11. Mama?

56.8K 3.7K 34
                                    

Kini aku sudah berada di depan Sekolah tempat shalu belajar, keluar mobil aku menunggu Shalu. Namun sudah berapa lama aku menunggu, Shalu tak kunjung keluar bahkan kini Sekolah sudah terlihat sepi.

Aku memutuskan untuk masuk kedalam kelas, aku melihat Shalu tengah menangis di pojokan dan berusaha ditenangkan oleh guru yang ada di sana.

"Shalu.... " Bu guru itu menoleh kearahku, dan menghampiri ku. Sedangkan shalu masih terus menangis dan memandangku dengan tatapan sedih

"Mohon maaf bu, saya tidak tahu mengapa Shalu menangis, Shalu tidak menjawab pertanyaan saya"

Kinanti tersenyum mendengar penuturan guru disampingnya, lalu berjalan menghampiri shalu dan mulai berjongkok.

"Shalu kenapa? Mau cerita sama aunty? Hemm..."

Tidak ada jawaban dari Shalu, Shalu hanya memeluk kinanti dan menenggelamkan kepalanya di leher Kinanti, membuat Kinanti memutuskan menggendong shalu dan mengelus rambut shalu secara perlahan.

Berpamitan kepada guru yang tadi menemani shalu, Kinanti segera berjalan keluar kelas dan menaiki mobilnya. Kinanti berusaha menenangkan shalu dan mengelus rambut shalu secara perlahan.

Isak tangis shalu kini tengah berganti dengan nafas beraturan. Di usap air mata dan ingus shalu, kinanti mengecup kepala shalu dengan sayang.

Menggendong shalu menuju ruangan bosnya memang tidak mudah, apalagi jika seluruh karyawan mulai memandangi Kinanti dengan berbagai macam tatapan terkejut, iri, dan benci.

Kinanti mencoba acuh dan terus menuju ruangan bosnya, lama mengetuk pintu ruangan namun tidak ada jawaban kinanti memutuskan langsung masuk mungkin saja Andhika belum selesai rapat.

Menunggu kehadiran Andhika Kiananti memilih duduk di sofa yang ada di dalam ruangan Andhika dengan shalu masih berada di dekapannya.

Kinanti menoleh, ketika mendengar suara pintu yang dibuka disana munculah sosok Andhika. Andhika melihat anaknya yang tertidur melarang kinanti untuk bangun.

Andhika melepaskan jasnya dan menggulung lengannya sampai ke siku lalu berlalu untuk mencuci tangannya. 

Berniat untuk mengambil shalu dari gendongan kinnati, namun usaha andhika tidak berhasil shalu masih mengeratkan pelukannya pada kinanti

Berniat untuk mengambil shalu dari gendongan kinnati, namun usaha andhika tidak berhasil shalu masih mengeratkan pelukannya pada kinanti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dan kini sura isak tangis Shalu kembali terdengar membuat Andhika kebingungan kenapa Shalu menangis tanpa sebab. Berbeda halnya dengan Kinanti yang telah mengetahui bahwa gadis kecil ini bersedih berusaha menenangkan dan membisikkan kata-kata penenang.

"Shalu kenapa nangis? Mau cerita sama aunty?"

Shalu mendongakan kepalanya dengan mata yang masih penuh dengan air mata yang sudah siap jatuh, sambil sesenggukkan shalu menatap andhika.

"Papa, apakah mama tidak mau menemani shalu seperti teman-teman shalu yang selalu ditemani mama mereka?" Andhika terkejut mendengar pertanyaan putri kecilnya, dengan merentangkan tangan kearah shalu ingin menggendong putrinya sambil menjelaskan yang terjadi. Akan tetapi shalu bahkan enggan melepaskan pelukannya kepada kinanti

Menghela nafas akhirnya Andhika mengelus kepala anaknya "Sayang, mama selalu menemani shalu dimanapun shalu berada. Meski mama gak terlihat mama selalu berada di sisi shalu, hanya saja mama gak bisa seperti mama teman-teman shalu"

Shalu kembali menangis mendengar jawaban dari andhika, kembali menenggelamkan kepalanya ke ceruk leher kinanti. Kinanti hanya bisa mengelus rambut shalu berusaha menenangkan.

"Tapi shalu mau mama yang terlihat pa, Shalu malu setiap kali teman-teman Shalu bertanya dimana mama Shalu."

Andhika menunduk memijit keningnya yang terasa sakit, Andhika tahu shalu membutuhkan sosok ibunya tapi mau bagaimana lagi sang Pencipta berkehendak lain.

Kinanti kini menatap Shalu dengan melonggarkan pelukan shalu dan menatap gadis kecil ini, memberikan senyuman terbaiknya Kinanti merapikan rambut shalu yang berantakan dan mengecup kening gadis kecil ini dengan sayang.

"Shalu boleh kok anggep aunty sebagai mama shalu, aunty akan senang jika memiliki seorang putri secantik ini."

Kinan tersenyum melihat shalu yang berhenti menangis dan tersenyum memeluk kinanti dan dengan suara pelan shalu memanggil "mama" Pada kinanti.

Andhika hanya bisa memandang kinanti dan Shalu secara bergantian, lalu memanggil seseorang untuk mengajak shalu keluar, awalnya shalu menolak akan tetapi dengan sedikit bujukan akhirnya Shalu mau diajak untuk pergi.

"kamu serius? Menyuruh shalu memanggilmu mama?" Setelah Andhika dan Kinanti hanya berdiam cukup lama kini suara andhika yang pertama kali terdengar.

"Apakah bapak keberatan, jika shalu memanggil saya mama?" Pertanyaan yang diajukan andhika membuat Kinanti merasa tidak enak, karena kinanti memutuskan tanpa persetujuan sang ayah.

Beragam pertanyaan mulai terfikirkan di kepalanya, akankah bosnya ini merasa tersinggung atau bahkan marah dengan tindakannya. Bukankah sikapnya terlalu lancang dan gegabah.

Melihat kinanti yang mulai duduk dengan gelisah, Andhika sadar jika pertanyaannya membuat wanita di depannya berpikir dia marah atau tersinggung.

"Huh... Saya tidak marah..." Mendengar suara Andhika dan pernyataan yang mengejutkan karena tebakannya salah, kinanti menatap Andhika dan menunggu kelanjutan dari ucapan andhika.

"Setelah kamu memberi izin, shalu akan selalu memanggilmu mama. Sedangkan kau memiliki seorang suami, apakah suamimu tidak akan marah?"

Entah kenapa mata kinanti mulai berkaca-kaca mendengar pertanyaan andhika, segala kekacauan yang tiba-tiba muncul seperti kaset rusak yang sedang terjadi pada rumah tangganya.

Menundukkan kepala, menyembunyikan air matanya yang menetes. Lama-kelamaan isak tangis kinanti mulai terdengar.

Tahu jika wanita didepannya ini sedang tidak baik-baik saja, andhika bangun dari kursinya berjalan mengahampiri kinanti dan memeluknya, mengelus punggungnya tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Hangat, aman itulah kini yang dirasakan kinanti, dengan perlahan kinanti mulai membalas pelukan andhika

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hangat, aman itulah kini yang dirasakan kinanti, dengan perlahan kinanti mulai membalas pelukan andhika. Setelah sekian lama ia hanya bisa menangis sendiri tanpa ada yang meminjamkan kehangatan padanya kini kinanti akhirnya bisa mendapatkan itu semua.

Untuk saat ini biarkan saja mereka saling memberi dan menerima karena kita tidak pernah tahu dengan takdir yang sedang berjalan menuju sebuah alur cerita yang kita sendiri bahkan tidak pernah tahu muaranya.




•••••
Selamat membaca ❤
Aku ucapin terima kasih buat yang udah nyempetin waktunya buat baca cerita amburadulku
Dan aku minta maaf kalo makin hari di setiap chapter nya alurnya semakin gak jelas
Maafin ya 🙏

Blutiger (complete√)Where stories live. Discover now