

Twin SecretWhere stories live. Discover now