(27) Ah, Itu Sangat di Luar Dugaan.

57 19 43
                                    

Kiyotaka Kazuhiro

Kata kunci: halusinasi

~Twin Secret~

"Tora-kun itu benar-benar tumpul, ya? Sudah jelas Katarina White suka padanya, tetapi dia malah bertingkah seperti itu!" Kurumi menurunkan majalah manganya, melirikku dengan bibir mengerucut. "Dia sangat tidak peka!"

"Hmm, kan otaknya ada di kaki," responsku sambil tetap memperhatikan jalan.

"Betul!"

Langit sudah gelap. Aku sedang mengantar Kurumi pulang setelah makan malam di rumah Tora. Akhir-akhir ini, pembicaraan kami di mobil selalu tidak jauh-jauh dari Tora. Lebih tepatnya, Kurumi yang lebih sering membicarakannya.

Kadang Kurumi bisa lamban juga, ya. Dia selalu kesal ketika Tora berinteraksi dekat dengan adik kelasnya itu, sedangkan masih tenang-tenang saja saat aku tebar pesona pada gadis-gadis lain. Meskipun itu hanya akting, sih. Aku penasaran apa yang Kurumi pikirkan sebenarnya.

Satu hal yang pasti, dia ini cemburu.

"Tapi dia ternyata pekerja keras juga. Aku senang sekali pas Kazu-kun mau bantu Tora-kun. Kazu-kun memang teman yang baik!" Kurumi menepuk-nepuk pundakku sambil tersenyum lebar.

Aku mendengkus, lalu tersenyum kecil. "Aku menawarkan bantuan sebelum Kurumi yang bergerak duluan."

"Oh? Begitu, ya?" Kurumi menelengkan kepala. "Kazu-kun jangan baca pikiranku, dong!" Dia mulai memukul-mukul bahuku dengan majalah manga.

"Siapa bilang aku bisa baca pikiran?" Aku hanya bisa geleng-geleng kepala. Kurumi itu sebenarnya gampang ditebak, tetapi dia selalu berpikir bisa menyembunyikan perasaan dengan baik. Kurasa Kurumi begitu karena dia tidak pernah tahu apa yang kupikirkan. Jadi memberi efek halusinasi kalau aku bisa baca pikiran.

Kurumi mengabaikanku, membuka toples biskuit cokelat dan kembali membaca sambil makan. Keheningan sekali lagi menyelimuti kami. Hanya ada suara musik dari mobil dan terkadang suara reaksi Kurumi saat membaca manga.

"Kazu-kun, ganti lagu, dong. Tidak cocok dengan suasananya, nih."

Aku memutar bola mata kesal meskipun tetap menuruti keinginan Kurumi. Sampai kepala Kurumi mengangguk puas, baru aku kembli fokus menyetir.

"Makasih, Kazu-kun!" Kurumi selalu akan tersenyum manis jika permintaannya kuturuti.

Sekarang aku sudah menghentikan mobil di depan gerbang megah rumah Kurumi. Seperti biasa, ketika kami akan berpisah, Kurumi akan tetap duduk diam sampai beberapa menit. Ekspresinya berubah suram, dan Kurumi tidak mengatakan apa-apa.

Baru setelah pintu gerbang terbuka dan sesosok wanita dewasa muncul, barulah Kurumi bergerak. Dia tersenyum lagi, terlihat seperti senyumnya yang biasa, tetapi sebenarnya tidak. "Sampai jumpa hari Senin, Kazu-kun."

Yang menunggu Kurumi adalah Shino-san, ibu Kurumi. Wajahnya begitu mirip dengan Kurumi. Aku menurunkan kaca mobil, lalu tersenyum pada beliau. Baru setelah Kurumi menghampiri Shino-san dan mereka berpelukan, baru aku meninggalkan rumah Kurumi.

Besok tidak ada acara apa-apa. Tumben sekali. Akhirnya besok bisa istirahat juga. Semoga besok tidak ada pesta yang harus kudatangi. Akhir-akhir ini, Ayah semakin gencar menyuruhku ikut pertemuan dengan orang-orang penting. Supaya aku terbiasa katanya. Omong kosong.

Kalau tidak salah, dokumen keuangan perusahaan untuk proyek di Kyoto baru saja dikirimkan tadi siang. Apa ayahku ini tidak malu memakai tenaga anak SMA untuk mengecek dokumen penting seperti itu? Kalau orang-orang tahu tentang ini ... bisa-bisa aku disuruh langsung kerja saja.

Twin SecretWhere stories live. Discover now