04. Paket?

8.2K 1.6K 194
                                    

Diana celingukan di depan pagarnya. Benar-benar memastikan bahwa dia nggak berpapasan sama kelima cowok kemarin.

Kayaknya beneran mereka mau tinggal disini. Karena terasnya aja udah keisi sama barang-barang. Sebelumnya rumah itu memang kosong. Dulu, Diana berharap banget yang ngisi rumah itu cowok-cowok soalnya biar ada penyegaran. Masa lihat cewek mulu disini. Kalaupun ada cowok ya pasti bapak kos dan kadang cowok yang nganter ceweknya. Hmmmm.

Kan, tidak baik untuk kesehatan jantung para jomblo seperti Diana.

"Woy!"

"Kaget!"

Elisa sudah rapi dengan pakaian kantornya. Enak. Dia lulusan manajemen dan udah dapat kerja kantoran.

"Mau berangkat sekarang?" tanya Diana.

Cewek berambut pendek itu mengangguk, "Yap. Duluan ya, Din."

Diana mengangguk.

Untung Elisa kemarin nggak tanya lebih lanjut tentang kenapa Diana bisa basah-basahan begitu dan juga tentang pertanyaan bodohnya... Hufft. Alhamdulillah.

"Tapi emang bener ya mereka tinggal disana? Apa masih kosong ya rumahnya?" Tanpa sadar, Diana membuka pagar kosnya dan berjalan mendekati pagar rumah di depannya itu.

"Sepi ya?" gumamnya sambil jinjit-jinjit soalnya pagarnya lumayan tinggi.

"Paket!"

"Ih, ngagetin mulu!"

Kedua mata Diana membulat. Dia cegukan!

"Eh, maaf, Mbak." Ternyata mas-mas paket, "Oiya, silahkan tanda tangan disini,"

"Mas..." keputus gara-gara cegukan, "Saya... Bukan... Yang... Punya.... Rumm.. "

"Mbak, agak cepat ya. Banyak banget paket yang harus saya antar."

Diana akhirnya terpaksa menandatangi paket tersebut.

Bingung.

Posisinya sekarang berdiri di depan rumah orang sambik cegukan dan bawa paket dari...

'Toko Pakaian Dalam Pria.'

"HEHHHH? (cegukan)."

"Paket?"

Diana membalikkan badan. Ada cowok berkaos abu-abu masih dengan muka bantalnya keluar dari dalam rumah.

"Paket gue, bukan?" Suaranya masih serak.

Diana terpesona. Ganteng banget anjir. Padahal baru bangun tidur!

"(cegukan)." Diana nggak jawab malah cegukan lagi.

"Isinya sempak gue btw. Masih betah lu peluk begitu?" tanyanya.

Diana membulatkan kedua matanya terus menaikkan tangannya — dan jinjit — untuk memberikan paketnya karena pagarnya masih dalam keadaan terutup.

Cowok itu maju dan menekan sebuah tombol yang Diana nggak tahu.

Eh, eh? Pintunya kebuka sendiri.

Posisi mereka kira-kira seperti ini.

Paketnya otomatis kena mukanya si cowok ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Paketnya otomatis kena mukanya si cowok ini. Kalau orang-orang ngelihat pasti dikira Diana mau nonjok cowok ini pakai paket berisi sempak.

[playing suara burung gagak]

Diana cegukan lagi.

Cowok itu langsung merampas paketnya dari tangan Diana. Tanpa berucap terima kasih dia masuk lagi ke dalam.

"Bang Jae, aernya...."

Jae?

Diana melihat cowok berbaju orange keluar dari dalam rumah. Masih pakai celemek gambar jeruk.

"Eh, loh?" si jeruk itu bingung soalnya cowok jangkung yang namanya Jae itu ninggalin Diana yang masih cegukan.

"Eh, Mbak? Ada perlu apa?" tanyanya ramah.

"Paket (cegukan)." jawab Diana singkat.

"Oh, Mbak yang nerima paketnya Bang Jae? Makasih ya. Maaf orangnya emang gatel gitu. Suka minta digaruk."

Diana mau ketawa. Soalnya kata 'Gatel' nya diucapin pakai logat Surabaya yang beda lagi artinya.

"Saya Wisnu. Tapi biasa dipanggil Nunu. Bukan Nunung."

Diana ketawa kecil, "Diana...." (cegukan).

"Mau minum dulu, Mbak?" tanya Wisnu kasihan.

Diana nggak tahan. Mau minum. Maka dia mengangguk.





🎨🎨🎨





Beneran, deh. Mau minum air putih aja udah kayak disidang. Kelima cowok itu tiba-tiba duduk di depan Diana. Masih muka bantal semua kecuali Wisnu.

Diana melirik Jae yang masih memeluk paket berisi sempaknya dengan mata masih setengah terbuka.

Diana minum sedikit. Tiba-tiba cowok berpiyama pisang warna kuning nyelutuk, "Eh, lo yang tanya doa habis denger petir kemarin, kan?"

'Mampus!' pikir Diana.

Semua langsung melek.

"Tunggu, tadi udah baca doa belum pas mau minum?" Cowok berpiyama beruang itu menatap Diana lekat-lekat.

Hening.

"Astagfirulahaladzim, Bismilahirrohmanirohim." Diana sengaja mengencangkan volume suaranya terus minum lagi.

"Balik lagi. Nggak ikhlas tuh." kata Si Pisang.

"Ikhlas, kok!" kata Diana nggak terima dong.

Tapi kemudian dia cegukan lagi.

Color PaletteWhere stories live. Discover now