(36) Besok Kami Akan Makan Siang Bareng.

28 17 22
                                    

Mikazuki Tora

Kata kunci: jaringan

~Twin Secret~

Malam itu, aku mendengarkan cerita Kazuhiro tanpa menginterupsi. Aku sudah sering menonton drama tentang nasib anak-anak orang kaya yang ditelantarkan orang tua yang sibuk, tetapi ternyata ada yang punya cerita serumit Kazuhiro juga.

Setelah bertemu Tachibana, di pesta itu pula orang tua mereka mulai membicarakan tentang perjodohan. Kazuhiro bilang, dia tidak bertemu Tachibana lagi hingga masuk SMP. Kazuhiro mengaku dia sudah mulai menjadi seorang fanboy diam-diam. Dia tidak berani bilang pada orang tua, karena takut kesukaannya akan diperlakukan sama seperti saat dia berumur tujuh tahun.

Omong-omong tentang Kazuhiro yang berumur tujuh tahun, kurasa wajar saja dia sangat terpukul karena kematian calon adiknya. Janji dia dengan ibunya itu, sepertinya tertancap sangat dalam sampai-sampai Kazuhiro sangat meyakini itu hingga saat ini. Padahal, kukira orang seperti Kazuhiro tidak akan pernah mau diatur. Tapi, kalau aku jadi Kazuhiro yang membayangkan kejadian ibunya terjatuh setiap kali ingin membantah ucapan orang tua, aku bisa mengerti. Punya ingatan super seperti itu memang bisa jadi kutukan.

Itu juga yang menjadi alasan kenapa Kazuhiro begitu suka pada Mayumi.

"Setiap melihat Mayu-chan, aku jadi merasa bahwa adikku pasti akan selucu dia. Aku merasa ingin selalu memanjakannya."

Aku yang biasanya selalu marah jika dia menunjukkan rasa sayang pada Mayumi, jadi tidak bisa berkata-kata. Adik Kazuhiro, jika memang benar-benar lahir akan lebih tua dari Mayumi, tetapi sepertinya orang seperti Kazuhiro pun tetap manusia. Keinginannya untuk memiliki adik yang lucu pasti tidak hilang sampai sekarang.

"Aku tidak ingin jadi pewaris perusahaan."

"Apa?"

Keheningan yang tadi tercipta setelah Kazuhiro menyudahi cerita masa lalunya, sekali lagi dipecahkan oleh Kazuhiro sendiri. Aku menoleh padanya, terkejut.

"Aku ingin menjadi bintang idola. Aku ingin jadi sosok terkenal yang disukai semua orang. Aku ingin jadi seperti Tohoshinki." Kazuhiro menatap langit-langit saat mengatakannya, perkataan itu kalau keluar dari mulut setiap orang akan terdengar seperti racauan tidak berarti. Akan tetapi manik kelam Kazuhiro bersinar dengan kesungguhan. Baru kali ini aku melihat mata Kazuhiro seperti itu.

Kurasa ini adalah keinginan Kazuhiro yang sebenarnya.

"Tapi Ayah ingin aku jadi penerus perusahaan." Mata Kazuhiro meredup, kembali seperti semula. "Aku tidak boleh melawan. Mereka yang paling tahu-"

"Kazuhiro," potongku, "kurasa Kazuhiro berhak menentukan masa depan sendiri." Seorang anak kecil diarahkan oleh orang tua, itu wajar. Sedangkan Kazuhiro berbeda, dia sudah hampir dewasa. Orang sepintar Kazuhiro juga pasti sadar akan hal itu.

Kazuhiro menatapku, lalu kembali menatap langit-langit kamar, mendengkus sambil tertawa pahit. "Tentu saja semua orang akan bilang begitu."

"Semua orang akan bilang begitu. Termasuk Kazuhiro juga, bukan?"

"Tentu saja."

Aku masih duduk di lantai, menatap Kazuhiro yang masih menganggap langit-langit kamar sebagai hal paling menarik sekarang. Jawabannya tadi sangat instan.

"Hidup Kazuhiro, hanya akan dijalani oleh Kazuhiro sendiri. Bukan oleh orang lain, bahkan orang tua."

"Aku tahu. Aku tahu."

"Kalau Kazuhiro jadi bintang idola, aku mungkin akan jadi penggemar nomor satu."

Kali ini, Kazuhiro mematung sebentar, sebelum akhirnya menoleh padaku. Seringai menjengkelkan andalannya kembali. "Siapa yang mau memiliki Tora sebagai penggemar nomor satu? Aku lebih ingin Kurumi jadi penggemar nomor satuku."

Twin SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang