(16) Sudah Hancur

50 24 58
                                    

Mikazuki Tora

Kata kunci: bintang

~Twin Secret~

Aku menyipitkan mata pada loker yang masih tertutup. Hari ini tidak ada bau, tidak ada air yang menetes, tidak ada corat-coret atau apa pun yang aneh.

Apa mungkin yang Tachibana katakan benar? Setelah aku tidak pergi sekolah berdua dengannya lagi, ini akan berhenti?

Orang-orang di sekitarku juga tidak menunjukkan reaksi apa-apa, seperti biasa tidak begitu peduli pada apa yang aku lakukan.

Dengan satu gerakan cepat, aku membuka pintu loker dan sudah bersiap dengan apa pun, tapi ... benar-benar kosong.

Lokerku bersih!

Tidak ada apa-apa lagi! Sepatu dalam ruanganku juga baik-baik saja.

"Fyuh, untunglah." Karena sudah lega, aku langsung melepas sepatu yang kupakai dan langsung memakai sepatu dalam ruangan. Aku senang ini semua berakhir.

"Aduh!"

Mataku terbelalak, buru-buru aku menendang sepatu di kakiku dan terpana melihat paku payung tumpah dari dalam. Melihat sepatu sebelahnya yang masih di tangan, aku melihat banyak sekali paku payung.

Seketika, rasa sakit yang tajam membuatku mengernyit, hanya untuk melihat kaus kaki putihku sudah berubah agak merah. Rasa panik seketika menyerangku. Dengan cepat aku memungut paku payung di lantai sebelum ada yang melihat, lalu berjalan dengan agak pincang menuju ruang kesehatan. Tidak lupa aku membuang semua paku payung ke tempat sampah terlebih dahulu.

"Bagaimana bisa kamu tanpa sengaja menginjak paku? Ini sangat berbahaya. Untung saja lukanya tidak dalam."

Aku hanya menunduk, membiarkan dokter penjaga UKS mengeluarkan alat-alat yang dibutuhkan. Untung saja dokter UKS selalu datang pagi, karena tak jarang beberapa tim memilih latihan pagi dan bisa ada yang cidera.

Kaus kaki kananku sudah dilepas, ada tiga buah lubang kecil yang mengeluarkan darah. Rasanya sakit. Aku bersandar di kepala tempat tidur, menatap kakiku.

"Apa pakunya berkarat?" tanya Dokter  sambil memakai sarung tangan karet.

"Tidak, aku menginjak paku payung." Aku ingat pakunya masih bersih seperti baru. Embusan napas lega dari Dokter sedikit membuatku merasa lebih baik. Siapa pun tahu menginjak paku berkarat akan berakibat lebih fatal.

Desisan pelan kelua dari mulutku ketika Dokter menekan luka agak kuat, sampai-sampai aku mencengkram seprei. Aku diam saja, membiarkan Dokter melakukan semuanya: mulai dari membersihkan luka, menyuntik, memberi krim, lalu mebalut kakiku.

"Beritahu nama, kelas, dan cabangmu." Dokter itu bangkit dari duduk sambil melepaskan sarung tangan karet.

"Mikazuki Tora, kelas 2.A, atletik cabang lari."

Dokter perempuan itu berhenti sebentar saat dia meraih buku catatan pasien. "Cabang lari? Kamu benar-benar ceroboh Mikazuki-san. Sebaiknya selama tiga hari ini jangan latihan dulu. Pagi ini istirahat di sini, akan kukabari guru yang mengajar."

"Tapi, Sensei-"

"Jika kamu ingin lukamu sembuh total dengan cepat, sebaikya kamu mendengarkanku."

"... baik."

Setelah memberiku beberapa nasihat lain, Dokter akhirnya pergi. Aku menatap kaki kananku yang dibalut perban dengan frustrasi.

Seharusnya aku mengecek lagi sepatu itu. Aku terlalu girang karena mengira mereka sudah berhenti, tetapi ternyata tidak.

Tidak latihan tiga hari? Tamatlah aku. Aku akan bertanya pada Dokter jenis latihan apa yang boleh kulakukan selama menunggu kakiku sembuh.

Twin SecretWhere stories live. Discover now