2. Rumah sakit

97.2K 5.2K 159
                                    

Sudah seminggu sejak pertengkaran kami, kak satria tidak pernah pulang kerumah kami, dia pun juga tidak membalas pesan yang rutin aku kirimkan untuknya. Entah pesan untuk menanyakan kabarnya ataupun pesan kegiatan yang kulakukan sehari-hari.

Untuk membunuh rasa kesepian dan kesedihan yang masih bertahta di hatiku akupun tetap bekerja sebagai sekretaris pimpinan dari persuahaan terkemuka dikota kami. Pekerjaan yang sudah aku tekuni sebelum aku menikah.

Pada awalnya aku dan kak satria sepakat untuk memperbolehkan aku bekerja sampai kontrakku habis. Jika saja sesuai rencana aku tidak akan melanjutkan kontrakku yang akan habis sebentar lagi, akan tetapi aku putuskan untuk tetap bekerja setelah pertengkaran kami.

Hari ini pekerjaanku tidak sebanyak hari-hari biasanya sehingga aku bisa pulang lebih awal. Aku beranjak untuk pulang tapi ku urungkan niatku dan kujatuhkan kembali bokongku di kursi, aku menghela napas dan memejamkan mata untuk menghilangkan sesak di dada yang tiba-tiba saja datang. Percuma saja bukan kamu pulang akan tetapi suami tidak ada di rumah.

Hingga aku dikejutkan oleh suara yang tiba-tiba saja mucul di indra pendengaranku "Loh belum pulang nan? Biasanya paling seneng kalau bisa pulang cepet?"

"tidak ada apa-apa pak. Ada yang bisa saya bantu pak?

"jika kamu lagi tidak sibuk atau ditunggu suami kamu, saya mau minta tolong temani saya mengantar shalu ke dokter gigi."

Setelah menyetujui ajakan dari bosku, kami menuju ke parkiran dimana mobilnya berada. Ya yang bertanya tadi adalah bosku yang memintaku menemaninya membawa putri kecilnya yang baru berusia 7 tahun ke dokter gigi.

Mungkin banyak yang bingung dan bertanya-tanya kenapa bosku ini malah mengajakku dan bukannya pergi bersama istrinya, karena istrinya meninggal setelah melahirkan shalu ke dunia.

sebelum menuju ke dokter gigi kami menjemput shalu terlebih dulu kerumah neneknya.

"Halo shalu, gimana kabarmu hari ini?" aku menyapanya setelah shalu masuk kedalam mobil.

"haloo aunty, sudah lama aku tidak bertemu aunty. Apakah aunty akan menemaniku untuk ke dokter?" Shalu menampilkan senyuman lebarnya kepada Kinanti. 

"Tentu saja, bukankah aunty sekarang sedang duduk disini?'

"Asiiik, kalau ada aunty doker tidak terlihat menakutkan"

Aku dan juga ayah dari shalu tertawa mendengar ucapan yang bisa dibilang lucu ini, jangan terkejut jika bosku ini tidak seperti bos-bos yang kalian bayangkan yang ada seperti di novel-novel yang bersifat tegas, sombong ataupun galak karena nyatanya beliau sangat ramah.

Akhirnya setelah perjalanan yang cukup menyita waktu di karenakan macet dimana-mana kami sampai juga di rumah sakit swasta yang cukup terkenal, kami duduk bertiga untuk menanti giliran shalu. 

Aku melihat banyak ibu-ibu hamil yang berlalu lalang melewati tempat duduk kami, karena poli gigi bersebelahan dengan poli kandungan.

Aku terus melihat ibu-ibu yang berlalu lalang sampai mataku bersibobrok dengan mata seseorang yang sangat aku kenal dan aku rindukan. 

Jujur saja aku ingin berlari memeluknya dengan erat  lalu mengatakan aku merindukannya dan mengatakan aku menunggunya untuk pulang. 

Tapi sayangnya di sebelahnya berdiri seorang wanita cantik yang tengah bergelayut manja di lengannya. Dia, suamiku terlihat terkejut melihatku dan kami masih tetap saling menatap.

"Aunty bukankah itu suami aunty kenapa lengannya digandeng wanita itu aunty?" aku baru tersadar dari aksi saling tatap dengan suamiku setelah Shalu menggoyang tanganku dan juga  pertanyaannya dengan menunjuk kearah dua orang yang kini wajahnya sudah pucat.

Aku tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan Shalu, bibirku kelu hatiku sakit. Kulangkahkan kakiku mendekati dua orang itu, kulihat kak satria menyembunyikan wanitanya ke belakangnya. Aku berhenti tepat dihadapan kak Satria.

"Sebegitu menakutkannya aku di matamu kak? Sehingga kau menyembunyikan dia di belakngmu?" Aku menatap Kak Satria lalu sedetik kemudian melirik wanita yang berada di belakangnya. 

Kak Satria hanya diam sembari memandangku, kulihat kak satria tidak ada niat sedikitpun untuk menjawabku sehingga aku kembali besuara.

"Kau berlaku seolah-olah aku yang melukainya? Bukankah dia yang melukaiku kak?"

Masih sama, reaksi yang kudapatkan dari kak satria tetap sama. Aku takut kehilangan kendali atas diriku sendiri jadi kuputuskan untuk berbalik meninggalkan dua orang itu. Namun baru beberapa langkah aku berbalik lagi menatap kedua orang tersebut dan aku berusaha memberikan senyuman terbaik.

"Kak semoga anakmu baik-baik saja, aku berharap anakmu nanti adalah seorang putri. Sehingga dia bisa merasakan jadi aku yang ditinggalkan oleh orang yang dia cintai"

Kulihat kak satria mengepalkan tangannya dan berjalan cepat menuju kearahku. Kupejamkan mataku saat kulihat kak satria mengayunkan tangannya. Namun setelah beberapa saat tidak kurasakan sakit di kedua pipiku

Kuputuskan untuk membuka kedua mataku, dan yang pertama kutemukan adalah punggung tegak dari bosku yang mencekal tangan kak satria. Aku tidak bisa berbuat apapun hingga kudengar suara pak Andhika.

"Saya minta maaf, bukan maksud saya untuk mencampuri urusan rumah tangga anda, akan tetapi memukul seorang perempuan untuk lelaki gagah seperti anda sungguh itu perbuatan yang memalukan."

Kulihat kak satria melepaskan pegangan pada tangannya, tanpa berkata sepatah katapun. Kak satria menghampiri wanita itu. Menggandeng tangan wanita itu dan melangkah menajuh.

"Kak, pulanglah. Aku menunggumu di rumah kita."

"Aku tidak bisa, putri membutuhkanku"

"Lalu kakak berpikir aku tidak membutuhkan kakak?"

Tak kudapat jawaban darinya yang kudapati adalah langkah kakinya yang semakin melangkah menjauh. Aku hanya bisa menahan air mata yang berusaha jatuh.

"Tunggulah di mobil, saya yang akan menemani shalu, ini kuncinya."

Kuambil kunci yang diserahkan bosku, lalu kujongkokan tubuhku, kusejajarkan tubuhku dengan shalu.

"Sayang, maafkan aunty, aunty tiba-tiba sakit perut. Aunty akan menunggu shalu di mobil. Aunty janji lain kali aunty akan menemani shalu"

Kudapati senyum manis dari shalu, dan pelukan hangat dari gadis kecil ini. Shalu melepaskan diri dari pelukanku dan tangan kecilnya terulur memegang dadaku dan mengelusnya perlahan dengan senyuman polosnya.

"Aunty shalu tahu yang sedang sakit adalah disini" Ucap shalu masih dengan memegang dadaku kemudian gadis kecil ini kembali berucap "sama seperti shalu yang rasakan saat shalu ingin ketemu mama"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aunty shalu tahu yang sedang sakit adalah disini" Ucap shalu masih dengan memegang dadaku kemudian gadis kecil ini kembali berucap "sama seperti shalu yang rasakan saat shalu ingin ketemu mama"

Aku mengangguk membenarkan ucapan gadis kecil ini dan aku kembali memelukknya sebelum aku berjalan menjauhi anak dan ayah tersebut, lama kelamaan langkah kakiku berubah menjadi lari. Sungguh aku tidak kuat untuk menahan sakitnya yang semakin menjadi. Setelah berada di dalam mobil aku menangisi nasib yang mempermainkanku.

*****

Hanya mencoba menulis apa yang sering berada di imajinasi saya
Mohon maaf kalau tulisannya jelek dan alurnya berantakan ❤

Blutiger (complete√)Where stories live. Discover now