34. Tiga Bulan Kemudian

4.2K 1K 132
                                    

Banyak banget hal yang terjadi selama 3 bulan.

Salah satunya adalah Diana yang harus merelakan kepergian Elisa untuk pindah kos.

"Harus banget ya kamu pindah, El?" tanya Diana agak nelangsa.

Elisa yang lagi ngardusin barang-barangnya mendadak berhenti dan menatap Diana, "Maaf banget ya, Din aku harus ninggalin kamu. Soalnya Ibu nyuruh aku balik ke kampung halaman."

"Kerjaan kamu gimana?" tanya Diana.

"Aku lepas." jawab Elisa akhirnya nangis, "Aku nggak berani kalau nentang ortu, Din."

Mereka akhirnya pelukan.

Diana masih sesenggukan waktu mengantar Elisa ke depan kos, "Hati-hati ya, Elis. Salam buat bapak sama ibumu. Tetep kontak-kontakan ya."

Elisa mengangguk terus meluk Diana lagi, "Iya, pasti. Kamu juga ya. Terus bahagia. Jangan sedih-sedih lagi."

Travel yang dipesan Elisa udah datang, setelah pamit sama bapak dan ibu kos, cewek itu langsung masuk mobil. Katanya mau ke rumah saudaranya dulu baru menempuh perjalanan jauh naik kapal.

Ketika travel Elisa udah agak jauh, pagar kontrakan terbuka, ada Jae yang baru bangun tidur keluar.

"Jae..." Diana langsung lari sambil nangis dan meluk cowoknya itu.

Yang dipeluk kaget soalnya nyawanya belum balik semua.

"Eh, kenapa nih?" tanya Jae tapi tetep dibales pelukannya Diana, "Kok nangis?"

"Gue...sekarang...nggak ada room-mate....huaaaa." kata Diana masih sesenggukan.

"Lah, Elisa kemana?" tanya Jae, "Gue udah jarang ketemu di gereja juga sih akhir-akhir ini."

"Balik ke kampung halaman." jawab Diana sambil ngehapus ingusnya, "Gue sendirian."

"Mau gue temenin?" tanya Jae, "Bobo bareng."

Langsung ditoyor sama Diana, "Modus lu jaenal."

"Dih, tadi katanya nggak mau sendirian." kata Jae sambil ngelus-ngelus kepalanya sendiri, "Sakit banget anjrit. Tangan lo terbuat dari apa sih?"

"Eh? Sakit? Sorry banget." kata Diana langsung merasa bersalah.

"Cium gue sekarang juga." kata Jae sambil mesam-mesem.

Raut wajah Diana berubah, "Kesini lo..."

"Nggak. Ampun, nyai." kata Jae sambil lari ke dalam.

"SINI, NGGAK?!"










🎨🎨🎨









"Potong rambut sana. Udah gondrong tuh." kata Bian ke Dave yang lagi main game di ruang tamu.

"Males."

"Dih!"

Dave melirik Bian yang lagi nyemilin wafer sambil nonton TV, "Gendutan gak sih lo, Bang?"

"Eh? Masa?" tanya Bian tapi matanya masih tertuju ke TV dan mulutnya masih ngunyah wafer.

Jae muncul dari kamar, "Kelihatan banget ya kalau lagi jombs."

"Siapa?" tanya Dave dan Bian barengan.

"Kalian, lah."

"Nggak nanya."

"Asu lo semua." kata Jae kesel.








🎨🎨🎨







Diana habis dari tukang sayur, rencananya mau masakin sayur juga buat Jae biar cowok itu nggak kering-kering amat jadi lelaki.

Tapi pas mau balik ke kos, dia ngerasa kalau lagi diikutin.

Ah, iya. Selama beberapa bulan kebelakang, Diana sering banget ngerasa kayak gini. Kayak diawasin. Dia mau bilang ke Jae tapi takutnya ini cuman perasaannya aja.

Makin parno aja karena keadaan jalan lagi sepi. Diana mempercepat langkahnya sampai bahunya ditepuk dari belakang.

"!!!!!!" teriaknya terus putar badan, "Lah? Dave?"

Dave mengelus kepalanya, "Sadis banget lo, Din."

"Sorry, sorry." kata Diana merasa bersalah. Mana tahu dia kalau daritadi ada Dave dibelakangnya.

"Beli sayur?" tanya Dave.

"I-iya." jawab Diana, "Lo sendiri?"

"Habis lari pagi tadi sama Bang Bian cuman doi lagi di lapangan ikut senam sama ibu-ibu."

"Sorry banget ya, Dave. Gue kira siapa tadi. Udah parno banget ada yang mau macem-macem." kata Diana tulus minta maaf.

"Eh, iya. Nggak apa-apa. Tapi emang kenapa sampai parno gitu?"

"Akhir-akhir ini gue ngerasa kayak lagi diawasin. Takut banget."

"Kemarin gue ikutan ngeronda sama bapak-bapak sama Mas Wisnu juga. Bapak-bapak cerita kalau akhir-akhir ini Pak RT dapat laporan cewek-cewek yang ngekos disini sering ngerasa kayak yang lo rasain."

"Eh? Yang bener lo? Jangan bikin gue merinding dong."

"Salah satunya bahkan pernah ngelapor lihat cowok misterius jalan mondar-mandir di depan kosnya."

"Dave, ih!" Diana jadi makin parno.

"Nah, makanya sekarang jam malam buat nutup portal dimajuin jadi jam 9 dan pos ronda selalu rame. Gue aja udah dapet jadwal ngeronda." kata Dave, "Bilangin sama laki lo tuh yang sering bolos ngeronda."

Muka Diana langsung asem.

"Karena cowok-cowok disini kan terbatas, jadi harus ikut siaga juga."

"Iya, ntar gue bilangin." kata Diana.

Emang ya menggosip sama Dave tuh smooth banget sampai nggak sadar udah sampai di depan kos.

Sampai di depan, Dave sama Diana kaget lihat ada seseorang yang berdiri di depan mereka.

Bawa banyak banget koper.

"Lah? Ngapain nih?" gumam Dave

"Terima kos, kan?" cewek itu malah menatap Diana. Diana mau jawab tapi terpotong.

"Eh, Mbak Dira. Udah datang." Ibu kosnya Diana kelihatan seneng banget.

Dave sama Diana masih melongo.

"Oh, halo, Bu. Saya Dira. Tadi asisten saya udah chat ibu, kan? Kalau saya mulai ngekos hari ini."

"Udah. Yuk, masuk."

"Dira bukannya ceweknya Wisnu ya?" tanya Diana menoleh menatap Dave.

Diana tahu karena Jae sering cerita masalah cinta-cintaan temen-temen satu kontrakannya itu.

Dave langsung ngibrit masuk ke dalam kontrakannya, "MAS NUNU, ADA BINI LO!"

Color PaletteWhere stories live. Discover now