Mimpi Misterius - Eps. 15

178 14 0
                                    

Kirana mengikuti arah petunjuk Al dan ia berjengit. Wajah terkejut dan senyum tak sengaja pun terlukis di sana. "Dirga?"

"Uhm..." Laki-laki itu malah bingung harus menjawab apa. Ia bahkan menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. "Boleh masuk?" tanyanya dengan nada sedikit malu-malu.

Mata bulat Kirana menatap lelaki di depannya yang mengenakan kaus putih polos, jeans belel, sepatu converse Nubuck dan ransel biru menggantung di punggung itu. Wajah tirus, dengan perawakan tinggi melebihi dirinya yang membuat Kirana terpesona. Ditambah dengan rambutnya yang mungkin memang sengaja dipanjangkan untuk mempertegas karakter yang sepertinya sedikit bandel dan susah diatur. Entah mengapa, Kirana malah cenderung suka dengan lelaki seperti itu.

"Silakan," jawab Kirana berusaha mengucapkan satu kata itu dengan nada yang biasa saja. Ia baru sadar, mengapa teman-temannya begitu mengidolakan seorang Dirga. Lelaki itu memang terlihat seperti mahasiswa lain, tetapi auranya seolah menguar dan membekap sehingga membuatnya seolah sesak napas. Bukan untuk membunuh, tetapi menyiksa Kirana dalam perasaan yang menggelora.

"Eh, terima kasih," jawab Dirga yang tanpa ragu melangkah masuk dan memilih duduk di kursi sebelah Al.

Kirana tersenyum. "Oke, kita lanjutkan lagi ya soal api unggun," katanya yang kembali menuliskan sesuatu di papan. "Pada mulanya, api unggun merupakan kebiasaan orang-orang di rimba untuk menjauhkan diri dari binatang buas, sebagai pelita di malam hari, berdiang atau memanaskan tubuh ketika udara dingin, dan sebagai tempat berkumpul di malam hari untuk berkemas. Jadi, api unggun bukanlah untuk penyembahan," jelasnya sambil terus menulis.

Dirga melirik Al yang tengah sibuk mencorat coret bukunya yang entah kapan ia keluarkan dari dalam tas. "Pssst..." bisik Dirga.

Al menoleh. "Apaan?"

"Kenapa kamu nggak bilang kalau kamu kenal Kirana?"

Kedua alis Al bertaut bingung. "Emangnya kamu pernah tanya?"

Sejenak, Dirga bungkam. Ia baru sadar, bahwa ia tak pernah bertanya atau bahkan membahas apapun soal Kirana pada Al.

"Api unggun tidak hanya dapat dilakukan di luar ruangan saja. Bila cuaca tidak memungkinkan, kita juga bisa membuat api unggun di dalam ruangan, atau untuk memperingati acara-acara tertentu. Bedanya, kita tidak menggunakan api yang sesungguhnya jika berada di dalam gedung. Api dibuat dari bahan kertas minyak berwarna merah yang digunting-gunting, lampu listrik, dan juga kipas angin untuk memberi efek jilatan lidah api yang biasa kita lihat pada api unggun yang sebenarnya. Api unggun seperti ini disebut dengan api unggun fantasi," jelas Kirana yang tak sengaja beradu tatap dengan Dirga. Seketika jantungnya berdebar lebih cepat dari sebelumnya. Hampir saja ia tersenyum, tetapi diurungkannya karena tak ingin malu di hadapan kakak tingkatnya itu.

Berbeda dengan Dirga yang malah tak ingin melepas pandangannya dari gadis itu. Seksama, ia memperhatikan gerak-geriknya dan bahkan merekam setiap kalimat yang keluar dari bibirnya yang mungil dan natural. Dan tiba-tiba Dirga teringat sesuatu. Suara Kirana seperti tak asing di telinganya. Suara itu begitu lekat di kepalanya. Ia bahkan mencoba mengingat suara itu dengan mata terpejam, ketika Kirana kembali menjelaskan tentang api unggun dalam Pramuka. Dirga membuka matanya dan hampir tersedak, karena ia tahu apa jawabannya. Suara Kirana sama persis dengan suara perempuan yang meminta tolong padanya dalam mimpi misterius semalam.


***

[TAMAT] Api Unggun TerakhirWhere stories live. Discover now