61. Rahasia Arjuna

3.6K 906 148
                                    

"Sudah tiga hari Pak Ajun nggak ngajar." kata perempuan paruh baya yang biasa dipanggil Bu Har, "Bu Diana juga."

Jae dan Bian berpandangan.

"Anak-anak TK sedih sekali dan berulang kali tanya kapan mereka berdua kembali mengajar." Bu Har menaikkan kacamatanya, "Mereka berdua tuh disayang sekali sama anak-anak."

"Apa ibu nggak bisa menghubungi?" tanya Bian, "Maksud saya, menghubungi Ajun."

Bu Har menggeleng, "Tidak bisa."

Jae mengusap wajahnya. Dari awal lelaki itu sudah merasakan firasat buruk ke Ajun.

Ditambah cerita Dira yang waktu itu mengatakan feelingnya juga nggak enak setelah Dira memergoki Ajun berdiri di depan kamar Diana dan Stella pas liburan waktu itu.

'Gue ngerasa aneh sama Ajun, Kak.' kata Dira waktu itu.

'Dia aneh banget. Gue ngerasa dia punya rencana buat misahin lo dan Diana. Tapi gue nggak bisa 'baca' akhir-akhir ini.'

Kembali ke topik.

Dan kekhawatiran Jae terbukti karena setelah sempat berantem tiga hari yang lalu, Ajun menghilang. Diana juga belum kembali.

"Apa sesuatu yang buruk telah terjadi?" tanya Bu Har dengan wajah khawatir, "Ngomong-ngomong, kalian ini siapanya Bu Diana?"

"Saya temannya," kata Bian lalu berdehem sebentar, "Kalau ini...pacarnya, Bu."

Bu Har tampak terkejut, "Omo, omo. Bu Diana sudah punya pacar? Saya kira masih single. Saya sering menjodoh-jodohkan Pak Ajun sama Bu Diana."

Jae diam saja dan Bian ketawa canggung.

"Tapi memang Pak Ajun kelihatan sekali kalau menaruh rasa suka ke Bu Diana."

Tiba-tiba Jae pamit keluar karena menerima telepon dari asistennya, "Saya pamit keluar dulu, Bu."








🎨🎨🎨








"Udah ada kemajuan?" tanya Jae mengawali percakapan.

Asistennya Jae, atau kita sebut saja Jhon, menatap Jae lalu berkata, "Saya mendapat informasi baru. Kalau laki-laki bernama Arjuna itu pernah melakukan tindak kejahatan sebelumnya. Coba kalian baca dulu."

Bian dan Jae tentu saja kaget.

"Ini.....apa?" kata Jae nggak mengerti.


"Kisah hidup Arjuna dan adiknya pernah diberitakan oleh media tapi kemudian terlupakan."

"Arjuna dan adiknya ini tumbuh dalam keluarga yang serba kekurangan. Ayahnya dipecat karena PHK besar-besaran dan uang pesangonnya nggak cukup buat menutupi kebutuhan sehari-hari. Ibunya cuman buruh pabrik."

"Arjuna menderita penyakit jantung bawaan sejak lahir. Jadi agak berbeda dari anak yang lain. Karena berbeda, sering dibully sama teman-temannya. Sering dikatain penyakitan."

"Orang tuanya kemudian nggak sanggup lagi. Mereka mencoba bunuh diri bersama." kata Jhon sambil menunjukkan berita percobaan bunuh diri satu keluarga, "Tapi dia dan adiknya selamat."

Jae dan Bian speechless.

"Karena keluarganya yang lain tidak bisa dihubungi, sebuah yayasan peduli anak menampung mereka. Bahkan, mendanai operasi tranplantasi jantung Ajun dengan bantuan penggalangan dana."

"Tapi di tahun berikutnya, Ajun mulai bermasalah. Dia hampir menyelakai semua penghuni panti dan mencoba membawa kabur uang yayasan."

"Oh, Shit!" kata Bian, "Nih orang sakit jiwa kayaknya."

Jhon lalu scroll portal berita di PC nya, "Tapi kemudian dia dibebaskan dari hukuman karena panti tersebut terbukti melakukan pelecehan dan diskriminasi."

"Pelecehan?" kata Jae semakin nggak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Iya. Semenjak orang tuanya meninggal dia jadi pendiam. Terus sejak SMP, perangainya berubah. Dia jadi apatis yang mengarah pada gangguan kepribadian."

"Karena bermasalah, mereka pindah dan panti memberikan sejumlah uang pada mereka." kata Jhon, "Saya sudah cek ke pantinya tapi ternyata sudah tidak beroperasi. Tapi untungnya orang-orang sekitar bisa dimintai keterangan. "

"Ini foto adiknya."

"Lah? Mirip banget sama adiknya." kata Bian takjub saat Jhonny memberikan foto Ajun dan Adit.

"Adiknya sering dapat perlakuan kasar dari Arjuna kalau apa yang dia inginkan gagal atau tidak berjalan sesuai rencana."

"Psiko ya nih orang? Gila anjir! Tampilannya manipulatif banget!" kata Bian heboh, "Gue berasa lagi nonton film."

"Bi, lo bisa diem bentar gak sih?" kata Jae pusing denger ocehannya Bian.

Bian langsung mengunci mulutnya 🤐.

"Tetangganya sering melihat adiknya babak belur dan dikurung di dalam rumah." kata Jhon melanjutkan.

"Arjuna pernah dilaporkan ke polisi oleh tetangga sebelah rumahnya karena curiga adanya kekerasan tapi kemudian lagi-lagi dibebaskan karena adiknya tidak bersaksi demikian."

Kedua tangan Jae mengepal, "Beneran cari mati nih orang sama gue."

Tiba-tiba HP Jae berdering.

"Halo?"

"Halo, Pak Jaenandra. Saya dari kepolisian. Baru saja kami sudah bisa melacak keberadaan pelaku dan korban melalui nomor ponsel."

"Bang, mau kemana????" teriak Bian waktu Jae langsung pergi gitu aja.

Jhon menatap Bian dengan tatapan tanda tanya ketika Bian masih belum beranjak juga dari duduknya.

"Bentar, lagi fokusin otak." jawab Bian seakan tahu arti pandangan Jhon, "Lagunya Red Velvet yang judulnya Psycho muter di otak gue."

Jhon to Jae :

Jhon to Jae :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Color PaletteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang