(23) Kenapa Tachibana Jadi Marah?

52 21 48
                                    

Mikazuki Tora

Kata kunci: kerikil

~Twin Secret~

Bam!

Ternyata instingku benar.

Suara tawa Tachibana terdengar deras dan riang, bahkan tanpa melihat pun aku tahu Kazuhiro mendengkus geli setelah melepaskan tanganku. Aku langsung mengelap krim kocok kue yang menutupi pandangan mataku, menatap kue yang terjatuh ke tanah, lalu melotot pada pelaku.

Jadi, yang terjadi beberapa menit yang lalu ....

Setelah Tachibana dan Kazuhiro saling tatap, mendadak aku menjadi waspada. Kami lanjut naik mobil dan berhenti di sebuah taman yang sepertinya sudah lama tidak terpakai, karena sepi sekali. Kurasa karena tak jauh dari sini ada taman baru yang lebih luas, jadi orang-orang lebih memilih untuk ke sana. Desain taman ini juga kuno, cenderung berisi kerikil yang disemen.

"Kenapa kita ke sini?" tanyaku mendadak ingin kabur. "Kazuhiro! Apa-apaan?" Kazuhiro mendadak menangkap sikutku dan menyeretku ke tengah taman. Dia tidak menjawab, malahan senyum yang kelihatan seperti berita buruk justru tercetak di bibirnya. 

Aku beralih pada Tachibana, yang baru saja menutup pintu mobi dan memperlihatkan seloyang kue ukuran menengah dengan krim yang banyak. Senyumnya terlihat manis dan polos, dan aku tahu senyum itu tidak lebih baik dari senyum Kazuhiro.

"Tora-kun, ayo kita nikmati kuenya sama-sama!" Tachibana berlari kecil ke arah kami.

Keningku mengernyit. "Ya? Aku sudah makan—hei!" Tiba-tiba, Kazuhiro menangkap kedua tanganku dan memegangnya di belakang. Tachibana tersenyum lebar seperti iblis. Aku tahu! Ini  rencana mereka!

"Selamat makan, Tora-kun!"

"Tunggu!"

Bam!

Jadi begitulah. Aku menatap pantulan wajahku di cermin yang sekarang terlihat berminyak setelah dicuci dengan air. Ujung hidungku sedikit memerah. Setengah rambutku basah, tetapi aku lega bajuku tidak kotor. Mereka itu ... berani-beraninya membuang-buang makanan!

Aku melangkah keluar dari kamar mandi dan Kazuhiro menawarkan handuk bersih dengan santai. "Bagaimana?"

Kurampas handuk itu, langsung mengeringkan wajah. Aku menolak berbicara dengan mereka. Yang benar saja, menyerangku dengan kue begitu. Dan aku yakin sekali kue itu sudah disimpan cukup lama di dalam kulkas, karena rasanya keras!

"Tora-kun, maaf. Yang tadi bukan kue yang asli." Tachibana muncul dengan seloyang kue persegi yang persis sama dengan yang terlempar ke wajahku barusan, hanya saja ukurannya lebih kecil. Dia menunjukkan pisau plastik transparan sambil tersenyum. "Kita makan yang ini, di sana!" Tachibana menunjuk bangku panjang di bawah pohon. 

Aku jadi gagal mogok bicara dan setuju.

Masalahnya, bangku panjang ini terlalu sempit untuk dua orang lelaki SMA dan satu perempuan mungil. Kecuali, kami duduk rapat-rapat. Tachibana memaksa pilihan ke dua.

Setelah bernyanyi lagu selamat ulang tahun—yang didominasi oleh suara riang Tachibana, karena Kazuhiro bersuara datar dan tidak niat—kue itu langsung dipotong tiga oleh Kazuhiro, dan kami menikmatinya bersama dengan bahu saling bersentuhan. Omong-omong, Tachibana juga membawa tiga buah piring kertas kecil dan garpu. Aku tidak menyangka dia mempersiapkan sejauh ini.

"Kue yang tadi dibuat dengan kardus. Maaf, ya, aku melemparnya terlalu kuat." Wajah Tachibana sama sekali tidak berdosa, apalagi saat dia berbicara dengan mulut setengah penuh mengunyah kue cokelat. Meskipun aku yang berulang tahun, tetap saja Tachibana duduk di tengah.

Twin SecretWhere stories live. Discover now