07. Pagi Pagi Pasti Hepi

6.6K 1.3K 218
                                    

Diana mengucek matanya. Udah jam 5 pagi. Matanya langsung melek waktu menerima 1 pesan dari si 'Membuatku Berpikir' pas dia udah tidur semalam.

Tapi...

"Eh?"

🐶
🚫 Pesan ini telah dihapus

"Bikin gue tereak aja nih ya!" kata Diana terus nunjuk-nunjuk layar hp nya, "Jangan ngadi-ngadi lu!"

"Sembuhkan temanku, Ya Tuhan. Amen." kata Elisa yang baru dari kamar mandi lalu melihat tingkah roomate nya.



🎨🎨🎨




Diana dengar dari luar kayaknya di depan rumahnya lagi perang.

Banyak banget suara benda jatuh atau malah dibanting (?).

"Kamu jalan aja duluan." katanya ke Elisa yang pagi itu siap lari pagi.

"Lah? Kenapa emangnya?" tanya Elisa bingung.

"Aduh, aku mules banget!" kata Diana tiba-tiba.

"Eh? Apa dibatalin aja lari paginya?"

"Jangan!" kata Diana nggak enak kalau sampai dibatalin. Dia udah janji sama Elisa buat nemenin cewek berkulit tan itu buat lari pagi sejak dua minggu yang lalu dan baru kali ini kesampaian karena Diana kebo banget anaknya.

"Yaudah kalau gitu kamu ke WC aja dulu. Nanti aku tunggu di pos satpam depan ya?"

"Oke."

PRANG!

Kedua cewek itu kaget lah.

"Di rumah itu lagi ngapain sih? Berisik amat." gumam Elisa terus lanjut lari.

Entah kenapa Diana yang nyengir. Elisa belum tahu aja yang punya rumah itu cowok-cowok ajaib yang entah kenapa secara tiba-tiba bikin garis yang nyambung ke hidupnya Diana.

Pasti ada aja yang bikin Diana mau nggak mau tertarik untuk masuk ke dunia mereka. Baru juga kenal beberapa hari yang lalu.

Setelah memastikan Elisa sudah benar-benar menghilang dari pandangan, Diana memutuskan untuk mendekat ke arah pagar rumah kontrakan di depannya itu.

Dave, Bian, dan Jae keluar dengan raut wajah memerah. Dave bahkan pakai panci di kepalanya.

"Kalian lagi ngapain, sih?" kata Diana.

"Kalau lo nggak mau ikutan beres-beres nggak usah ngotorin lah anjing!"

Wisnu keluar bawa spatula yang buat masak.

"Alay banget sih lu, Nu! Masalah gini aja jadi gede. Asu." Jae keluar dari pagar dan berjalan melewati Diana setelah sebelumnya cuman melirik.

"Wes talah, Nu. Sorry." kata Bian sambil ampun-ampun.

Dave megangin panci di kepalanya terus menatap Diana dan bibirnya bergumam kecil, "Stay safe everyone."

"Mas San kemana?" tanya Diana ketika suasana agak mulai tenang.

"Keluar beli sarapan tapi belum balik-balik." jawab Bian sambil mungutin sampah jelly di teras.

Emang bener kayak kapal pecah sih rumahnya. Sumpah jorok banget. Masa sampah-sampah cuman ditaruh kresek dan belum dibuang sampai dikerubungi laler.

Diana nggak pikir panjang. Dia langsung ambil panci di kepala Dave dan masang di kepala sendiri.

Aura emak-emaknya kayaknya bakalan lebih galak dari Wisnu.




🎨🎨🎨




"Hahhhhhh! Capek banget!"

Semua langsung tepar. San udah balik. Kaget ada Diana dan Jae yang nggak ada di rumah. Tapi dia langsung tanggap iku beres-beres.

Akhirnya semua selesai. Rumah udah rapi dan bersih.

"Diana makasih banget ya." kata Dave yang baru pertama kali manggil namanya Diana. Biasanya sering tunjuk-tunjuk sambil bilang, "Nggak pernah doa ya lu."

Sumpah.

"Iya, Dave. Sama-sama." jawab Diana yang juga pertama kali manggil nama Dave. Biasanya si Pisang soalnya itu cowok suka banget sama warna kuning.

Tiba-tiba Diana ingat Elisa. Waduh!

"Eh, eh, mau kemana neng?" tanya Bian waktu Diana beranjak keluar.

Dari jauh dia lihat Elisa balik nggak sendirian.

"Elis, sorry banget!" kata Diana berlari ke arah temennya itu, "Aku lupaaaaaaa."

....dan malah jadi pembantu disini.

Tapi yang jadi pertanyaan kenapa cewek ini bisa balik sama Jae?

"Udah kukira kamu bakalan nyantol ke rumah depan, hehehe. Oiya. Kamu kenal Kak Jae?"

Diana melirik cowok itu tapi yang dilirik pura-pura nggak punya mata, "Tetangga baru."

"Dia temen satu gereja ku." Elisa antusias banget tapi Jae nggak. Kebiasaan!

Elisa ini bukan orang Jawa. Dia anak rantau. Emang dari dulu dia kalau berekpresi spontan banget. Beda sama orang Jawa yang selalu ada adat 'sungkan'. Elisa ini nggak. Kalau senang ya senang, kalau lagi nggak fine dia langsung beritahu.

Jae nggak tertarik. Dia langsung berjalan menjauh tapi Diana mencegah, "Enak banget lo pulang pas rumah dalam keadaan bersih?"

Kaget semua dong.

"Ya rumah-rumah gue kenapa lo yang sewot? Minggir, lu bau keringet."

"Anjing ya lu."

Dave mangap, Bian juga. San apalagi.

"Nyebut, neng, nyebut!" kata Bian.

Dari awal Diana tuh udah nggak suka sama cowok yang modelannya kayak Jae ini. Cakep tapi tengil banget.

"Terus lu mau apa? Uang?" kata Jae enteng, "Ucapan terima kasih? Terima kasih. Udah."

Hening.

DUKKK!

"A-DDDAWWW!"

Diana langsung tarik tangan Elisa buat kembali ke kos.

"Burungnya ditendang!" Dave panik, "Tolong!!!!"

"Cepat kasih pertolongan pertama!" Bian ikutan panik.

"Lah kenapa, woy?!" Wisnu yang baru aja ada urusan di WC kaget pas balik tau-tahu udah masalah sama per-burung-an.

"San, bantuin bopong. Dia kecil tapi gede." kata Bian.

San masih takjub sama kelakuan Diana tadi.

'Gila nih cewek.'

Tiba-tiba mereka semua memegangi burung masing-masing. Ngilu.

🐦🐦🐦🐦🐦

Color PaletteUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum