Bonus Chapter. Jae

5K 916 226
                                    

"Nikah, nikah, nikah!"

"Orang-orang nyuruh nikah tuh pikirannya dimana sih?!" Jaenandra, 28 tahun sedang marah besar, "Dipikir enak kali tinggal ngewe doang."

Sang asisten pribadi cuman diam. Tidak berani membuka mulut.

"Iya kalau cuma buat ngewe mah gue nggak usah nikah juga bisa."

"Eum, tuan muda." Jhonny, sang asisten pribadi kemudian menyela karena ucapan Jaenandra - Jae - semakin membuat kupingnya gatal.

Jae menatapnya, "Apa?"

"Maksud tuan besar nyuruh Anda untuk menikah itu..."

"Umur? Keturunan? Atau lebih dramatisnya demi perusahaan? Gue harus nikahin anak bos mana lagi?" kata Jae.

Jhonny atau kita panggil saja Jhon biar tidak disangka member boyband yang lagi naik daun 'Dan Kota' menghela nafas. Memang susah sih menghadapi tuan mudanya - yang sebenarnya sudah tidak begitu muda lagi - kalau sedang marah.

((minta ditampol emang))

"Saya punya ide." katanya tiba-tiba. Kalau di film-film sih bakalan muncul '💡' di atas kepalanya.

"Apaan?" tanya Jae.

"Aduh, ini agak gila sih tapi sepertinya worth it untuk dicoba." kata Jhon.

"Apaan sih?" kata Jae penasaran.

Jhon maju satu langkah lalu membisikkan sesuatu di telinga Jae.

Jae memandang dengan penuh tanda tanya.

"Ngomong apaan?"

"Bentar," katanya, "Saya lupa."








🎨







"Ngontrak?" tanya Jae waktu dia diajak Jhon buat nyari kontrakan.

"Iya." jawab Jhon sambil terus fokus nyetir - membawa Jae ke suatu tempat.

"Saya punya kenalan. Dia ini juragan kos sama kontrakan. Sering banget dapat feedback oke dari yang pernah nyobain ngekos atau ngontrak disana."

"Yakin nih?" kata Jae agak ragu-ragu ketika mobil memasukin sebuah gang yang belum apa-apa ketemu banyak ibu-ibu dan ciwi-ciwi.

"Ini kenapa cuma cewek-cewek aja?" kata Jae karena sepanjang perjalanan dia cuma lihat perempuan. Entah ibu-ibu, anak kecil cewek, atau cewek-cewek remaja.

"Emang kebanyakan ditinggali perempuan sih." jelas Jhon lalu memberhentikan mobilnya, "Tapi tenang masih ada populasi cowoknya kok."

"Areanya juga strategis." kata Jhon, "Dekat kantor, kampus, mall juga."

Aduh, Jae makin nggak yakin sama ide asistennya.

Melihat muka tuan mudanya yang ragu dari kaca spion, Jhon menjelaskan lagi, "Setidaknya hidup misah dari tuan besar membuat Anda akan sedikit rileks."

Jae menatap Jhon, "Kalau Papa nggak ngizinin?" suaranya menciut.

"You're twenty-eight years old, right?"

"Nggak usah diingetin juga." kata Jae kesel kalau udah bawa-bawa umur.

Jhon ketawa terus bilang, "Nanti saya yang atur." lalu turun dari mobil.

Color PaletteWhere stories live. Discover now