19. Baku Hantam

64.3K 3.9K 449
                                    

Setelah menendang pusat inti dari Satria, Kinanti kini berganti beralih akan menampar Putri namun hal itu di gagalkan oleh Andhika. Bukannya Andhika membela Putri akan tetapi Andhika tidak ingin Kinanti berbuat hal yang merugikan dirinya sendiri, apalagi sekarang orang-orang juga tengah berkerumun.

Satria yang belum mengetahui bahwa yang menendangnya adalah Kinanti mengumpat serapah mengutuk orang yang melakukannya, saat rasa sakitnya mereda dan Satria menegakkan badannya berniat untuk membalas perbuatan orang yang telah menendangnya namun Satria terperangah melihat siapa yang sedang dihadapannya.

Meski begitu Satria masih mencoba mendekati Kinanti, dan memegang tangan Kinanti. Kinanti hanya diam saja menunggu drama apa yang akan coba dimainkan oleh Satria. Satria menggengam tangan Kinanti dan menatapnya sendu, mencoba memberikan ekspresi kesedihan yang sekarang bagi Kinanti terlihat sangat memuakkan.

"Sayang, ini gak seperti yang kamu lihat. Aku hanya mengantar Putri untuk membeli peralatan bayi."

Kinanti masih tetap diam, hingga ia tertawa terbahak-bahak. Kinanti merasa selama ini dirinya benar-benar di bodohi oleh lelaki dihadapannya, bahkan saat Kinanti sudah memergoki mereka Satria masih bisa mengucapkan kebohongan.

"Aku baru tahu jika lembur kantor, adalah semacam pelacuran." Menghempaskan tangan Satria Kinanti memasang wajah mengejek kearah Satria.

"Jadi, kamu kembali hanya untuk menjebakku dengan pak Andhika."

"Jadi selama ini kamu selalu mencari tahu tentang perilaku pak Andhika kepadaku hanya karena ingin menjebak kami." 

Kinanti kini kembali tertawa dengan air mata yang mengalir deras, kini orang-orang mulai bergerumbul mendekat dan mulai merekam apa yang sedang terjadi. 

"Kamu... manusia atau bukan? aku adalah wanita yang dulu kamu minta pada ayahnya untuk kamu jaga. Kini hanya karena kamu ingin bersama wanita lain kamu ingin mempermalukanku dan menjebakku seolah-olah aku yang berselingkuh." Kini Kinanti mengatakannya dengan berteriak.

Orang-orang mulai berbisik-bisik dan memandang sinis pada Satria dan juga Putri yang kini hanya bisa diam mematung.  Satria sangat malu, dia tidak menyangka jika Kinanti bisa dengan sangat berani berteriak di mall dan kini banyak orang yang mengelilingi mereka. 

Satria yang merasa keadaan semakin buruk dan tidak menguntungkan bagi dirinya dan juga putri, menggandeng tangan Putri untuk pergi dari hadapan Kinanti dan gerombolan orang yang seperti memenjara dirinya. 

"Berhenti melangkah kalian. AKU BILANG BERHENTI." Kinanti merasa sangat marah saat melihat Satria menggandeng Putri untuk menjauh. 

Pada mulanya Satria tetap mengajak Putri untuk tetap melangkah, meski teriakan Kinanti telah menggema dimana-mana. Tapi usahanya gagal karena kini orang-orang yang bergerumbul tersebut menghalangi jalan mereka. Meski Satria berusaha membuka jalan namun usahanya nihil tak membuahkan hasil. 

Jadilah Satria berbalik menatap Kinanti lagi karena memaksa pergipun tidak akan berhasil. "Kita akan bicarakan ini di rumah, jadi biarkan aku pergi. Jangan seperti anak kecil yang membuat masalahnya menjadi konsumsi publik."

"Lebih baik menjadi anak kecil, daripada menjadi sampah yang bahkan tidak bisa di daur ulang." Kinanti melangkah mendekati lagi dua orang yang berhasil membuat dirinya mati rasa, yang tersisa hanya kebencian dan keinginan untuk menghancurkan keduanya.

Orang-orang mulai mengumpat dan menyumpah serapahi Satria dan Putri, mereka bahkan menertawakan keadaan keduanya dengan terang-terangan. Tidak ada satupun dari mereka yang merasa iba ataupun kasihan bahkan saat melihat perut buncit milik Putri. 

"Dengarkan aku baik-baik, aku setuju kita berpisah. Tapi aku akan membalas dendam rasa sakit yang aku rasakan pada kalian." 

Setelah mengatakan itu Kinanti mengampiri Putri, namun Andhika menahan bahunya. Kinanti memberikan senyuman pada Andhika untuk meyakinkan karena Kinanti tidak akan mengotori tangannya. 

Blutiger (complete√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang