Bidadari Pasundan - Eps. 5

293 15 0
                                    

Gadis itu berjalan gemulai dengan satu tangan menenteng tas yang Dirga yakini berisi laptop. Tubuhnya ramping dengan dada dan pinggul yang membentuk lekukan indah. Mata bulat dengan tatapan teduhnya mampu menentramkan hati Dirga yang sedari tadi ingin beranjak dari duduknya dan melupakan wisuda. Rambut hitamnya yang tebal tergerai, berayun mengikuti gerakan si empunya. Bibirnya mungil, tanpa polesan apapun. Dirga yakin itu, karena baru kali ini ia melihat ada gadis di kampusnya yang bibirnya tidak merah seperti irisan buah naga. Ditambah lagi dengan aroma lembut seperti jeruk Sunkist yang menguar menyeruak masuk ke hidung Dirga, ketika gadis itu berjalan melewatinya. Aroma segar yang mampu membuat Dirga seketika 'terbang'. Jantung Dirga berdetak abnormal, hingga ia merasa sedikit sulit untuk bernapas.

Dirga menelan ludah, tepat di saat gadis itu duduk tak jauh dari tempatnya. Tak ada suara di antara mereka. Gadis itu pun sepertinya tak peduli dengan Dirga. Hingga ponsel yang ada di dalam saku jeans-nya tiba-tiba mengalunkan nada lagu Something Just Like This-nya Coldplay. Sontak perhatian gadis itu akhirnya tertuju pada Dirga yang seketika panik mengeluarkan ponselnya.

"Ga, kamu di mana sih?" tanya suara yang keluar dari telepon itu.

"Di perpus," jawab Dirga singkat sambil saling tatap dengan gadis di seberangnya.

"Lama banget! Tadi kan kamu bilang jam sebelas mau latihan wall climbing!"

Dirga melirik tampilan angka kecil di sudut laptopnya. Sudah jam sebelas lewat lima menit. Lagi-lagi, matanya mencuri pandang ke arah gadis tadi. Ternyata, ia sudah sibuk dengan laptopnya dan terlihat begitu serius.

"Iya aku masih harus cari sedikit informasi lagi tentang Lemuria dan tatar Pasundan," jawab Dirga yang akhirnya memutuskan untuk kembali menatap bukunya yang teronggok tak berdaya, tergantikan oleh gadis tadi. "Sebentar lagi aku ke sana," tambah Dirga sebelum mengakhiri pembicaraannya.

"Ada apa dengan tatar Pasundan?" suara selembut beledu itu mengejutkan Dirga dan membuat jantungnya nyaris copot dari tempatnya.

Sesaat lidah Dirga kelu, saking groginya. Entah mimpi apa ia semalam. Ia tak ingat. Tapi, ia harap saat ini bukanlah mimpi. "Uhm... aku sedang mencari sedikit informasi tentang Sunda, untuk bahan skripsi."

Kedua alis gadis itu terangkat. Sesaat kemudian, ia beranjak dari duduknya sambil merapikan belakang kemejanya yang memang terlihat panjang, tidak seperti pakaian gadis kekinian yang umumnya pendek dan ketat. "Kamu dari jurusan Arkeologi?" gadis itu sudah berdiri sejengkal dari tempat duduk Dirga sekarang. Aroma jeruk itu semakin menyerbu masuk ke dalam paru-parunya.

"Iya. Kenapa?" tanya Dirga dengan jemari memegang pinggiran meja sedikit erat tanpa sadar.

"Nggak apa - apa. Aku cuma tertarik aja sama informasi yang mau kamu cari. Kebetulan aku keturunan Sunda asli," jawab gadis itu. "Maaf ya kalau aku sedikit lancang. Aku terlalu girang, karena akhirnya ada yang mengangkat soal itu di sini. Boleh aku duduk?"

"Silakan," jawab Dirga dengan senyum kecil di bibirnya. Bukan senyum tak suka, sebaliknya. Ia begitu girang, hingga rasanya ingin sekali melompat seperti bocah mendapat hadiah permen lolipop.

"Apa yang kamu cari?"

Tangan Dirga mulai berkeringat. Entah gadis ini sebenarnya bidadari dari khayangan sebelah mana, tapi sungguh pesonanya mampu membuatnya tak berkutik. Padahal, selama ini ia sudah sering berpacaran dengan banyak perempuan, bahkan sejak zaman sekolah masih berseragam. Tapi, baru kali ini ia merasa seolah jiwanya telah bertemu kembarannya, layaknya puzzle menemukan kepingannya yang hilang. Berlebihan memang, tapi Dirga yakin itu yang sedang ia rasakan.


***

[TAMAT] Api Unggun TerakhirWhere stories live. Discover now