1. Inikah akhirnya

197K 6.4K 302
                                    

"Aku ingin kita berpisah."

"Kenapa?"

"Hubungan kita sudah tidak sehat, aku tidak ingin semakin melukaimu. Mungkin ini yang terbaik untuk kita semua."

Aku menghela nafas mencoba menguatkan hati, aku tidak menyangka bahwa suami yang aku cintai, aku banggakan, aku percayai tega mengatakan kalimat yang melukaiku begitu dalam. Tak cukupkah dengan membiarkanku melihat perselingkuhannya dengan wanita itu dirumah kami dan kini dia lebih memilih wanita itu daripada aku.

Bukankah seharusnya dia meminta maaf, menenangkanku dan menebus kesalahan yang dia buat, tapi kini semuanya berbanding terbalik. Dia memilih wanita itu dan memilih meninggalkanku.

"Aku ingin kita berpisah" suaranya dan kalimatnya yang menyakitiku terus kembali kudengar setelah aku teridam cukup lama tanpa menanggapi keinginannya.

"jadi pada akhirnya aku kalah, dan wanita penggoda itu yang menang?"

"huh... jaga bicaramu, dia tidak seperti yang kau fikirkan"

"Lalu harus kupanggil apa wanita yang merebut suami ku? tuan putri? Atau nyonya satria?"

"Aku tidak ingin bertengkar, aku mengajakmu bertemu hanya ingin mengatakan aku ingin kita berpisah."

"Aku tidak cukup baik seperti wanita-wanita yang ada di tokoh novel yang hanya akan menangis ketika suaminya meminta perpisahan dan akan merelakan suaminya bahagia dengan penggoda"

"Lalu apa yang kau inginkan?"

"Mempertahankan pernikahan kita"

"Tidak, aku tidak bisa"

"Kakak bukannya tidak bisa kakak hanya tidak ingin mempertahankannya. Jika kakak ingin kita bisa memperbaiki semuanya"

"Keputusanku sudah bulat, aku ingin kita berpisah"

"Begitu pula denganku aku akan mempertahankan pernikahkan kita, terserah kamu ingin tetap berhubungan dengan dia. Toh dia yang akan disalahkan, dihina, dicaci sebagai pelakor. "

Aku melihatnya memejamkan mata, aku tahu suamiku menahan amarahnya tapi aku tak akan diam saja ketika istanku yang aku bangun berusaha dirobohkan

"berhentilah bersikap egois, asal kamu tahu dia sedang mengandung anakku. Aku ingin segera menikahinya"

"biarkan saja aku tidak perduli jika nanti anak itu akan dimusuhi seluruh dunia karena hasil dari perselingkuhan"

PLAKKK

Kepalaku terlempar kesamping, aku terdiam pipi ku panas, air mataku mengalir tanpa bisa kucegah. Mendadak telingaku tuli dan kepalaku berputar, aku tak menyangka bahwa suami yang aku cintai sepenuh hati tega menyakitiku. Baik hati ataupun fisik.

Selama pernikahan kami yang hampir berjalan 4 tahun dia tidak pernah melukai fisikku, bahkan jika kami bertengkar kami akan duduk bersama dan membicarakannya dengan baik-baik. Tapi kini hanya karena wanita itu dia tega menamparku.

Kudongakkan kepalaku untuk menatap matanya, aku tahu dia menyesal. Aku melihatnya memandangi tangan yang dia gunakan untuk menamparku.

"Tega kamu kak? Kamu tahu kamu tidak hanya melukai fisikku, kamu jug berhasil membuat hatiku hancur berkeping-keping"

"Maaf.... Aku minta maaf, aku tidak sengaja" aku lihat dia bersimpuh dihadapanku dengan masih memandangi tangan yang ia buat untuk menamparku tadi. 

"aku capek kak, aku mau tidur yang pasti aku akan mempertahankan pernikahan kita."

Setelah mengatakan itu aku melangkah meninggalkannya menuju kamar kami. Masih bisakah kamar besar ini disebut kamar kami. Sudah sebulan aku menempatinya sendiri setelah aku memergokinya bersama wanita lain.

Kupandangi kamar besar ini, mataku terpaku pada foto pernikahan kami, bukankah kami saling mencintai, saling memperjuangkan ketika restu dari orang tuaku sulit tergapai.

Air mataku membasahi pipiku, suara tangis yang sudah tak bisa aku tahan akhirnya keluar dengan sekencang-kencangnya. Kupukuli dadaku yang terasa sakit, kurebahkan tubuhku ke ranjanng yang digin ini kuringkukkan badanku berharap rasa sakitnya mereda.

***

Kubuka mataku akibat rasa pusing dikeplaku dan juga sakit di perutku, aku baru ingat aku belum sempat makan apapun sejak kemarin. Kupejamkan mataku kembali setelah ingatanku tentang pertengkaranku dengan kak satria suamiku.

Ingin rasanya aku kembali memejamkan mataku karena hanya dengan tidur aku bisa melupakan semua masalah yang aku hadapi, namun sakit di perutku tak bisa ku abaikankan, jadi kuputuskan untuk bangun.

Perlahan-lahan aku turun dari ranjang dan keluar kamar. Aku berharap kak satria masih di rumah ini, aku berharap masih ada sedikit rasa cinta di hatinya untukku. Kalaupun rasa itu tidak ada aku berharap dia tetap tinggal karena rasa bersalah karena telah menamparku.

Tapi lagi-lagi harapanku pupus, kenyataan menamparku untuk kembali sadar bahwa hatinya bukan lagi milikku, prioritasnya bukan lagi aku. Karena aku tak menemukan kak satria di rumah ini. 

Setelah mengedarkan pandanganku di ruang keluarga saksi bisu pertengkaran kami, mataku menangkap sebuah tulisan di sebuah kertas yang diletakkan di atas meja, kulangkahkan kaki mendekatinya dan kubaca isi di dalamnnya.

"Maaf telah menamparmu semalam, aku tidak sadar telah menamparmu. Aku terbawa emosi, aku pergi dulu. Sebaiknya kita bicarakan masalah ini kembali setelah kita sama-sama bisa berpikir lebih jernih "

Kuremas note yang ditinggalkannya, aku membuangnya ketempat sampah. Karena sampai kapanpun aku tidak akan berubah pikiran aku akan tetap mempertahankan rumah tangga kami. Kuambil telephone genggamku kubuka room chatku dengannya aku mengetikkan balasan notenya

"sampai kapanpun aku tidak akan berubah fikiran kak, semoga kakak segera sadar dan pulang kerumah kita secepatnya" kutambahan emoticon love merah. Kuletakkan kembali smartphoneku karena aku yakin dia tidak akan membalasnya

***

Ini cerita baru yang coba aku tulis tidak menggunakan konsep instagram 

Aku mau nyoba sesuatu yang baruSemoga kalian suka, dan bisa ngasih saran tentang cerita ini

 Dan kalau kalian masih mau cerita berkonsep cerita instagram kalian bisa komentar disini dan aku akan pertimbangin bikin cerita instagram dengan judul lain dan cerita lain

Tapi aku mohon dukungnnya untuk cerita ku ini juga ya😁

Maaf kalau alurnya kurang runtut dan masih banyak typo karena baru belajar. Jangan di ketawain ya please 😁

Blutiger (complete√)Where stories live. Discover now