3. Pulang

73.7K 4.1K 83
                                    

"Apa yang harus aku lakukan?" Aku bertanya pada diriku sendiri. Mengedarkan pandanganku ke segala penjuru rumah ini.

Kosong, sepi, dingin begitulah rumah ini, kehangatan yang dulu aku bangun dengan kak satria perlahan menghilang dan pudar.

Kekosongan ini semakin terasa karena hari ini aku hanya berdiam diri di rumah, pak andhika memberikan ku cuti selama 3 hari. Mungkin saja beliau merasa kasihan melihatku yang dicampakan suaminya.

Ku jatuhku tubuhku kelantai dingin ruang tamu, kutengadahkan kepalaku memandangi langit-langit rumah ini, kuhela nafas berkali-kali, rasanya masih sama sakit, sepi, kecewa, marah bercampur menjadi satu.

Ku jatuhku tubuhku kelantai dingin ruang tamu, kutengadahkan kepalaku memandangi langit-langit rumah ini, kuhela nafas berkali-kali, rasanya masih sama sakit, sepi, kecewa, marah bercampur menjadi satu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiba-tiba kenangan masa-masa awal kami menikah muncul begitu saja tanpa bisa kucegah, ketika kami menghabiskan waktu berdua, saling membantu merapikan rumah ini. Canda dan tawa yang dulu sering terdengar di seluruh penjuru rumah ini kini telah hilang.

Tak terasa air mataku kembali menggenang di pelupuk mata siap untuk meloloskan diri dari sarangnya, namun berhasil ku tahan.

Hingga aku dikejutkan saat kudengar suara pintu rumah dibuka, kulihat disana berdiri kak satria. Entah rasanya bahagia melihat kak satria berdiri disini lagi.

Aku beranjak dari sofa menghampirinya, kusunggingkan senyumanku untuknya. Kuraih tangannya untuk kucium. Kupandangi lagi wajah yang amat aku rindukan ini.

"Akhirnya kakak pulang juga, kakak mau makan, aku sudah memasak sesuatu."

"Aku sudah makan tadi, kau makanlah sendiri."

"Kakak berubah, dulu kakak selalu makan makanan yang aku masak meski kakak sudah makan diluar."

Tanpa mengucapkan apapun kak Satria berlalu melewatiku dan masuk ke kamar kami. Aku berjalan mengikuti kak satria tanpa berusara. Ketika kak satria masuk ke dalam kamar mandi aku menata baju untuk dipakai kak staria nanti.

Aku duduk dipinggiran ranjang menunggu kak satria dengan diam. Ku angkat wajahku saat suara pintu kamar mandi dibuka.

"Kak aku sudah menyiapkan baju untuk kakak" 

Tidak ada sahutan dari kak satria, dia bahkan melewati baju yang sudah kusiapkan. Kak satria membuka lemari dan membawa baju pilihannya kemudian berlalu memasuki kamar mandi lagi. 

"Kak, aku fikir kakak telah kembali, aku fikir kakak telah pulang. Tapi nyatanya aku salah hati kakak masih tersesat"

"Nan, mengertilah keadaan kita sudah tak sama seperti dulu. Aku tidak ingin menyakitimu terlalu dalam lagi. Aku menawarkan perpisahan tapi kau menolaknya."

"Keadaan kita memang sudah berbeda kak, tapi bukankah kita bisa memperbaikinya?"

"Sungguh aku tidak bisa nan, putri membutuhkanku, anak kami membutuhkan aku. Dan juga aku tidak ingin melukaimu lagi."

Blutiger (complete√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang