Penjaga Mahakam - Eps. 39

144 10 0
                                    

Dirga, Al, Kenan, dan Kirana saling tatap penuh tanda tanya.

"Apa-apaan kau ini? aku kan sudah memberimu banyak rupiah!" Peter berang.

"Maaf Mister, Saya tidak bisa." Suban menunduk sambil menggeleng penuh ketakutan.

"Fuck!" umpat Peter yang kemudian membuka tasnya, mengeluarkan beberapa lembar rupiah dari dalam sebuah amplop coklat. "Ambil ini dan dirikan tenda!" Peter memberikan uang itu tepat di atas tangan Suban yang gemetar.

Sejenak, lelaki itu menatap lembaran rupiah di tangannya. Sekelebat bayangan anak-anaknya yang beberapa hari ini merengek kelaparan pasti akan bahagia jika ia pulang membeli beberapa potong daging ayam untuk mereka. Cepat-cepat Suban melipat uang itu dan menjejalkannya ke dalam saku celana lusuhnya. Ia pun tanpa ragu lagi menurunkan barang dan mencari tempat yang cocok untuk mendirikan tenda.

"Hahaha ... betapa rendahnya orang-orang ini yang selalu dengan mudah diperbudak oleh uang! Di negara ini semua bisa diatur dengan uang!" Peter terbahak.

Dirga geram mendengar ucapan itu. Cukup sudah Peter menghinanya tadi, dan ia harus memperingatkannya sekarang.

"Hei, ingat! Aku di sini bukan karena uang. Aku dan teman-temanku ada di sini membantu kalian hanya untuk tugas skripsi dan membantu kalian memecahkan teka-teki artefak kuno itu. Kalau saja aku tahu perjalanan kalian hanya untuk merendahkan bangsaku, aku tidak akan pernah ikut bersama kalian!" Dirga terengah karena emosi.

"Lupakan sisa perjalanan ini, kami akan kembali pulang! Silakan lanjutkan sendiri misi kalian!" pekik Dirga kesal.

"No, kamu dan teman-temanmu harus tetap ikut bersama kami!" tukas Elizabeth yang melotot marah ke arah Peter karena telah membuat Dirga berubah pikiran.

"Elizabeth benar, Dirga. Kalau kalian tidak butuh uang, lalu apakah nyawa kalian lebih berharga daripada uang?" tanya Klaus dengan suara beratnya yang kemudian mengarahkan ujung pistol ke arah kepala Dirga.

Kenan, Al, dan Kirana terbelalak kaget.

Bersamaan dengan itu, tiba-tiba sebuah mandau terbuat dari tanduk rusa terbang cepat dan menancap pada sebuah batang pohon tepat di depan Elizabeth. Wanita itu terlonjak kaget dan melompat satu langkah ke belakang.

"Lari! Kalian harus lari!" tiba-tiba Suban berteriak sebelum akhirnya kaku tak bergerak karena sebuah mandau berhasil menancap di kepalanya. Darahnya muncrat hingga ke wajah Kirana yang tak jauh darinya.

Gadis itu kelu tak bisa bergerak, karena saking syoknya. Dirga yang segera menyadari situasi terbaik untuk kabur itu pun berniat meraih lengan Kirana, tetapi gagal. Justru Klaus yang menyambar gadis itu agar berlari dengannya bersama Elizabeth juga Peter.

Serangan mandau semakin datang bertubi. Entah siapa yang melemparkannya ke arah mereka, rimbunnya pepohonan membuat mereka seolah tak kasatmata.

Dirga hampir saja ikut berlari searah dengan Kirana dan Elizabeth juga timnya, tapi Kenan menariknya ke arah berbeda.

"Terus lari!" desis Kenan sambil menahan kameranya yang menjuntai di dada agar tidak terlalu sakit ketika bergoncang karena gerakan langkah kakinya.

Al terengah tapi ia masih tetap semangat untuk berlari. Ia sungguh tak ingin ditangkap oleh apapun yang menyerang mereka dengan mandau misterius itu.

Sementara Dirga, ia masih berlari tetapi pikirannya kalut. Cemas akan keselamatan Kirana.

Suararanting patah yang terinjak oleh langkah mereka nyaring terdengar di sunyinyahutan tropis pedalaman Kalimantan itu. Dedaunan beradu menimbulkan gemerisikmemekakan telinga, beriringan dengan deru napas ketiga pemuda itu. Entah sudahsejauh apa mereka berlari, yang jelas mandau-mandau itu tak lagi terlihatbeterbangan di sekitar mereka. Langkah itu terhenti ketika Al melihat sebuahbongkahan batu besar di tengah hutan. Ia sama sekali tak curiga, malah menarikkedua temannya untuk bersembunyi di balik semaknya yang rimbun.



***

[TAMAT] Api Unggun TerakhirWhere stories live. Discover now