17. Bom Atom

51.2K 3K 153
                                    

Hari berganti, Kini telah 1 bulan sejak kembalinya Satria kepelukan Kinanti. Kinanti merasa ada yang kurang tentang hubungannya dengan Satria. 

Kinanti merasa hatinya kembali gundah dan ragu, benar satrianya telah kembali. Tapi entah mengapa hatinya kembali dipenuhi dengan perasaan takut dan bimbang.

Hingga satu malam setelah Kinanti lama memikirkannya, Kinanti berfikir mungkin jika dia dan Satria memiliki seorang anak hubungannya dengan Satria akan lebih terasa hangat. 

Dengan harapan yang menggebu di hatinya Kinanti mulai memikirkan langkah-langkah yang akan dia ambil.

Hal yang pertama yang mungkin  bisa Kinanti lakukan adalah berhenti dari pekerjaannya sehingga dia bisa lebih menghabiskan waktunya bersama Satria.

Membuat kenangan-kenangan bersama untuk menghapus kenangan menyakitkan beberapa bulan terakhir.

Mungkin juga ini waktu mereka untuk memikirkan seorang anak untuk melengkapi keluarga kecil mereka.

Dengan tekat yang bulat, Kinanti nanti akan berbicara dengan Andhika untuk mebicarakan masalah pekerjaannya. Kinanti juga tahu bosnya perlu waktu untuk menemukan pengganti dirinya. Dengan senyum bahagia Kinanti melangkah memasuki ruang kerjanya dan menunggu Andhika.

Selang beberapa menit, Kinanti bisa melihat Andhika keluar dari dalam lift dan melangkah menuju kearahya. Kinanti segera berdiri dan menyapa Andhika seperti biasanya dan dibalas dengan Andhika dengan senyum ramah. Andhika berlalu menuju ruangannya, seperti biasa Kinanti segera mempersiapkan jadwal Andhika untuk ia laporkan kepada Andhika.

Mengetuk pintu dan mendengar Andhika mempersilahkannya masuk barulah Kinanti melangkah mendekat kearah Andhika. 

Sedangkan Andhika sendiri sedang memeriksa laporan yang sekiranya harus ia selesaikan dengan segera. 

Andhika mempersilahkan Kinanti untuk membacakan jadwalnya setelah ia selesai mengatur berkas-berkas di mejanya.

Kinanti kini telah selesai membacakan jadwal, tetapi Kinanti masih berdiri ditempatnya. Melihat hal itu membuat Andhika sedikit heran, dan Andhika pun memutuskan untuk bertanya.

"Apa ada hal lain yang ingin kamu sampaikan?"

Tidak langsung menjawab Kinanti masih terdiam dan memandang Andhika, entah mengapa keyakinan kinanti tiba-tiba menghilang melihat Andhika. 

Kebaikan-kebaikan yang Andhika lakukan kepadanya tiba-tiba berputar dikepalanya membuat Kinanti merasa tidak enak hati.

Andhika yang melihat Kinanti hanya terdiam dan hanya memandangnya mencoba menyelami pikiran wanita didepannya, lewat tatapan matanya. Andhika melihat ada keraguan di dalam manik wanita dihadapannya ini. 

" Katakan saja, apa yang ingin kamu katakan"

Mendengar perkataan Andhika membuat Kinanti semakin merasa tidak enak hati, akan tetapi Kinanti berusaha untuk menebalkan hatinya.

Karena ini demi kelangsungan rumah tangganya dengan Satria, dan tidak ada pilihan lain selain berhenti dari pekerjaannya. 

Jika ia  tidak segera mengambil sikap Kinanti takut satria akan kembali pada pelukan wanita itu, karena wanita itu menang satu langkah di depannya dengan memiliki seorang anak yang didambakan Satria.

Andhika menunggu dengan sabar apa yang akan dikatakan Kinanti kepada dirinya, tanpa tahu mungkin setelah mendengarnya akan membuat hatinya remuk redam diterjang badai. 

"Saya mohon maaf pak, saya ingin berhenti dari pekerjaan ini"

Sungguh kini perasaan Andhika seperti diremas-remas, sakit sunggguh sakit. Andhika menatap Kinanti dengan perasaan terluka dan kecewa. Tapi Andhika mencoba untuk mengendalikan dirinya dan mencoba bersikap baik-baik saja, segera ia normalkan kembali ekspresi wajahnya.

Blutiger (complete√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang