21. Transformasi

56.5K 3.6K 115
                                    

Di dalam kamar mandi Andhika memandang cermin mengamati wajahnya yang basah akibat air, mecoba meyakinkan diri dengan apa yang akan ia lakukan selajutnya dengan Kinanti. Meski begitu Andhika berharap bahwa saat keluar nanti ia tidak menemukan Kinanti di dalam kamar yang berarti kinanti berubah fikiran. 

Namun semua harapan Andhika pupus setelah ia membuka pintu disana ia masih melihat Kinanti berdiri menghadap kearahnya. Andhika mendekat secara perlahan, membelai wajah Kinanti dan menempelkan dahinya pada dahi Kinanti.

"Sekarang belum terlambat untuk mundur, nanti jika kamu ingin berhenti aku tidak bisa jamin untuk bisa menghentikannya"

"Aku tidak akan meminta berhenti." Kinanti menjawab dengan penuh keyakinan dan tekad.

Andhika mulai mengecup dahi kinanti, kedua matanya, pipinya, hidungnya dan saat akan mencium bibir Kinanti Andhika menatap mata Kinanti setelah itu barulah Andhika menempelkan bibirnya pada bibir Kinanti. Andhika melakukannya secara perlahan karena Andhika berharap Kinanti tahu jika ia benar-benar jatuh hati pada wanita itu.

Pada mulanya Andhika hanya menempelkan bibirnya namun dengan perlahan Andhika mulai melumat bibir Kinanti. Kini mereka saling melumat berbagi saliva dan memainkan lidah mereka, saling membelit sehingga menimbulakan suaranya decakan yang membuat nafsu Andhika maupun Kinanti meningkat.

Andhika semakin memperdalam lumatannya dengan menahan tengkuk Kinanti sedangkan tangan kinanti meremas rambut Andhika. Keduanya mulai kehabisan nafas membuat andhika menyudahi ciumannya pada bibir Kinanti dan memberi jeda untuk mereka menghirup udara.

"Aku tidak bisa berhenti sekaarang. Maaf" 

Kini Andhika mulai mencium bibir Kinanti lalu kemudian dengan perlahan ciumannya turun kedagu dan keleher Kinanti. Andhika menghirup dalam-dalam aroma wanitanya, dan mulai mejelajahi leher Kinanti dan memeberikan kissmark di leher Kinanti.

Menggiring Kinanti menuju ranjang, Andhika merebahkan Kinanti dengan perlahan dan menindihi Kinanti. Ciuman keduanya masih berlanjut, namun Andhika tersadar akal sehatnya muncul meski hanya sedikit. Tak seharunya ia melakukan ini masih banyak cara lain untuk membantu wanita yang dicintainya. 

Andhika mengumpulkan sisa-sisa kewarasannya dan memutus ciuman mereka, menatap Kinanti dengan sayu menahan gairah yang ada. 

"Aku tidak bisa, bukan karena kamu tidak menggairahkan. Aku sangat menginginkanmu tapi aku tidak ingin kamu menyesalinya nanti."

Setelah itu Andhika mengecup dahi Kinanti lama, bangun dari atas tubuh Kinanti dan pergi meninggalkan kamarnya. Kinanti merasa terharu dengan ucapan Andhika dan merasa bodoh dengan tindakannya ia memilih menenggelamkan diri dalam selimut dan menangis untuk melepas semua beban yang menyesakkan.

Andhika sendiri memilih menggunakan kamar mandi di luar kamar, ia membutuhkan mandi air dingin untuk menjernihkan pikirannya. Setelah itu Andhika memilih untuk meninggalkan apartemen dengan mengunci pintunya ia takut Kinanti akan bertindak yang tidak-tidak.

Tangis Kinanti mereda, kini ia mulai memikirkan langkah yang akan ia ambil untuk kedepannya. Tentu saja Kinanti merasa sakit hati bahkan rasa sakitnya melebihi saat ia mengetahui penghianatan Satria. 

Bayangkan saja kalian diposisi Kinanti, Penghianatan suami dengan wanita lain yang sudah membuahkan hasil cinta, namun dengannya dulu Satria menunda karena ingin sukses terlebih dahulu. Lalu dengan hati yang masih remuk karena hantaman dari sang suami Kinanti berusaha merakitnya sendiri, sulit tentu saja.

Kinanti berusaha menyembuhkan lukannya dan mencoba menyatukan kembali serpihan hatinya meski harus tertatih-tatih, lalu dengan tiba-tiba Satria kembali padanya. Meski hatinya belum sembuh, Kinanti menerimanya mengatakan pada dirinya sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Menguatkan diri, pura-pura bahwa ia sudah baik-baik saja. Mencoba menutupi lukanya jika kembalinya Satria adalah obat untuknya. Tapi tidak ada yang tahu nyatanya Kinanti hanya mencoba baik-baik saja karena sejujurnya hatinya masih sakit oleh penghianatan Satria. 

Lalu saat Kinanti bersusah payah menyembuhkannya menguatkan hatinya kembali, dan sedang berusaha untuk kembali menjadi baik. Namun semuanya hancur bahkan hatinya seperti mati rasa karena nyatanya usahanya percuma.

Saat Kinanti memilih berpaling dari banyaknya orang yang menyayanginya dengan tulus hanya demi memberi kesempatan pada Satria nyatanya orang itu yang tak pernah sekalipun melihat Kinanti. 

Yang perlu mereka tahu adalah pertimbangannya bukan hanya karena ia masih mencintai Satria, bukan mereka salah besar. Kinanti memang masih mencintai Satria tapi saat mengetahui Satria menghianatinya rasa cintanya mulai terkikis, masih ada tapi tak sebesar dulu. 

Tapi ia juga tak menyalahkan orang-orang yang mengatakannnya bodoh karena  dulu sebelum menikah ia juga tidak segan-segan untuk mengutuk penghianatan dan memiliki prinsip jika tidak ada toleransi untuk penghianatan.

PIkirannya tentang pernikahan berubah setelah menikah, jika dulu pikirannya pernikahan adalah hanya tentang dua orang yang mencintai dan memutuskan untuk bersama selamanya. 

Saat sudah tidak cinta atau bosan bisa dengan mudah untuk diakhiri tapi tidak, bukan seperti itu, kini bagi Kinanti pernikahan adalah komitmen sehidup semati yang harus ia  jaga janjinya.

Janji dengan orang tuanya dan orang tua satria, lalu janjinya dengan Tuhannya. Pada awalnya Kinanti tidak bisa untuk mengabaikan hal tersebut. Apalagi jika ia mengingat-ingat dulu dimana ia meminta untuk mengijinkannya menikah diusia yang masih terbilang muda. 

Bahkan saat dulu ayahnya menentangnya Kinanti dan Satria berusaha keras untuk meluluhkan hati ayahnya, sampai pada akhirnya ayahnya menyetujui pilihannya.

Jika Kinanti tidak memikirkan keluarganya juga keluarga Satria mungkin ia akan mudah untuk mengakhiri semuanya.

Tapi saat ini Kinanti sungguh tidak bisa lagi berpura-pura bodoh hanya untuk sebuah komitmen yang tidak dianggap berharga oleh pihak lainnya, sudah saatnya Kinanti untuk mengakhiri segala penderitaannya. 

Hatinya sudah mati rasa untuk laki-laki bernama Satria, jika dulu ia berusaha sepenuh hati untuk mengabdikan diri bagi suaminya kini tidak lagi. Ia akan membuat orang-orang itu yang menyakitinya secara brutal juga merasakannya. 

Jangan salahkan Kinanti jika nanti untuk kedua orang tersebut Kinanti menjadi sosok yang kejam dan tanpa ampun, karena nyatanya merekalah yang membentuk Kinanti mejadi sosok seperti ini. 

******
Haiii selamat malam
Buat yang belum tidur selamat membaca
Kalo yang udah tidur, selamat membaca di esok hari
Maafkan ya kalo di part sebelumnya bikin spot jantung
Karena respon kalian yang luar biasa 🥳 jadi aku nepatin janji buat double update
Selamat membaca❤
Jangan lupa kritik dan sarannya
Maaf gak bisa bales komentarnya satu-satu karena ngebut buat chapter ini ❤

Blutiger (complete√)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora