36. Happy Ending?

61.1K 2.8K 75
                                    

Sungguh Kinanti saat ini sangat terkejut, bagaimana tidak malam ini dirinya seperti sedang kena Prank ditinggalkan kabur begitu saja oleh Shalu, kemudian lampu mati.

Dan saat dirinya masih kebingungan mencari penerangan dengan ponselnya Kinanti kembali dikejutkan dengan pintu yang ada di depannya terbuka, Kinanti melongo dengan apa yang dia lihat.

Karena kini di hadapan Kinanti ada jalan terbuat dari lilin di samping kiri dan Kanannya, Tapi Kinanti masih tidak bisa melihat dimanakah jalan lilin ini  berujung. Dan apa yang menantinya diujung jalan.

Kinanti mencoba mengingat apakah hari ini dirinya ulang tahun, tapi tidak ulang tahunnya masih 2 bulan lagi, dan siapa yang memberikan kejutan ini padanya dan mengapa?.

Muncullah satu nama di otak Kinanti jika mungkin saja ini dari Andhika mengingat keterlibatan Shalu tadi dalam penjemputan nya. Kinanti merasa jantungnya berkali-kali lebih cepat dalam bekerja. 

Kinanti mulai melangkahkan kakinya pelan dengan senyum di wajahnya. Siapa yang tak senang di berikan perlakuan romantis seperti ini.

Kinanti menoleh kesamping saat dilihatnya balon yang menggantung dengan kartu di bawahnya, Kinanti berjalan mendekati balon itu dan mengambil kartu yang ada di bawahnya.

Kinanti membukanya, mengamati tulisan yang tertera di sana. Senyum Kinanti semakin melebar saat dirinya mengenali jika tulisan itu adalah milik orang yang sedang dia pikirkan. membacanya dalam hati.

"Kinanti Prameswari, saat ini kamu tengah berjalan menyusuri jalan yang akan menuntun mu kepadaku. Tapi bukan berarti aku hanya menunggumu untuk menghampiriku.

Kinanti mengambil kartu di balon selanjutnya"Karena sesungguhnya akulah yang lebih dulu berjalan mendahului mu, membuatkan jalan ini agar kau mudah menemukanku."

Diambil kembali balon dan surat yang ketiga "Saat ini aku menunggumu berjalan kearah ku, aku menunggumu di ujung jalan dengan rasa cinta untuk meraih tanganmu. Untuk selanjutnya kita akan melangkah bersama-sama"

Kinanti benar-benar terharu dengan semua tulisan yang ada di surat tersebut, meskipun kata-kata yang tertulis di sana tidak puitis.Kinanti dapat merasakan pada setiap goresan tinta yang membentuk sebuah kata ada perasaan tulus yang orang itu coba dia sampaikan. 

Kinanti terus melangkah, senyumnya tak pernah lepas dari bibirnya. Kinanti hanya memandang ke depan untuk segera melihat dimana ujung jalan lilin ini. Bahkan saat ponsel yang Kinanti pegang terus bergetar Kinanti mengabaikannya karena perhatiannya tersedot penuh dengan suasana malam ini.

Akhirnya setelah Kinanti menyusuri jalan lilin dengan perasaan tidak menentu dan terasa lama Kinanti melihatnya, Pria itu. Tengah berdiri menatap Kinanti dengan lembut dan senyum lebar sehingga menampilkan giginya yang berjejer rapi. 

Kinanti seolah terpaku mendadak kakinya seolah tidak bisa dia gerakkan, matanya tak bisa berpaling dari tatapan Andhika. Dan kini Kinanti melihatnya berjalan dengan pelan dan pasti menuju arahnya dengan senyuman yang tak pernah surut.

Mengulurkan tangan padanya, Kinanti menatap uluran tangan Andhika. Menerima uluran tangan Andhika dengan perlahan Kinanti merasa semakin berdebar. Kinanti dapat merasakan Andhika menggenggam tangannya dengan erat.

Hangat, itulah yang dirasakan Kinanti saat tangan besar milik Andhika menggenggam tangannya. Seolah tangan besar Andhika membungkus tangannya yang mungil.

Andhika mengajak Kinanti untuk berdiri di tempat Andhika tadi menunggunya, sedangkan Kinanti terus menatap genggaman tangannya dengan Andhika. 

 Andhika menatap Kinanti hangat, tak lupa mengelus tangan Kinanti yang di genggamnya dengan jempolnya. 

Blutiger (complete√)Where stories live. Discover now