8. jadi jahat

58.1K 3.8K 146
                                    

Aku berjalan memasuki cafe, kuedarkan pandanganku mencari letak wanita itu berada. Tak butuh waktu lama untuk mencari wanita yang wajahnya sangat kuingat, karena kebencianku yang sangat dalam. 

Aku berjalan perlahan, menghampirinya dan mendudukkan diri didepannya. Ku tatap tepat di matanya, mencoba mencari tahu maksud dan tujuan wanita di hadapanku ini.

"Kakak mau pesan apa? lebih baik kakak pesan makanan dulu."

"tidak perlu berbasa-basi, langsung saja kau mau apa mengajakku bertemu?"

Aku melihatnya mulai menagis, ku lihat semua pengujung kafe mulai mencuri pandang kearah kami, kubiarkan saja drama ini berlanjut.

Aku bersindekap tangan terus melihatnya tanpa ada niatan untuk menghentikan tangisannya. Selang beberapa waktu dia mulai berhenti menangis, dan menghapus air matanya.

"Kak aku mohon, kasihani aku dan anakku. tolong tinggalkan kak satria, anak kami butuh sosok ayah untuknya. Aku tahu kakak wanita baik jadi aku mohon kak, tinggalkan kak satria."

Kubiarkan dia, kini aku tahu mengapa dia memilih tempat di tengah-tengah cafe karena dia ingin mempermalukanku.

Emosiku sedang diuji aku berusaha untuk tidak terpancing profokasi darinya. Dia menggunakan kalimat seolah-olah akulah yang merebut kak Satria dari dirinya.

Aku hanya diam membuatnya merasa berada diatas angin karena pengunjung cafe mulai berbisik-bisik mengataiku pelakor dan lain sebagainya. 

Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk membalas perbuatannya hingga dia tidak akan mampu untuk bangkit.

Kini drama yang dia suguhkan semakin menarik karena kini wanita ini beralih berdiri dari kursi dan bersimpuh di hadapanku dengan berderai air mata dan tangan diarahkan memegang kakiku dengan dia menangis dengan keras.

"Kak kasihani aku, aku sedang mengandung, aku lebih membutuhkan kak satria. Jadi aku mohon kak tinggalkan kak satria, aku rela harus melakukan apa saja asalkan kakak mau melepaskan kak satria."

Orang-orang pengunjung cafe yang tadi hanya diam dan berbisik buruk tentangku kini mulai terang-terangan mengataiku, dan juga kulihat sudah ada yang mengeluarkan smartphone nya untuk merekam kejadian ini. 

Hingga pandanganku bertemu dengan mata hitam legam milik bosku. Dia tidak melakukan apapun hanya memandangku, aku sempat terkejut melihatnya disini namun kuputuskan untuk kembali fokus dengan drama yang coba disuguhkan wanita ini.

"Sudah selesai drama yang coba kamu bangun? aku tidak menyangka bahwa pelakor jaman sekarang lebih berani dalam bertindak. Bukankah kamu yang merebut suamiku lalu kau memintaku melepas suamiku dan merelakan untukmu?"

"Jangan kau fikir aku sama seperti seperti wanita lainnya yang hanya akan menangis ketika istananya dihancurkan, aku akan mempertahankan istanaku. Silahkan tanggung sendiri akibat dari merebut suami orang. Silahkan meratapi nasib ketika nanti anakmu lahir dengan ucapan kebencian dari semua orang dan bukannya sebuah doa."

"Jika drama murahan ini yang ingin kamu suguhkan saya permisi"

Aku mengambil tasku dan bersiap untuk melangkahkan kakiku meninggalkan cafe, sebelum itu aku mengedarkan pandanganku, aku penasaran dengan respon yang ditunjukkan oleh orang-orang yang tadi menggunjingku tanpa tahu kebenarannya. Kulihat pak Andhika masih disana masih menatapku dalam diam, kubiarkan saja kuputuskan untuk melangkah keluar kafe.

Baru beberapa langkah aku meneruskan langkah aku mendengar wanita ini kembali bersuara, kini suaranya lebih keras atau bahkan bisa dibilang sebagai teriakan. 

Sungguh aku ingin mengabaikannya dan mencoba tuli dengan apa yang dia katakan hingga satu hal yang membuatku diam mematung tak bisa melangkah dan tak bisa berbalik hanya sekedar melihat lagi wanita yang berhasil menjatuhkan harga diriku ke dasar jurang.

"Jika menjadi kakak aku akan memilih mundur, kakak bahkan tidak bisa memenuhi kewajiban sebagai seorang istri, selama 4 tahun pernikahan kakak, kakak belum memberikan keturunan untuk kak satria. kakak seharusnya MALU!"

Kupejamkan mataku, sungguh dia membuatku benar-benar marah hingga tubuhku bergetar menahan amarah yang coba ku kendalikan.

"Kalau aku jadi kakak aku akan malu karena kakak MANDUL" kesabaranku habis kuputar tubuhku melihat wanita itu yang masih terduduk, aku menatapnya marah bahkan aku tidak tahu pasti jenis tatapan apa yang aku berikan kepadanya hingga kulihat dia bergetar takut mendapat tatapan tajamku.

Kulangkahkan kakiku mantap, pelan namun pasti berusaha mengintimidasi. Semakin aku mendekat kearahnya aku tahu dia semakin ketakutan kepalanya ditolehkan ke kanan dan ke kiri. 

Mungkin saja mencari pertolongan atau belas kasih dari orang-orang yang masih saja melihat kearah kami. Sayangnya dapat ku lihat bahwa orang-orang tidak ada yang ingin menolongnya. Aku bersyukur masyarakat di Indonesia sangat membenci praktek pelakor.

Kini sampailah aku di depan wanita ini, aku ingin menariknya dan menapar wanita ini. Tapi akal sehatku masih bisa berfungsi di sisa-sisa batas ambang sadarku. Ku tarik dia berdiri dan ku berikan senyuman yang mengejek, ku rapikan baju dan rambutnya yang acak-acakkan.

"Aku tidak tahu mengapa kau bisa mengataiku mandul, hanya gara-gara aku belum hamil selama hampir 4 tahun kami menikah." Aku bertepuk tangan dengan semangat dan tertawa seolah-olah apa yang aku katakan adalah hal yang sangat lucu.

Selesai membuat wanita ini terkejut dengan sikapku barulah aku kembali melanjutkan perkataan yang akan semakin mempermalukannya "Asal kamu tahu aku menikahi kak satria sebelum kak Satria sesukses sekarang sehingga kami sama-sama memulai dari nol dan setelah kak Satria sukses kau menggoda setelah itu kau hamil dan kau mengataiku mandul? lucu sekali wanita ini aku menuda kehamilan untuk membantu suamiku sedangkan kamu dengan bangga mengatakan tengah hamil dari merebut suamiku, dan hanya karena dia sedang berada di kesuksesannya?

kulihat wajahnya terlihat pucat, dan matanya berkabut menandakan wanita ini akan menangis. Sebelum aku melihat tangisan dramanya yang memuakkan aku mengambil gelas berisi jus yang ada di sebelah meja. 

Kusiramkan jus itu ke kepala wanita ini, aku tersenyum mengejek dan membisikkan kata-kata yang aku yakini masih bisa didengar orang-orang.

"Kamu tahu? kamu kotor dan sampah dalam rumah tanggaku kuharap jus itu bisa sedikit membersihkan tubuh kotormu." Setelah itu kulihat wanita ini terduduk dan menangis tersedu-sedu.

"KINANTI... APA YANG KAU LAKUKAN?" aku kenal suara ini bahkan tanpa menolehkan badan pun aku sangat mengenal suara ini. 

Setelah suara teriakan yang menandakan kemarahan sedang dirasakan oleh laki-laki ini yang tak lain adalah suamiku kak Satria. Kurasakan dorongan pada tubuhku kebelakang yang cukup keras.

Laki-laki ini yang seharusnya melindungiku kini berbalik melindungi wanita yang melukaiku. Aku terdorong kebelakang aku pasrah jika pada akhirnya tubuhku akan jatuh dan menimpa meja tapi kurasakan tubuhku ditahan dari arah belakang kutolehkan kepalaku untuk memastikan siapa orang yang menolongku, apakah benar orang itu yang kukenali lewat parfum yang dia gunakan adalah orang yang lagi-lagi harus masuk dalam masalah rumah tangga kami.

***********

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***********

Mau ngucapin terima kasih yang sebanyak-banyaknya sama yang udah mau baca cerita aku yang amburadul, mau ku hapus karena gak pd tapi ya gimana lagi ya sayang juga... jadi makasih banyak dan maaf kalau ceritanya jelek dan alurnya gak jelas. aku juga mohon kasih komentar ya biar aku bisa memperbaiki lagi tulisanku

xie xie.....


Blutiger (complete√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang