4. Pemanggilan

64.3K 4K 207
                                    

"Apamaksudmu nan? kalau bukan kamu yang hamil lalu siapa? mamih dan papih hanya memiliki satria nan." kulihat papi mentapku heran dengan ekspresi bingung yang begitu jelas. kutatap mata papi dengan tatapan sendu. aku sudah tidak bisa menahan air mataku yang turun dengan derasnya.

Suaraku tercekat, aku tidak bisa mengontrol tangisanku. Aku terus memandangi mami dan papi bergantian. Dengan satu tarikan nafas kuucapkan kenyataan pahit yang menyakitiku begitu dalam "Kak Satria memiliki wanita idaman lain pih, dan sekarang wanita itu sedang hamil."

"Apa maksudnya ini sat? papi yang salah dengar atau memang kamu sudah mengecewakan papih?" Ku lihat papi mencoba menahan amarahnya, wajahnya berubah merah dan tangan yang sudah terkepal erat. Sedangkan aku hanya bisa terus menangis.

"Maaf pih, kinan benar aku memiliki hubungan dengan wanita lain. Sekarang dia sedang mengandung anak kami."

"Papi tidak pernah mengajarimu untuk berbuat seperti ini sat" Kemudian papi bangkit dan menarik kerah kak satria, kulihat kak satria hanya diam saja saat papi melayangkan beberapa pukulan ke arah wajah kak satria. 

Aku dan mamih tidak bisa berbuat apa-apa mamih sedang memelukku dan ikut menangis bersamaku. kudengar mami membisikkan sesuatu kepadaku

"Maafin mamih dan papih ya nan, yang tidak bisa mendidik anak mamih sehingga menyakiti kamu. mami bener-bener minta maaf nan."

"Bukan mami dan papi yang salah mih, mungkin kinan yang salah belum bisa menjadi istri yang diharapkan kak satria."

"setiap orang punya kekurangan nan, tapi mami tetap tidak setuju jika anak mami mengambil cara seperti ini."

"Siapa wanita itu?" papi menatap kak satria yang masih bersimpuh dihadapan papi.

"Putri namanya pih, dia wanita yang baik dan lemah lembut."

"Gila kamu sat, tidak ada perempuan baik-baik yang akan mau berhubungan dengan suami orang sampai hamil." kini giliran mamih yang menyahut perkataan kak satria, sedangkan aku hanya diam melihat.

"Aku yang sudah kelewat batas mih, karena itu aku ingin segera berpisah dengan kinan dan bertanggung jawab pada putri."

"Sampai kapanpun papi tidak akan menganggap wanita lain sebagai menantu selain kinanti. besok pagi panggil wanita itu kesini papi akan bicara padanya."

"Tidak pih, papih hanya perlu bicara padaku. satria mohon jangan lakukan apapun pada putri, dia sedang mengandung cucu papi." Kak satria menjatuhkan lututnya kelantai berusaha membujuk papi agar membatal kan keinginan papi untuk menemui wanita itu. 

Dan sekali lagi luka ditorehkan kak satria kepada hatiku, sebegitu berharga kah wanita itu hingga kak satria bersimpuh.

"Teserah padamu, jika besok pagi kau tidak memanggil wanita itu kesini papi yang akan menemuinya sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Teserah padamu, jika besok pagi kau tidak memanggil wanita itu kesini papi yang akan menemuinya sendiri."

setelah mengatakan itu papi mengajak mami untuk pergi tapi sebelum itu papi mendekatiku. menarik aku kedalam pelukan hangat, papi merapikan rambutku dan mengecup dahiku.

kulihat kak satria tetap bersimpuh dan menunduk, kudekati kak Satria. aku ingin membantunya berdiri, tapi tanganku ditepis oleh kak satria. aku tetap mencoba meraih tangannya untuk membantunya bangun namun lagi-lagi uluran tanganku ditepis oleh kak satria

"Jangan sentuh aku, pergilah sebelum aku kehilangan kontrol diriku."

"Kakak marah kepadaku? kenapa? karena membongkar aib kakak ke orang tua kakak?"

"sudah kukatakan dari awal aku akan mengatakannya sendiri nanti, kamu tahu sendiri papi orangnya sangat keras. tidakkah kamu memikirkan putri yang sedang hamil jika harus bertemu dengan papi?"

"Lalu tidakkah kamu berfikir kak? seterluka apa aku? mengetetahui bahwa kakak berselingkuh sudah membuat duniaku hancur berkeping-keping. Belum sempat kakak memperbaikinya kakak sudah membawa kabar yang menyakitiku lagi, kehamilannya, dan perpisahan yang kakak rencanakan. Lalu kakak masih ingin aku melindungi wanita itu, kakak fikir hatiku terbuat dari apa yang bisa menahan sakit tanpa henti?"

belum sempat kudapatkan jawaban kak satria, pertengkaran kami berhenti saat ku lihat kak satria merogoh saku celananya, dan kulihat tulisan "my love" menghubunginya. kak satria menggeser tombol kearah warna hijau dan menaruh benda persegi panjang itu ke telinganya dan beranjak ingin menjauhi ku

kutahan tangan kak satria agar tetap disini, "Kenapa harus pergi? bukankah aku sudah tahu kalian berselingkuh. jadi tidak perlu lagi ada yang ditutup-tutupi kan?"

kak satria hanya menatapku dengan smartphone masih menempel pada telinganya. begitupula denganku yang masih mencekal tangannya dan tetap menatap mata kak Satria. 

Hingga kak satria menyerah dan memilih untuk berbicara dengan wanita ini di hadapanku.

"Ada apa put?"

aku tidak bisa mendengar jawaban dari penelepon yang aku dengar hanya kata-kata yang keluar dari mulut kak satria, sakit sudah tentu saja kurasakan.

 melihat langsung bagaimana suaimu memperlakukan wanita lain dengan lembut secara langsung berhasil menikam jantungku.

"Besok pagi papi ingin bertemu denganmu, kamu tidak perlu khawatir papi orang baik. tidurlah kasihan anak kita, aku akan pulang larut malam."

Kak Satria mengakhiri panggilannya dan melepas cekalan tanganku. Kak Satria berlalu menuju kamar kami. Selang beberapa lama kulihat kak satria sudah keluar kamar dengan keadaan lebih segar.

"Aku pergi"

kubiarkan kak satria pergi meninggalkan aku seorang diri lagi. aku butuh waktu untuk menata hatiku untuk besok kembali bertatap muka dengan wanita yang dia cintai. 

Aku tidak boleh terlihat lemah, aku akan membuktikan bahwa kak satria hanya milikku dan dia hanya sebatas pemeran figuran yang hanya singgah sementara di dalam cerita kami.

***

Bersambung.....

Blutiger (complete√)Where stories live. Discover now