38. Intricate

3.9K 930 141
                                    

"Gue mau nikah bulan depan."

Tentu saja bikin semua heboh.

"Kok? Gak bilang..." suara Dave menciut.

"Parah lo, San. Nggak cerita-cerita." kata Jae padahal dalam hati agak adem soalnya Diana udah aman.

Yeuu.

"Sebenarnya gue kesini ya mau cerita juga. Gue nggak kepikiran lo bakalan ajak liburan dadakan gini." kata San, "Udah ditentuin bulan depan jadi gue udah nggak bisa santai-santai."

"Tunggu," kata Bian, "Tapi sama siapa?"

"Ayu." jawab San.

Stella, Dira, sama Diana udah balik duluan. Sayang banget mereka nggak bisa ikutan ngeteh karena ada urusan kerjaan.

"Ayu?" kata Bian, "Temen kita zaman SMA?"

San mengangguk, "Ceritanya panjang. Tapi intinya kita hubungan lagi sejak dia jadi perawat di rumah sakit tempat ibu gue dirawat."

"Mbak Ayu? Yang pernah bikin Mas San nonjok mantannya sampai masuk IGD, bukan?" tanya Dave.

San mengangguk.

Dave kaget banget, "Gila! Nggak nyangka bakalan masih kontak-kontakan."

"Semua berjalan gitu aja." kata San mengangkat bahu.

"Tapi kenapa cepet banget sih?" tanya Jae

"Jangan bilang Mas San kebobolan?" Wisnu yang dari diam aja langsung kasih pertanyaan yang boom banget.

San diem.

Berarti bener.

"SANJAYA WONG EDAN!! (Sanjaya gila!)." teriak mereka berempat barengan.








🎨🎨🎨







"Dari mana aja?" Ayu menyapa San yang baru aja datang. Ayu sendiri baru keluar dari kamar ibunya San.

"Kontrakan. Nyamperin anak-anak sekalian kasih tahu rencana pernikahan kita." jawab San.

"Oh,"

"Ibu gimana?" tanya San.

"Baru aja aku makan sama minum obat."

"Makin parah ya, Yu?" kata San sedih banget sama kondisi ibunya yang makin parah belakangan ini. Ibunya San emang sakit-sakitan sejak Ayahnya San meninggal karena kecelakaan kerja.

Selain karena faktor usia yang makin membuat daya tahan tubuh menurun, ibunya San juga punya banyak riwayat penyakit.

San anak tunggal. Dia udah kehilangan ayahnya jadi sebisa mungkin tidak kehilangan ibunya.

"Kamu kalau capek istirahat aja." kata San sambil mengelus kepala Ayu. Masih takjub ketika cewek itu beberapa minggu yang lalu ngasih tahu kalau test pack nya ada dua garis.

"Kan, udah tugas aku buat jagain Ibu."

"Ngidam sesuatu nggak?" tanya San.

Ayu tersenyum, "Mau peluk."









🎨🎨🎨





"Ketinggalan kayaknya di ruang tamu. Coba tolong cariin, Nu." San lagi vidcall an sama Dave tapi Dave ngasih hp nya ke Wisnu.

"Apaan?" Ada Bian terlihat di ruang tamu lagi gitaran.

"Dompetnya Mas San." kata Wisnu ngusir Bian, "Minggir bentar."

"Dih, udah nyaman juga." kata Bian mau nggak mau harus geseran.

"Ini, Mas?" tanya Wisnu sambil nunjukin dompet warna cokelat ke layar.

"Iya." kata San lega banget. "Ntar, tak kesana aja, Nu. Pegang dulu."

"Mas San dimana? Rumah sakit?" tanya Wisnu.

"Iya. Masih di RS." jawab San.

"Tak kesana aja, Mas. Sekalian mau ke rumah Mbak Kasih. Kan, searah."

"Oke deh. Kutunggu."

Sambungan telepon ditutup.






🎨🎨🎨





Wisnu yang udah tiba di rumah sakit mencoba menelpon San buat bilang dia udah di lobi. Bukannya nggak mau nyamperin San, Wisnu takut banget nyasar di rumah sakit ini. Soalnya gede banget. Mana udah malem.

Seseorang menepuk pundaknya dari belakang.

"Ya?" Wisnu menoleh.

Kaget. Terkejut.

"Kamu benar Wisnu?"

Wisnu mundur beberapa langkah. Kedua matanya masih membulat.

"Mas Wisnu? Mas!" teriak cewek itu.

Wisnu mempercepat langkahnya alias memilih kabur.

"Mas Wisnu!" Sarah, cewek itu terus berlari mengejar Wisnu sampai ia tersandung dan jatuh.

Wisnu sempat noleh ke belakang tapi kemudian dia tetap menjalankan motornya.


































"Wisnu..."

"Mbak, kita harus pindah!" kata Wisnu gemetar.

"Kamu kenapa sih, Nu?" Kasih nggak ngerti sama tingkah adiknya.

"Pokoknya pindah dulu." kata Wisnu masih gemetaran.

"Kamu harus bilang dulu ada apa. Mbak bingung." kata Kasih.

Wisnu masuk kamar Kiara. Kiara yang lagi tidur langsung digendong Wisnu, "Kita harus selamatin Kiara dulu."

Kasih masih nggak ngerti.

"Sarah udah nemuin aku, Mbak!" kata Wisnu keras. Kiara terbangun dan nangis.

"Wisnu, tenang dulu..." kata Kasih berusaha menenangkan adiknya itu, "Tenang dulu..."

"Nggak bisa." kata Wisnu.

Kasih masih diam di tempatnya. Otaknya masih mikir macam-macam.

"Sekarang Mbak ganti baju. Mbak dan Kiara harus pindah malam ini juga."

Color PaletteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang