Api Unggun Terakhir - Eps. 73

149 10 1
                                    

Menit demi menit berlalu dan akhirnya gerhana matahari total itu pun tiba. Langit seketika gelap gulita. Tebing di hadapan mereka mendadak buram. Elizabeth mendekati tebing itu dan secara tak sengaja menyenggol tepiannya. Setengah tubuhnya menembus masuk ke dalam, seolah itu adalah dimensi tak kasat mata. Elizabeth menyeringai. Ia pun melangkah masuk dan menghilang begitu saja.

"Klaus, kau harus masuk dan melihat ini!" teriak Elizabeth yang entah tubuhnya berada di mana. Mereka hanya bisa mendengar suara lengkingan wanita itu.

Klaus tampak kalap hingga tak sadar menjatuhkan pistolnya begitu saja dan setengah berlari, mencoba menembus tebing itu meskipun ragu. Ia pun menghilang di baliknya. "Kita berhasil!" teriak lelaki itu girang.

Paul pun mengikuti jejak mereka. Pria itu juga menghilang di balik tebing. "Aku akan menjadi orang terkaya di dunia!" pekiknya.

Al dan Kenan tiba-tiba ingin menerobos masuk. Dalam beberapa langkah, mereka meninggalkan Dirga yang terdiam seperti patung di luar tebing itu. Dan betapa terkejutnya mereka melihat isi tebing itu yang ternyata penuh dengan gunungan emas berkilau. Hampir saja Kenan akan melangkah mendekati Paul, Klaus, dan Elizabeth yang tengah berjingkrak-jingkrak di atas gunungan emas, tapi tangan Al menariknya. Tak lama kemudian, mereka ditarik keluar oleh Dirga yang sama sekali tak berhasrat untuk melihat apapun di dalam sana.

"Gerhana hanya terjadi selama tiga menit. Aku yakin, dimensi ini akan kembali terkunci ketika gerhananya mulai menghilang!" bisik Dirga sambil melangkah mundur membawa kedua orang temannya itu secara paksa.

"Kita kaya! Kita berhasil menyelesaikan misi Legion!" pekik Paul dengan nada bahagia layaknya seorang anak kecil yang berhasil menemukan lolipop di tengah tumpukan kado ulang tahun.

Gemerincing logam bersahut-sahutan. Tawa Elizabeth dan juga Klaus saling berderai. Namun, tiba-tiba seketika segalanya hening.

Benar saja apa kata Dirga. Perlahan, seiring dengan menghilangnya gerhana, tebing itu berangsur kembali menjadi seperti sedia kala meskipun belum sepenuhnya kembali. Perlahan, ketiganya bergerak mundur menjauhi tebing. Kali ini, tebing itu menjadi seolah transparan. Mata mereka beradu dengan tatapan Paul, Elizabeth dan juga Klaus yang nanar dan berubah dirundung rasa takut.

"Gerbangnya... Oh, tidak!" Elizabeth berlari terseok-seok menuruni gunungan emas tempat beberapa detik lalu bersorak sorai. Tangannya yang terkepal mencoba memukul tabir tak kasatmata, tepat di hadapan Dirga, Kenan, dan juga Al yang tak bisa berkata apapun.

"Keluarkan aku dari sini!!" lolong wanita itu melengking ketakutan.

Paul dari tempatnya mencoba membidik tabir itu dengan pistolnya. Satu letusan terdengar dan tiba-tiba tubuh pria itu ambruk tak bernyawa lagi. Beberapa detik kemudian, pakaiannya telah basah oleh darah, tepat di bagian dada kanannya.

Klaus gemetar. Ia menatap Paul yang tergeletak dengan mata terbelalak itu nyalang. Kepalanya menggeleng ingin meronta. Dengan perlahan, Klaus berlutut, meraih pistol Paul yang tergeletak di dekat tangan mantan pemiliknya. "Aku tidak ingin mati konyol karena terperangkap di dalam dimensi tak kasatmata seperti ini. Aku tidak akan membiarkan makhluk-makhluk konyol ini menyiksaku," ujar Klaus dengan pistol terjulur ke kepalanya sendiri.

Elizabeth menoleh, menatap pria itu. "Tidak, Klaus! Kau tidak boleh mati! Kita pasti bisa keluar dari sini!" hampir saja wanita itu berlari untuk mencegah Klaus bunuh diri, tetapi terlambat. Pria itu terlebih dulu menarik pelatuknya dan terkulai, tepat di samping jasad Paul. "Tidaaaak!!!" jerit Elizabeth putus asa.

"Liz!" Jason mencoba memukul tabir itu dengan tangannya hingga berdarah. Kakinya terus menendang tabir itu, tapi hasilnya nihil.

Perlahan, setiap jengkal tepian tabir ituberubah menjadi batu layaknya nisan bagi orang-orang yang tamak di dalamnya.



***

[TAMAT] Api Unggun TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang