20. Kesempatan dalam kesempitan

59.4K 3.7K 136
                                    

Sesampainya di parkiran Apartemen miliknya, Andhika mengajak Kinanti untuk menaiki lift dan menuju ke lantai unit apartemennya berada. Kinanti hanya diam dan mengikuti Andhika, setelah menekan tombol kunci Andhika mempersilahkan Kinanti untuk masuk. 

Andhika mempersilahkan Kinanti untuk duduk sedangkan Andhika berjalan meuju dapur memerikasa bahan makanan yang tersedia, namun tidak ada bahan yang tersisa. Karena memang Apartemen ini jarang Andhika datangi, ia akan kesini hanya saat merasa sedang suntuk dan butuh waktu untuk menenangkan diri. 

Jadi Andhika memutuskan untuk membeli makanan di luar, sebenarnya ia bisa saja delivery order tapi Andhika ingin memberikan waktu Kinanti untuk menenangkan diri dengan membiarkannya sendirian disini. 

"Minumlah, aku akan keluar sebentar untuk membeli makanan." Pada mulanya Kinanti hanya diam tanpa merespon ucapan Andhika.  

Andhika yakin Kinanti mendengarnya meskipun tidak ada jawaban dari Kinanti sehingga Andhika tetap berlalu meninggalkan Kinanti.

Andhika merasa kain pada pergelangan tangannya tersangkut namun ternyata tangan Kinantilah yang memegang kain pada bagian baju lengannya. 

Andhika bisa melihat pandangan terluka dari Kinanti, dan perlahan-lahan mata Kinanti berkabut lalu satu demi tetes air mata Kinanti turun membasahi pipinya.

Melihat Kinanti menangis membuat hati Andhika juga merasakan kesakitan hati Kinanti. Tanpa mengatakan apapun Andhika membawa Kinanti kedalam pelukannya. 

Kinanti tak membalas pelukan yang diberikan Andhika kepada dirinya, Kinanti menumpahkan segala tangis yang coba ia tahan tadi di pelukan milik Andhika.

Kinanti tak membalas pelukan yang diberikan Andhika kepada dirinya, Kinanti menumpahkan segala tangis yang coba ia tahan tadi di pelukan milik Andhika

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Menangislah, jangan ditahan. Aku disini." 

Andhika dengan telaten terus menepuk-nepuk Kinanti berusaha menenangkan dan menyalurkan kehangatan untuk Kinanti. Sampai pada akhirnya karena kelelahan menangis membuat kaki Kinanti lemas, dan hampir terjatuh namun dengan sigap Andhika menahan Kinanti.

Andhika menggiring Kinanti untuk duduk ke sofa, berangsur-angsur tangis Kinanti mereda namun masih meneteskan air mata. 

 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Blutiger (complete√)Where stories live. Discover now