09. Thinking

6.4K 1.3K 175
                                    

Jae berisik banget malam itu. Bikin Dave yang satu kamar sama dia keganggu.

"Bang! Berisik!" katanya.

Kakinya Jae masih aja nendang-nendang. Posisinya dia sekarang lagi tengkurap. Kepalanya ditutup sama bantal.

"Kan, cacingku kemakan!" rengek Dave lalu lari keluar kamar mau ngadu ke abang-abangnya yang lain.

Hp nya Jae nyala. Ada pop up notifikasi.




Jhonny PA
Ini foto yang dikirimkan tuan besar dan disuruh diteruskan ke tuan muda. Silahkan dilihat dulu.




Jhonny ini Personal Assisten nya Jae. Malam itu Jae dikirimi sejumlah foto cewek-cewek yang kalau Jae mau bakalan diurus sama Papanya untuk menentukan jadwal makan malam keluarga besar kedua belah pihak. Buset dah. Segitunya usaha Papanya untuk bikin Jae segera menikah.

Jhonny PA
(sent a photo) 📷

Jhonny PA(sent a photo) 📷

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yang ini namanya Nana. Dia usianya lebih tua setahun dari tuan muda.
Yang saya tahu nih. Tuan besar sreg sama yang ini.









Jae makin frustasi, "Sreg di Papa, seret di gue anying!"

Tiba-tiba sesuatu yang ingin Jae lupakan melintas di benaknya.



































'Ayo nikah!'

'Selamatin gue, plis.'

"Nggak, nggak bisa! Nggak bisa!"

"Bang, nape sih?!" kata Dave yang masuk kamar lagi karena mau ambil charger.

"Nikah beda agama itu ribet nggak?" tanya Jae tiba-tiba dengan wajah memelas.

Dave langsung pasang muka cengo lagi, "Tolongin aku, rek! Bang Jae aneh banget!" terus ngibrit keluar kamar.

Jae kembali tengkurap di kasur. Menutupi kepalanya pakai bantal.

Hp nya nyala lagi. Ada notifikasi pesan masuk.


Jhonny PA
Segera kirim fotonya, tuan muda. Saya diberi tugas oleh tuan besar untuk segera mengecek siapa orangnya.


Sebelumnya Jae ngetik begini.























Jae
Aku udah ada calon.







🎨🎨🎨







Kontrakan rame karena kedatangan sepasang suami istri yang katanya tinggal di pojokan. Namanya Arin dan Wiguna.

"Iya, istri saya baru aja bikin kue dan kita dengar ada tetangga baru. Sekalian mau silahturahmi." kata Wiguna.

"Aduh! Harusnya kami yang memperkenalkan diri." San merasa nggak enak, "Maaf banget ya, Pak, Bu."

"Panggil aja Mas. Biar akrab." kata Wiguna ketawa. Istrinya, Arin, juga ketawa terus bergumam lirih, "Iya, panggil Mbak aja."

"Kuenya enak banget nih." kata Bian terus dianggukin sama Wisnu.

"Iya. Saya punya usaha toko kue di jalan xx. Kapan-kapan mampir ya. Saya kasih diskon." kata Arin.

"Mantap banget! Oke. Besok saya mampir." kata Bian semangat terus kakinya disenggol sama San.

Jae muncul dari kamar. Terus dia kaget karena lihat ada tamu.

"Oh, halo, Mas. Saya Wiguna, ini istri saya Arin."

Mereka salaman. Tapi Arin agak bandel. Tangannya lama banget salaman sama Jae.

Wiguna berdehem, "Ma,"

"Oh, iya. Maaf. Hehehe." Akhirnya dilepas juga.

Jae ikutan duduk di samping Dave yang masih memandanginya aneh.

"Ini masih bujang semua?" tanya Wiguna.

Semua langsung melongo. Nggak expect sama pertanyaannya Wiguna. Terus mereka berlima ngangguk.

"Iya, Mas. Lagi cari tulang rusuk." kata Bian cengengesan.

"Wah, keputusan yang bagus buat pindah kesini. Banyak banget ceweknya. Kebanyakan jomblo juga hehehe."

Arin ketawa.

"Tapi ini istri saya udah jebol 2 kali." kata Wiguna yang bikin mukanya Arin berubah jadi asem, "Kapan-kapan mampir ke rumah saya ya. Saya kenalin sama 2 anak saya."

Mereka berlima cuman nyengir terus mengangguk.




🎨🎨🎨





"Mau kemana, Nu malam-malam gini?" tanya Bian waktu lihat Wisnu panik nyari sesuatu.

"Kunci motorku mana, Bang?"

"Mau kemana?" ulang Bian.

"Ponakanku sakit. Panas dia. Aku khawatir." kata Wisnu tanpa menatap Bian, "Ketemu!"

Wisnu berhasil nemuin kunci motornya, "Mas, aku keluar dulu ke rumah kakakku."

Bian cuman mengangguk terus menatap jam dinding.

Pukul setengah satu dini hari.
















Perlahan-lahan mata Diana berat. Ngantuk. Sedangkan ponselnya masih nyala.


🐶
Jangan dibalas. Lebih baik kamu tidur. Daripada sakit.



















"Nu hp mu ketinggalan."

Wisnu nggak dengar.

Color PaletteWhere stories live. Discover now