(1) Aku. Harus. Kabur. Sekarang.

239 39 181
                                    

Mikazuki Tora

Kata kunci: aristokrat

~Twin Secret~

Saat-saat seperti ini, selalu menjadi momen yang menegangkan.

"Mikazuki Tora."

Suara berat dan tua Kobayashi Sensei mendadak dingin, lalu seisi kelas melayangkan tatapannya padaku. Aku pun menenggak ludah susah payah, mendorong kursi ke belakang sembari berdiri.

Sensei tidak adil, masa memanggil namaku seperti itu? Rasanya seperti berjalan menuju penghakiman terakhir.

"Nilai kamu tidak pernah meningkat dan tidak pernah tuntas. Kamu meremehkan pelajaran sejarah? Jika suatu saat kamu diwawancara, lalu ada pertanyaan tentang sejarah dan kamu salah menjawab, apa kamu tidak malu?" Kobayashi Sensei memulai ceramahnya.

Aku hanya bisa menunduk. "Maafkan aku."

Kobayashi Sensei menepuk bahuku dengan sehelai kertas dengan nilai tiga puluh terpampang besar. "Jika nilai ulanganmu begini terus, Sensei khawatir kamu tidak naik kelas." Dia menggeleng-gelengkan kepala tidak puas. "Hari ini kamu tidak boleh latihan. Buat esai tentang materi pelajaran ini di perpustakaan. Sampai esai ini selesai, kamu tidak boleh latihan."

Terdengar suara anak sekelas yang tergagap terkejut. Bukan hanya mereka, aku pun begitu, "Tapi, Sensei-"

"Sensei akan bicara pada Sakamoto-san. Kerjakan saja semampumu. Sensei percaya padamu, Mikazuki, calon penggaet emas." Kobayashi Sensei tersenyum hangat, membuat keriput di wajah tua itu terangkat.

Kalau Sensei sudah tersenyum seperti itu, aku bisa apa?

"Baik, Sensei." Aku berbalik ke kursi sambil menunduk, mengembuskan napas berat. Padahal hari ini evaluasi. Aku yakin Sakamoto-san akan menghukumku membereskan barang-barang latihan.

Saat bel pergantian pelajaran berbunyi setelah satu jam teori, aku hanya bisa menatap iri teman-teman sekelas yang langsung bergegas membawa ransel dan pergi ke lokasi latihan masing-masing. Tojiro-kun—nama lengkapnya Tojiro Maeda dan dia duduk di depan mejaku—sempat melambaikan tangan menunjukkan rasa simpati, yang kubalas dengan senyum singkat.

Kobayashi Sensei adalah guru senior, jadi bisa dibilang perintahnya itu titah yang tidak bisa dibantah. Kalau aku selesaikan dengan cepat sebelum bel istirahat, aku bisa ikut latihan, 'kan?

Seolah mendapat motivasi, aku bergegas bangkit dan berlari ke luar kelas, hanya membawa buku dan sebatang pulpen. Kupikir aku tak perlu membawa ransel.

Butuh waktu sekitar lima belas menit sambil joging baru aku sampai ke perpustakaan yang letaknya di kawasan Kelas Artis. Jalan memutar untuk masuk lewat gerbang khusus yang membuat perjalanan menjadi lebih panjang. Mungkin karena sekarang masih jam pelajaran, jadi aku tidak berpapasan dengan siapa pun. Habisnya, baju olahraga yang kukenakan cukup mencolok. Rasanya tidak nyaman kalau berbeda sendiri.

Setelah menunjukkan kartu identitas dan masuk, aku melihat ke sekitar. Ini pertama kalinya aku pergi ke perpustakaan sekolah. Meskipun yang ini bukan perpustakaan terbesar, ini besar sekali. Gedungnya tiga lantai; lantai satu berisi jejeran rak setinggi dua setengah meter dengan buku-buku pelajaran dan pengetahuan umum, lantai dua khusus untuk komputer dan buku-buku hiburan dan fiksi, sedangkan lantai tiga tidak boleh dimasuki. Setidaknya itu penjelasan Penjaga Perpustakaan.

Di sebelah kanan, ada meja rendah beralas karpet bulu. Untuk orang-orang yang ingin membaca sambil duduk. Selimut kecil juga disediakan untuk menutupi paha para gadis yang duduk. Untung saja aku meninggalkan ponsel. Ternyata ponsel dilarang dan harus dititipkan.

Twin SecretOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz