22. Waktu Berdua

55.8K 3.4K 110
                                    

Keesokan harinya Kinanti terbangun dengan perasaan bingung, memandangi keadaan ruangan Kinanti merasa ia tidak mengenali tempat ini. Kinanti terduduk merasa panik memikirkan jika mungkin ia tengah diculik oleh sesorang. 

Ditengah kepanikan yang melandanya, Ia mendengar pintu diketuk. Membuat Kinanti semakin mengeratkan selimutnya memasang kesiagaan jika yang masuk akan berbuat macam-macam. 

Namun setelah orang yang mengetuk pintu membukanya dan menampilkan wajah Andhika Kinanti jadi mengingatnya. 

Bagaimana ia bisa berakhir disini dan di kamar ini, membuat pipi Kinanti memanas karena merasa malu. Andhika yang melihatnya hanya tersenyum dan mendekati ranjang tempat Kinanti tengah menyembunyikan wajanya ke dalam selimut dengan membawa sesuatu di tangannya. 

"Bersihkan dirmu, lalu pakailah ini. Aku tunggu di depan untuk sarapan." Andhika meletakkan paper bag yang ternyata adalah baju untuk Kinanti ke meja nakas lalu setelah itu Andhika meninggalkan kamar. 

Setelah mendengar pintu tertutup Kinanti mengumpat pada dirinya sendiri "Dasar bodoh, bagaimana bisa semalam kau sangat memalukan." 

Kinanti perlahan bangkit dari duduknya membersihkan ranjang dan menuju kamar mandi. Karena Kinanti harus membersihkan tubuhnya jika bisa Kinanti juga ingin membersihkan ingatannya tentang semalam. 

Sedangkan Andhika tengah tersenyum bodoh dan memegang dadanya yang berdegup sangat kencang karena mengingat ekspresi dari Kinanti. Andhika bisa melihat Kinanti yang baru bangun tidur ditambah semburat merah karena mungkin merasa malu dengan dirinya.

"ck... bagaimana bisa kau bahagia ketika wanitamu sedang bersedih." Andhika bergumam merutuki hatinya yang masih bisa bergetar disaat hati wanitanya tengah hancur berkeping-keping. 

Andhika memutuskan untuk menata sarapan yang telah dibelinya di Balkon, Andhika ingin menyantap sarapan dengan kinanti sambil menikmati udara pagi dan matahari yang menyegarkan di pagi hari agar pikiran Kinanti lebih segar dan terbuka 

Andhika memutuskan untuk menata sarapan yang telah dibelinya di Balkon, Andhika ingin menyantap sarapan dengan kinanti sambil menikmati udara pagi dan matahari yang menyegarkan di pagi hari agar pikiran Kinanti lebih segar dan terbuka 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kinanti keluar dari kamar dan mencari keberadaan dari Andhika, lalu ia melihat Andhika duduk di balkon. Kinanti menghampiri Andhika dengan perasaan malu tapi Kinanti berusaha untuk mengabaikannya dan berusaha untuk bersikap biasa saja agar hubungannya dengan Andhika tidak menjadi canggung.

"Duduklah, ayo kita sarapan makanannya hampir dingin."

Andhika dan Kinanti menikmati makanan dalam diam, Andhika menikmati moment-moment seperti ini, sebenarnya Andhika bersalah karena seperti mengambil kesempatan dalam kesempitan tetapi Andhika hanya mencoba menghargai dan menikmati segala hal yang sedang ditakdirkan untuk mereka. 

Sedangkan Kinanti merasa lebih baik, dia merasa beruntung dengan adanya Andhika di setiap ia sedang kesulitan, Andhika bisa membuatnya nyaman. Seperti saat ini tanpa banyak bicara Andhika selalu berada disampingnya menikmati sarapan pagi dengan sinar hangat matahari dan sejuknya udara pagi. 

Selesai Sarapan pagi mereka tetap duduk di balkon, Andhika memilih untuk tidak bekerja setidaknya sampai wanita di sampingnya sudah lebih membaik. Ponsel milik Andhika bergetar membuat Andhika mengambilnya, setelah melihat ponselnya Andhika melirik kearah Kinanti yang tengah memejamkan mata.

"Lalu, Apa keputusanmu saat ini?" Andhika bertanya dengan hati-hati karena takut membuat Kinanti menjadi tidak nyaman.

Kinanti lama tak kunjung menjawab, Andhika takut jika Kinanti merasa terganggu dengan pertanyaannya "Tidak perlu menjawab jika kamu merasa tidak nyaman."

"Menurut bapak, setelah saya diperlakukan seperti itu saya akan mengembil langkah seperti apa?" Kinanti membuka matanya dan berganti memandang kearah Andhika.

"Kalau kamu bertanya kepada saya, tentu saja lebih baik berpisah setelah perbuatannya sangat tidak masuk akal untuk tetap bertahan, tapi itu pendapat saya karena saya hanya menjadi penonton. Sedangkan kamu yang menjalani dan merasakannya, jadi jika kamu masih mencintainya maka itu terserah padamu."

Mendengar penuturan Andhika Kinanti mengangguk-anggukan kepalanya, mencerna ucapan Andhika. Ia senang Andhika tidak memaksanya, tapi Kinanti juga telah membuat keputusan.

"Cinta saya memang masih ada untuknya, tapi rasa sakit dan benci lebih mendominasi. Mungkin bermain-main sedikit dengan mereka lebih menyenangkan."

Andhika paham dengan maksud Kinanti barulah Andhika mengutarakan apa yang ia pikirkan dan ia peroleh dari handphonenya yang bergetar tadi. 

"Tindakan yang kamu lakukan kemarin di mall telah menyebar dan menjadi viral, kamu ingin saya menghapusnya atau biarkan saja?"

Mendengar uacapan Andhika, Kinanti meminjam handphone Andhika untuk melihat video yang beredar. Disana ia bisa melihat wajahnya, Satria, dan wanita itu serta Andhika terpampang dengan jelas. 

Kebanyakan komentar juga membelanya, namun Kinanti khawatir jika video yang beredar mempengaruhi pamor atau citra dari Andhika yang nantinya berrdampak pada Perusahaannya. 

Maka Kinanti membuat keputusan untuk menghapus saja video itu, masih banyak hal yang bisa ia lakukan untuk membuat pembalasan pada kedua orang tersebut. Mengembalikan handphone milik Andhika dan memandang bersalah pada Andhika.

"Maafkan saya karena terus menyeret bapak ke dalam masalah saya, bahkan bapak ikut terekam di video tersebut, lebi baik bapak segera menghapusnya sebelum rekan bisnis bapak melihatnya."

"Jangan pikirkan tentang saya, pikirkan dirimu lebih dulu. Jika kamu memang ingin membalas dendam video ini bisa sangat membantu, lagipula jari-jari netizen lebih menakutkan daripada pembunuhan dengan senjata."

"Tapi mungkin ini akan berdampak dan juga membuat kesalah pahaman untuk bapak."

"Kita bisa melakukan pers konferensi untuk meluruskannya dan juga membuat pukulan yang telak untuk mereka berdua apalagi jika kedua orang tua satria bisa hadir."

"Aku tidak ingin melibatkan orang tua kami, lagipula kedua orang tua kami pasti akan terkejut setelah melihat video yang beredar. Aku yakin mereka semua sedang bingung mencariku."

"Baiklah pikirkan semuanya dengan matang aku akan mengantarmu pulang."

Kinanti memilih diantar pulang kerumah orang tuanya, ia ingin segera meluruskan masalahnya dan membuat langkah baru. Pulang ke rumahnya dengan Satria hanya akan menambah rasa sakit di hatinya. 

************
Selamat malam 😍 Gimana kabar kalian hari ini?

Semoga kita semua selalu dalam keadaan sehat ❤
Jangan lupa untuk stay at home guna bentuk perlawanan kita terhadap Corona agar dia tidak semakin meraja lela
Semoga Indonesia dan Bumi kita segera membaik
Inget stay at home saat ini jadi solusi paling aman
Semoga cerita ku bisa menemani kegabutan kalian ❤
Mohon maaf kalo ceritanya amburadul
Selamat membaca dan jangan lupa kritik dan sarannya
Terima kasih ❤

Blutiger (complete√)Where stories live. Discover now