51. Talk About 'Jodoh'

4K 922 143
                                    

Bian baru bangun. Padahal udah jam 10 siang. Tapi dikira masih pagi.

"Weh! Bawa apaan tuh?" katanya waktu lihat Wisnu sibuk membawa sesuatu ke dalam kontrakan.

"Baru beliin barbie sama mainan masak-masak buat Kiara." jawab Wisnu, "2 hari lagi kan dia ultah."

"Baik banget, Om." Bukan Bian namanya kalau nggak suka godain Wisnu.

Wisnu masih sabar. Jadi dia lebih fokus ngurusin barang-barang.

"Udah cocok banget jadi bapak." kata Bian nyengir, "Noh, yang di depan sikat."

Wisnu :

"Nih, dengerin ya, Nu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Nih, dengerin ya, Nu. Kalau lo nikah ntar enak. Bobo ada yang nemenin, masak ada yang masakin..." kata Bian panjang lebar. Dia belum sadar Wisnu udah bernafsu buat menarik ubun-ubunnya karena sangat mengganggu ketenangan umum.

"Jadi, gimana Om? Are you ready?" kata Bian sumpah dengan muka ngeselin.

"Kesini..." kata Wisnu melambaikan tangan ke arah Bian, "Agak deketan sini sama Om."

Bian ngeri. Takut kalau bakalan dikasih cubitan atau geplakan maut dari Wisnu yang terkenal ngeri, "Nggak. Makasih, Om."

"AKU MARAH, HIYAAAA!" Wisnu ngejar Bian.

"Ampun, Nu!" kata Bian.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.






🎨🎨🎨






Bian lagi jalan tapi tangannya asyik ngescroll layar hp nya. Beberapa kali mulutnya bergumam, "Oh, jadi gini dia sekarang."


































sabhiraaa_

sabhiraaa_

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Iya. Dia lagi ngestalk akun mantannya. Dari postingan instagram terbarunya, Bian tahu kalau cewek itu sudah tidak tinggal di Indonesia. Sabhira telah menetap di Amerika tepat setelah mereka berpisah.

Dan seperti yang bisa Bian simpulkan dari postingan instagramnya, cewek itu sudah tidak kerja di kantor lagi melainkan menjadi model busana dan aktif sebagai selebgram. Kehidupannya jauh lebih bebas dari sebelumnya.

Bian tersenyum. Walaupun sempat merasa sakit hati dan merasa sangat bersalah dengan 'calon anak' mereka yang telah digugurkan, Bian merasa lega bila Sabhira masih melanjutkan hidupnya dengan baik.

Semoga saja.

Bian berhenti berjalan ketika dia telah sampai ke suatu tempat.

Cafe milik Jae.

Tangannya melambai ketika seorang perempuan tersenyum ke arahnya.







🎨🎨🎨






Ayana tersenyum lebar ketika Bian muncul di pintu Cafe. Tangannya refleks melambai ke arah lelaki itu.

Oh iya. Ayana sekarang bekerja sebagai kasir di Cafe yang Bian bilang milik temannya — Jae — Menggantikan Diana yang kini telah mundur bekerja sebagai kasir.

"Gimana? Lancar?" tanya Bian lalu duduk di salah satu kursi kosong.

Cafe sudah sepi karena mau tutup juga.

Ayana mengangguk, "Iya. Lancar. Lumayan ramai juga. Kamu gimana? Lancar di kantor?"

Bian tersenyum. Ayana benar-benar berbeda dengan Sabhira. Sangat berbeda.  Saling bertanya, "Gimana harimu?" nggak pernah dilakukan ketika Bian masih bersama Sabhira.

Lelaki itu mengangguk, "Lancar. Tapi ya gitu. Makin banyak kerjaannya."

"Kalau capek, istirahat aja dulu." kata Ayana.

"Iya capek. Makanya aku kesini." kata Bian, "Hehehe."

Kalau ditanya apa status hubungan mereka, Bian bakalan jawab teman dekat. Hubungan mereka memang mulai dekat sejak Bian membantu Ayana karena insiden pelecehan di resto cafe itu. Bian juga yang membantu Ayana untuk bisa kerja di Cafe punya Jae setelah mengundurkan diri dari resto cafe.

"Bagus lah kalau kamu seneng kerja disini." kata Bian.

"Kalau ada waktu, aku pengen ketemu temen kamu yang punya Cafe ini. Pengen banget bilang makasih karena udah diizinin kerja disini." kata Ayana.

Bian mengangguk, "Iya, nanti ya."

"Kamu mau pulang sekarang?" tanya Bian.

Ayana mengangguk.

"Yuk, aku temenin."







🎨🎨🎨







Mereka jalan berdampingan dengan suasana hening. Cuman ada suara motor sama mobil lewat.

"Oiya, Bi aku belum cerita ya ke kamu kalau aku bakalan bisa kuliah?"

"Hah?" kata Bian, "Belum deh."

Ayana berhenti berjalan. Dia menatap Bian dengan kedua mata berbinar, "Dua hari yang lalu ibuku ngasih aku tabungan yang selama ini dia simpen."

"Aku kaget banget karena nggak pernah nyangka ibu simpan uang sebanyak itu tanpa sepengetahuan Ayah dan aku."

"Terus?" tanya Bian.

"Ibu bilang aku harus kuliah karena dia tahu itu keinginan aku selama ini." kata Ayana, "Kalau digabung dengan tabunganku, udah lebih dari cukup untuk daftar kuliah."

"Kata ibu, aku udah cukup menderita karena dominasi Ayah yang terlalu membanggakan kedua adik laki-laki ku."

Ayana menatap Bian, "Aku udah putuskan untuk kuliah di salah satu kampus swasta yang membuka program kelas karyawan. Jadi, aku masih bisa kuliah sambil kerja. Disisi lain juga karena faktor umur sih. Hehehe."

Tanpa disadari, Bian berucap, "Wah!" takjub sama semangat Ayana untuk mengejar ketertinggalannya dalam pendidikan.

"Kayaknya aku aneh ya? Umur udah hampir 30 tapi malah ngebet kuliah bukannya nikah?" kata Ayana.

Bian menggeleng, "Nggak. Sama sekali nggak."

"Oh, iya?" tanya Ayana menatap Bian.

Bian mengangguk mantap.

"Aku cuma mau memantaskan diri sih. Aku mau siapin bukan cuman fisik tapi juga mental aku. Aku nanti kan jadi ibu buat anak-anakku. Aku nggak mau bikin anakku malu kalau ibunya dulu malas-malasan. Selain itu aku pengen ngejar mimpi sebelum menikah." kata Ayana, "Dan juga untuk calon jodohku nanti..."

"Aku juga lagi memantaskan diri." kata Bian memotong kalimat Ayana.

Kedua mata Ayana seakan menyiratkan pandangan bingung sama perkataan Bian.

"Aku mau jadi jodohmu, Ay."

Color PaletteWhere stories live. Discover now