65. Jae & Diana

4.6K 964 483
                                    

Note

Please banget baca sampai habis ya. Banyak pesan yang mau aku sampaikan disini ❤




















Diana merasakan pandangan buram ketika pertama kali ia membuka mata.

Semakin ia mengerjap, semakin jelas. Dia mencoba menggerakkan jarinya.

"Dokter!" Diana tahu itu suara ibunya, "Anak saya sadar! Dokter!"

Cahaya matahari menyapanya lewat jendela kamar. Rasanya hangat.

Berbeda dengan keadaan tiga bulan yang lalu.








🎨🎨🎨







"Syukurlah, pasien berhasil melewati masa koma." kata Dokter, "Untuk saat ini, kami akan terus pantau agar kondisinya semakin membaik."

"Alhamdulillah." kata Ayah dan Ibunya Diana bebarengan.

"Mbak Diana, terima kasih ya sudah mau bertahan." kata Dokter tersebut tersenyum.

Diana mengangguk pelan.

"Saya permisi ya." kata Dokter tersebut.

"Ya Allah, Nduk. Ibu khawatir banget!" kata Ibunya Diana histeris.

"Bu," Ayahnya Diana memperingatkan agar jangan terlalu bersemangat, "Ruby, kan baru saja sadar. Kasih ruang biar tenang dulu."

Mendengar kata 'Ruby', Diana kemudian seperti mencari seseorang.

"Butuh apa?" tanya Ayah, "Biar Ayah carikan."

"Jae..." kata Diana lirih, "Dimana?"

Ayah dan Ibu Diana berpandangan.

🎨🎨🎨

Diana masih terus mencari Jae tetapi kedua orang tuanya seperti menghindari menjawab pertanyaan Diana. Mereka bilang, Diana harus fokus dulu pada tahap pemulihan.

Hingga pada suatu sore, ibunya Diana tidak sampai hati dan kemudian memulai bercerita, "Selama hampir tiga bulan kamu koma, dia nggak pernah absen untuk jagain kamu." katanya sambil memijat pelan tangan Diana, "Dia baik sekali. Sering baca doa juga."

"Dia sopan dan juga ramah." kata Ibu.

"Awalnya Ibu nggak kasih tahu Ayah kalau dia pacarmu. Tapi Ayah paham sendiri."

"Ibu sengaja nggak kasih tahu dulu masalah perbedaan agama diantara kalian tapi lagi-lagi Ayah tahu sendiri. Ayah tahu lewat cara dia berdoa berbeda dengan kita. Apalagi dia juga pakai kalung salib."

"Terus?" tanya Diana.

"Ayah nggak marah. Cuman dia takut." kata Ibu.

"Takut kalau kamu bakalan terluka lagi karena perbedaan kalian." kata Ibu, "Nduk, Ayahmu itu khawatir sekali sama kamu."

Diana terdiam.

"Coba kamu pikirkan sekali lagi." kata Ibu, "Menjalani hubungan beda agama itu sangat berat."

"Semua masalah kalau udah bawa agama, itu tanggung jawabnya besar. Bukan cuman di dunia lagi, tapi di akhirat." kata Ibu sambil mengelus rambut Diana, "Sekarang, Ayah dan Ibu kembalikan ke kamu. Kamu sudah dewasa untuk ambil keputusan dan lagi seharusnya di umurmu ini, kamu sudah nggak main-main dalam menjalin hubungan."

Color PaletteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang