58. Menghilang

3.8K 872 106
                                    

Diana sangat terkejut ketika Jae menceritakan semuanya. Iya, tentang Wisnu.

"Wisnu? Punya anak?" kata Diana nggak percaya.

Mereka udah baikan. Jangan tanya gimana prosesnya. Panjang.

Sampai akhirnya Diana janji untuk nggak ngulangin perbuatannya (berhubungan sama Ajun kecuali masalah kerjaan).

Jae mengangguk terus kembai menutup mata-tidur di sofa pakai bantal pahanya Diana, "Kamu jangan berisik."

"Terus dia sekarang dimana?" tanya Diana sambil mainin rambut cowok itu.

Jae menggeleng, "Nggak tahu. Dia bilang mau nemuin keluarganya Sarah dan nyelesaiin secara baik-baik."

"Yang jelas setelah masalahnya selesai, Wisnu milih buat nggak tinggal disini lagi."

"Makin sepi dong." gumam Diana.

Jae cuman menghembuskan nafas panjang.

"Aku khawatir sama Dira, Jae. Dia nggak pulang ke kosan selama 2 hari." kata Diana.

"Hmm," jawab Jae tanpa membuka mata, "Kasih waktu aja. Paling bentar lagi balik."

"Iya sih. Tapi, kan jelas dia orang yang paling shock denger kabar ini." kata Diana.

"Aku juga termasuk yang paling shock, By."

Diana cuma menghela nafas panjang.

Cewek itu memperhatikan sekelilingnya. Diana merasa semuanya berjalan dengan cepat. Padahal masih berasa kemarin dia pulang dari ngajar les dan ketemu sama lima cowok yang sibuk nurunin barang-barang dan pindah di depan kosnya. Tapi sekarang rasanya jadi sepi banget.

Jae bangun terus langsung meluk Diana. Diana awalnya kaget tapi kemudian membalas pelukan cowok itu, "K-kenapa?"

Nggak tahu kenapa sampai dia bilang,

"By, aku sayang sama kamu." katanya, "Jangan ikut pergi juga kayak yang lain."









🎨🎨🎨








Diana berusaha menghubungi Dira tapi tetap saja nggak diangkat. Cewek itu menatap kasur Dira yang kosong. Barang-barangnya masih disini. Diana khawatir banget.

Diana menghela nafas panjang lalu kembali mengurusi rapot anak-anak TK yang minggu depan harus dibagikan ke wali murid.

HP Diana getar. Ada nomor masuk yang tidak dikenal. Diana capek karena masih aja ada yang ngirimin Diana chat nggak jelas.

"HALO?!" kata Diana kehilangan kesabaran.

"Diana?"

"Eh?" Diana terkejut ketika mendengar suara familiar. Setelah dia cek, ternyata yang telepon Ajun.

"Sorry, Jun. Aku kira telepon iseng." jawab Diana.

"Kamu sering dapat telepon iseng?"

"Ya lumayan sih. Tapi nggak apa-apa." kata Diana, "Ngomong-ngomong ada apa kamu telepon aku?"

"Flashdisk ku masih di kamu kah?"

"Bentar," kata Diana lalu memeriksa tasnya, "Iya, Jun. Duh, lupa aku kembaliin habis ngedit file kemarin."

"Nggak apa-apa, Din. Tapi aku boleh minta tolong?"

"Apa?"

"Ada file ku yang belum sempat aku print. Filenya udh ku cut ke flashdisk. Besok harus diserahin ke kepala sekolah. Kamu bisa ngeprint kan?"

"Oh, bisa. Nama file nya apa?" tanya Diana.

"..."

Diana jalan ke sebelah kamarnya, "Mbak Nia, aku boleh numpang ngeprint?"

Yang dipanggil menoleh, "Eh, Dek. Tak kira siapa." Kaget karena lagi ngedrakor.

"Bisa nggak mbak?" tanya Diana lagi.

"Anu...print ku udah tiga hari rusak. Belum sempet ku service karena sibuk. Hari ini sebenarnya bisa tapi aku lagi mager hehehe."

"Oalah. Yaudah, Mbak. Nggak apa-apa." kata Diana.

"Butuh buat kapan sih, Dek?" tanyanya lagi.

"Hari ini soalnya harus diserahin besok." kata Diana.

"Mau tak anterin ke depan gang? Harusnya tempat printnya jam segini masih buka."

"Eh, eh. Nggak usah, Mbak. Biar aku sendiri aja." kata Diana sungkan.

"Loh nggak apa-apa atau mau tak pinjamin motorku?"

Diana mikir-mikir tapi kemudian menggeleng, "Deket kok, Mbak. Di depan. Nggak usah."







🎨🎨🎨






Diana langsung bergegas turun ke bawah. Sebenarnya ini udah malam sih. Tapi nggak apa-apa deh. Dekat juga sama tempat ngeprint.

"Biasanya jam segini masih buka sih." kata Diana sambil jalan.

Besok harusnya bisa. Tapi karena besok hari Jumat, semua guru harus datang pukul enam karena ada kegiatan senam bersama. Di jam segitu mana ada tempat print yang buka. Jadi Diana gas sekarang aja.

Lagipula, dia bodoh banget bisa kelupaan kembaliin flashdisk ke Ajun.

Diana merasa ada yang mengikuti langkah kakinya. Tapi waktu ditengok nggak ada. Cewek itu mulai parno.

Diana kembali jalan. Agak mempercepat langkahnya.

Hidung Diana mencium bau parfum yang sangat familiar.

"Baunya Jae," gumam Diana masih terus jalan.

Dia pikir beneran Jae jadi dia membalikkan badan.

BRUGH -

Flashdisk yang Diana genggam terlempar.

Color PaletteWhere stories live. Discover now