(13)Menyepelekan Suatu Hal Dapat Berujung Masalah Besar.

83 25 120
                                    

Mikazuki Tora

Kata kunci: budak

~Twin Secret~

Aku menarik risleting jaket sampai menutupi dada, lalu tersenyum puas dengan penampilanku pagi ini. Samar-samar, aku bisa mencium wangi cokelat yang lembut. Kurasa karena kemarin jaket ini dipakai Tachibana. Jaketnya tidak basah kuyup, jadi aku hanya menggantungnya di dekat penghangat ruangan semalaman dan pagi ini sudah kering lagi.

Omong-omong tentang Tachibana, aku jadi ingat kejadian kemarin malam saat kami sudah kembali. Minami menyambut kami dengan tiga buah handuk kecil, lalu di meja makan sudah terhidang makan malam, dan tentu saja kari tiga hari Ibu. Aku meminta maaf pada Mayumi dan Taro, juga Ibu dan Minami.

Kami makan malam bersama, sambil membicarakan banyak hal. Ruang makan di rumahku selalu ramai, tapi aku tidak menyangka kedatangan Kazuhiro dan Tachibana justru membuat suasana semakin ramai dan hangat. Kalau diingat-ingat lagi, aku tidak bisa menahan senyum. Terakhir, kami menikmati kue yang dibeli Kazuhiro bersama.

Dua sejoli itu baru akhirnya pulang sekitar jam delapan malam, gara-gara Kazuhiro teringat sesuatu yang entah apa. Katanya ada yang perlu dipersiapkan atau apalah itu.

Aku meraih tas sekolah dan memasukkan jaket cadangan ke dalam tas, lalu melangkah keluar. Mayumi seperti biasa menunggu di lorong dengan botol minum. "Tora-nii selamat pagi!" sapanya manis yang kubalas dengan membelai rambut hitam ikalnya, sebelum mengambil botol yang disodorkan.

Kami mengobrol sebentar, sebenarnya hanya Mayumi yang menceritakan kejadian makan malam kemarin, dan baru berhenti ketika sorakan Ibu menyuruhnya untuk segera berangkat ke sekolah.

"Mayu berangkat!"

"Hati-hati!" seruku sambil mengikat tali sepatu, lalu dengan satu tarikan napas berdiri dan menyandang tas. Omong-omong tentang semalam, aku juga jadi ingat pembicaraan terakhir kami sebelum Kazuhiro dan Tachibana benar-benar pulang. Aku meminta mereka untuk tidak menjemputku lagi, tetapi tentu saja mereka menolak.

"Hari ini rekorku sampai turun dan dimarahi pelatih," keluhku dengan nada suram, sebelum melotot pada keduanya. "Ini semua gara-gara kalian!"

Meskipun awalnya Tachibana masih mencoba membujuk, dia tiba-tiba mendapat ide dan tersenyum lebar. "Ya sudah. Masalahnya hanya karena Tora-kun tidak bisa joging, 'kan? Itu gampang." Lalu, senyumnya berubah misterius.

Awalnya, aku tidak mengerti apa maksud seyum itu. Sekarang aku baru saja menutup pintu di belakangku dan melihat ke bawah lewat balkon.

"Tora-kun, cepat! Nanti telat, lho!" seru Tachibana sambil melambai-lambai. Kazuhiro di sampingnya menyringai.

"Mereka gila."

Sekarang aku sedang berlari joging menuju sekolah. Di sampingku ada lintasan sepeda yang biasanya kosong, sebab rombongan anak-anak SMP pasti sudah lewat. Akan tetapi, hari ini ada sosok yang kelihatan mencolok.

Bagaimana tidak? Ada dua orang yang berkilauan sedang bersepeda dengan aura yang berbeda dari sosok pesepeda pada umumnya. Dengan tampang di atas rata-rata, aku tidak akan terkejut saat beberapa orang berhenti hanya untuk melihat sedikit lebih lama.

"Tora-kun, jangan melamun!" Suara melengking itu membuatku menoleh, hanya untuk menemukan Tachibana dengan rambut terkucir tinggi tersenyum lebar. Sedangkan Kazuhiro hanya melirik dari sudut mata sebelum fokus lagi ke depan mengayuh sepedanya.

Rasanya masih sulit untuk memproses kejadian beberapa menit lalu. Dua orang ini muncul memakai seragam olahraga Tokyo High dan dua buah sepeda gunung. "Mau senasib dan seperjuangan." Adalah alasan paling konyol yang pernah Tachibana utarakan.

Twin SecretWhere stories live. Discover now