7. Biasa saja

55.7K 3.4K 86
                                    

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam setengah karena macet dan hujan yang menghalangi jarak pandang pak Andhika untuk menyetir. Akhirnya kami sampai dengan selamat di depan rumahku.

"Sebaiknya bapak mampir dulu kedalam, ada baju suami saya yang masih baru belum terpakai bisa bapak pakai." Aku menawarkannya karena melihat bibir Pak Andhika kelihatan membiru karena kedinginan.

"Tidak perlu, terima kasih sudah mau ikut..."

HACHUUU...

"Sebaiknya bapak masuk saja kedalam, sebelum bertambah parah pak."

"Baiklah, tapi sebaiknya kamu izin dulu pada suamimu bahwa kamu akan mengajak saya kedalam rumah."

"Bapak tahukan, keadaan rumah tangga saya, jadi itu tidak perlu."

Ku ajak pak andhika untuk masuk kedalam rumah dengan aku yang menggendong Shalu, setelah kubaringkan shalu di sofa dan kupastikan shalu sudah nyaman aku berlalu menuju kamar untuk mengambil baju kak Satria dan kuberikan kepada pak andhika yang dulunya aku persiapkan untuk kado pernikahan kami ke 5 tahun.

Setelah membuat teh dan menunggu pak Andhika selesai membersihkan diri kubuka kembali pintu rumah yang tadi kututup karena harus pergi kebelakang sementara shalu tengah tertidur sendiri di ruang tamu.

Aku membuka pintu agar meminimalisir timbulnya fitnah yang mungkin bisa saja terjadi, karena membawa masuk seorang laki-laki saat suaminya tidak ada. Padahal masih ada shalu akan tetapi karena tetangga di Indonesia yang sangat perhatian lebih baik aku berhati-hati.

Kulihat pak andhika telah segar berjalan kearahku dan shalu sambil menggosok rambutnya yang masih basah dengan handuk. Kuserahkan teh hangat untuknya agar bisa menghangatkannya. Kuberikan selimut untuk pak andhika, karena kulihat hidungnya yang memerah.

"Sampaikan terima kasih dan maafku pada suamimu nan, karena memakai bajunya"

"Tidak perlu pak, baju itu tidak akan pernah terpakai."

Setelah percakapan itu keadaan kembali hening, kuputuskan untuk menghidupkan televisi yang ada untuk sedikit menghilangkan kecanggungan kami.

Kutolehkan wajahku menuju kearah pintu setelah kudengar ada yang memanggil namaku. Disana berdiri kak satria menatapku tanpa ekspresi.

Keterkejutanku belum hilang kulihat pak Andhika sudah berjalan kearah kak satria dan mengulurkan tangannya "Maaf saya masuk kerumah anda saat anda tidak ada, jangan salah paham atas kehadiran saya,.. "

"Saya tidak perduli anda ada hubungan apa dengan Kinanti, kalaupun kalian ada hubungan itu akan membuat saya senang karena bisa bercerai lebih cepat dengan kinanti"

Aku tak menyangka dengan jawaban yang dilontarkan kak satria, begitu besarkah keinginannya untuk bercerai denganku. 

Lagi dan lagi aku disadarkan bahwa hati kak satria memang sudah bukan milikku lagi, bahkan melihatku dengan lelaki lain tak membuatnya marah sedikitpun.

"Kinanti terima kasih untuk hari ini, saya akan mengganti bajunya besok. dan untuk anda pak satria saya benar-benar minta maaf sudah lancang memasuki rumah anda saat anda tidak ada, saya permisi"

Pak Andhika berjalan dan mengangkat shalu ke gendongannya dengan hati-hati, aku segera mengikuti pak andhika keluar rumah untuk memayungi pak andhika dengan shalu karena hujan masih mengguyur dengan sangat deras. setelah melihat mobil pak andhika menghilang aku kembali menuju kedalam rumah tanpa minat.

Kulihat kak satria duduk di sofa tempat pak Andhika duduk tadi, aku berjalan melewati kak satria menuju kamar tanpa menoleh kearahnya. 

Tapi tanganku ditahan oleh kak satria membuatku terpaksa berhenti. Aku tetap diam memungunginya, aku masih menunggu apa yang akan kak satria lakukan atau katakan selanjutnya. 

Sampai beberapa menit berlalu tidak ada yang dilakukan oleh kak satria, aku memutuskan untuk melepaskan tanganku dari genggamannya dan ingin kembali melanjutkan langkahku.

"Nan, aku mohon kabulkan permintaanku demi kebaikan kita bersama. mari kita berpisah"

"jika kakak kerumah hanya ingin mengatakan itu, pergilah karena keputusanku tetap sama."

"Nan aku mohon ke kamu, tolong kasihani putri dan anak di kandungannya nan, mereka butuh pertanggung jawabanku nan, kamu seorang wanita nan bayangkan jika kamu yang ada di posisi mereka."

"Kenapa harus aku yang selalu mengalah kak? mereka yang merebut kamu lalu kenapa kini kamu buat aku seperti orang jahat yang ingin menyiksa mereka?"

"Maaf, aku akui aku telah menyakiti kamu nan tapi kandungan putri semakin hari semakin besar dia butuh status dariku nan"

"itu tidak ada urusannya denganku kak, seharusnya kalian berfikir lebih dulu sebelum melakukannya, pergilah kak aku capek."

Aku berlalu meninggalkan kak satria menuju kamar, jika saja aku bisa jujur sesungguhnya aku lelah harus berjuang mempertahankan sendirian, bayangkan kamu sibuk menjahit kain yang telah sobek, lalu selama proses menjahit tak jarang tangan kalian tertusuk jarumnya namun sayangnya perjuangan itu seakan tak ada habisnya karena ada gunting yang selalu memotong jahitanmu.

Tapi jika memikirkan kenangan indah kami, perjuangan yang harus kami tempuh ketika kami ingin bersama membuatku tak bisa menyerah begitu saja membiarkan wanita itu menang merebut suamiku dan menghancurkan istana yang aku bangun. Aku berjalan mengambil smartphonku ketika kudengar ada notifikasi masuk.

"Kak ini aku putri, besok siang aku ingin bertemu dengan kakak. aku akan menunggu kakak di Cafe dekat kantor kakak. aku akan menunggu sampai kakak datang."

Tak ada niat sedikitpun aku ingin membalas pesan dari wanita ini, tapi aku putuskan untuk datang menemuinya. Aku ingin mengetahui apa yang akan dia lakukan, mungkin juga sedikit bermain-main dengan dia akan menyenangkan dan juga akan membuatnya sadar bahwa aku bukan wanita lemah yang hanya akan menangis menghadapi wanita seperti dia. 

Dia memaksaku untuk berbuat seperti ini, jika menjadi jahat bisa mempertahankan apa yang aku miliki akan aku lakukan.

***

Aku memulai hari seperti biasanya, mulai membersihkan diri dan memakan sarapanku. seperti biasa aku memakai kemeja dan juga rok span hanya saja kini aku sedikit menambah make up yang aku gunakan.

Jam makan siang yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang juga, aku bergegas meninggalakan meja kerjaku menuju toilet untuk memperbaiki riasanku agar terlihat lebih segar.

aku berjalan menuju lift untuk menuju lobi perusahaan karena disana sudah ada taksi pesananku yang akan mengantar ke tempat yang akan aku tuju. Saat pintu lift akan tertutup kulihat sebuah tangan menahannya dan ternyata pak Andhika yang menahannya dan berjalan memasuki lift.

Kami terlibat obrolan santai , hingga akhirnya kami tiba di lobi perusahaan. Kami berpisah dengan aku menuju depan lobi dan pak Andhika ke arah parkiran untuk mengambil mobilnya. 

Pada awalnya pak Andhika menawarkan tumpangan untukku aku menolaknya karena sudah ada taksi pesananku dan juga aku tidak ingin pak Andhika melihat ku kembali dalam keadaan yang menyedihkan.

Aku duduk dengan tenang di dalam taksi setelah mengatakan tujuanku, tidak bisa kupungkiri ada perasaan was-was, marah, dan penasaran yang bercampur menjadi satu. 

Tapi aku berusaha menenangkan diri agar nanti aku tidak terpancing emosi saat berhadapan dengan wanita itu. 

Akhirnya aku sampai di depan kafe, aku melihat kearah cermin sekali lagi untuk memastikan penampilanku sebelum aku keluar dari taksi dan berjalan memasuki kafe.

***

Bersambung.....

Blutiger (complete√)Where stories live. Discover now