(39) Diam-Diam Aku Bertekad untuk Terus Membuat Tachibana Tersenyum.

56 15 3
                                    

Mikazuki Tora

Kata kunci: geming

~Twin Secret~

"Maaf ya, Tora-kun. Aku jadi cerita banyak banget."

Aku buru-buru menggeleng sambil menutup kotak bekal. "Tidak, aku justru senang Tachibana mau berbagi." Kutatap kotak bekal di tangan sebelum kembali menoleh pada Tachibana yang kini sedang memandang langit. Angin musim panas membuat rambut hitamnya yang terkucir kuda bergoyang sedikit.

Hari ini seperti yang dijanjikan, kami makan siang bersama. Saat tiba, aku melihat Tachibana sedang mengucir rambutnya dengan ikat rambut berwarna hitam. Dia mengatakan sesuatu tentang, "Aku tidak tahan lagi, aku akan mengucir rambutku saja." Aku hanya bisa menebak kalau hari ini gaya rambutnya masih tergerai. Padahal suhu di musim panas sangat tidak bersahabat untuk rambut seperti itu.

Aku tidak terkejut saat melihat Tachibana masih terlihat sama, senyum lebar yang terlihat polos. Mungkin hanya aku dan Kazuhiro yang tahu apa maksud sebenarnya senyum polos itu. Namun, ada dua hal yang membuatku begitu terkejut.

Pertama: Tachibana tidak membawa manga ataupun alat menggambar sama sekali. Menurutku itu adalah hal paling tidak mungkin Tachibana lakukan. Padahal aku sudah membayangkan figur Tachibana yang akan makan sambil membalik manga atau makan cepat-cepat untuk nantinya berkutat pada kertas, pena, dan pensil. Tachibana tertawa sangat lepas entah kenapa. Aku hampir berpikir ada yang salah dengan kepalanya.

Kedua: Tachibana menceritakan masa lalunya padaku.

"Tora-kun, apa sama sekali tidak penasaran denganku?" tanya Tachibana saat kami berdua baru saja membuka tutup bekal. Kami duduk bersebelahan, yang mana adalah hal yang sangat baru. Biasanya, posisi kami akan sedikit berjauhan.

"Kalau dibilang tidak penasaran sama sekali, tidak mungkin." Hanya saja aku tahu anak orang kaya pasti punya cerita yang rumit, dan kurasa tidak akan sopan jika aku mencari tahu. Minami pernah bilang, mungkin kita tidak akan tahu apa pun tentang teman saat pertama kali bertemu, tetapi seiring berjalannya waktu kita pasti akan tahu lebih banyak.

Tempo hari, Kazuhiro sudah bercerita. Entah kenapa setelah mendengar ceritanya, aku berfirasat kehidupan Tachibana akan lebih rumit daripada itu.

"Okaa-sama menganggapku boneka."

Tuh kan. Kalimat pembuka saja sudah terdengar sangat buruk!

Aku tidak bisa bilang bahwa masalah Tachibana lebih berat dibanding Kazuhiro, karena mereka punya kondisi masing-masing. Bedanya, Tachibana punya Paman Suya yang ada di pihaknya dan membantu meringankan beban, sedangkan Kazuhiro hanya sendiri.

Melalui cerita Tachibana, aku jadi tahu bagaimana dia bisa menjadi sangat pandai berpura-pura. Lalu hubungannya dengan Kazuhiro juga dibuat sesempurna mungkin dengan tujuan tertentu. Setidaknya, saat Kazuhiro terlihat sangat meyakinkan untuk menjaga dan membahagiakan Tachibana, ibundanya meninggalkan Tachibana sendiri.

Namun, sejak Kazuhiro bukan lagi berstatus sebagai tunangan, Ibunda Tachibana kembali mengambil alih. Makanya Tachibana selalu buru-buru pulang dan diantar-jemput sampai ke depan gedung alih-alih ditunggu di tempat parkir atau gerbang sekolah.

"Okaa-sama hanya ingin aku menjadi cantik dan menikah dengan lelaki kaya. Aku bahkan tidak yakin apa aku akan dibiarkan masuk universitas." Tachibana menunduk, menatap kotak bekal di pangkuannya yang sudah kosong. "Aku selalu bekerja keras mendapat nilai tinggi agar Okaa-sama mempertimbangkan sekolahku."

"Apa-apaan itu? Memangnya ini zaman apa? Kenapa pikiran ibumu sangat kuno?" Aku buru-buru menepuk mulutku, tersadar akan apa yang baru saja aku katakan. Saat kulirik, Tachibana justru terkekeh.

Twin SecretWhere stories live. Discover now