🌻MBBIS🌻04

81.8K 4.8K 137
                                    

Happy reading🌹



PRANG!!

"APA LAGI INI ARLAND?! KAMU BERBUAT ULAH LAGI?!" bentak Arnold benar-benar marah. Pria paruh baya itu sampai membanting guci besar yang tergeletak diatas lemari kaca.

Laki-laki yang dimarahi itu malah santai sembari menghisap benda mematikan dibibirnya. Apalagi kalau bukan merokok.

"ARLAND!!" bentak Arnold sangat geram. Ini sudah kesekian kalinya Arland mendapatkan surat panggilan orang tua. Padahal guru-guru sepakat ingin semua anak yang ikut tawuran diskros, namun kalau diskros, mereka nantinya akan tawuran kembali nantinya, jadilah para guru hanya bisa memberikan surat panggilan dan itu harus sampai ke orang tua mereka.

"Kenapa? Kalau gak mau dateng gak usah!" kata Arland menatap sang ayah santai.

"Kalau begini terus kelakukan kamu, kamu mau jadi apa hah?!" bentak Arnold meremas surat itu dengan dengan marahnya.

Mata Arland menatap tajam sang Papa. Selama ini ia hidupnya layaknya sebatang kara, sang ayah hanya sibuk dengan pekerjaannya dan juga istri barunya itu. Uang yang ia dapatkan pun itu dari hasilnya sendiri, bukan dari sang papa.

"Peduli apa Papa? Apa pernah Papa peduli sama aku? Gak pernah, Pa! Bahkan saat Mama pergi pun Papa lebih milih wanita busuk itu dari pada kami!" teriak Arland berdiri, menghadap sang Papa kini yang memandangnya penuh kilatan marah.

"Jaga mulut kamu! Papa sudah bilang waktu itu Papa sibu--"

"Sibuk sama pacar baru Papa?! Iya?!" cecar Arland emosi.

"Apa Papa pernah nanya kabar kami waktu disini?! Enggak! Bahkan Papa dengan seenaknya menyuruh orang buat jagain kami. Kami gak butuh, Pa!" kata Arland berkata pedih. Jika tidak karna sang ibu, mungkin Arland tidak akan mau tinggal bersama sang Papa. Namun, itulah permintaan terakhir dari ibunya.

Arnold terdiam, ia tidak menyangka anaknya ini akan menjadi sosok pembangkang.

"Kenapa diem? Benerkan?" kata Arland sinis.

"Kam--"

"Mas, sudahlah." itu suara Siska, bahkan wanita itu tidak tahu malunya keluar dengan pakaian tidur tipis dan minim.

"Anak ini sudah keterlaluan! Aku tidak pernah mendidiknya seperti ini," ujar Arnold menatap tajam Arland.

Siska bahkan sempat tersenyum menggoda ke arahnya. "Mungkin ibunya tidak mendidi--

"JANGAN BAWA MAMA GUE, SIALAN!" sela Arland berteriak nyaring. Demi apapun ia tidak akan segan-segan membunuh wanita ular didepannya ini jika wanita itu sampai menjelek-jelekan nama ibunya.

"ARLAND! JAGA BICARA KAMU! DIA MAMA KAMU!" teriak Arnold dengan tangan yang mengepal erat.

"Mama?" sinis Arland meremehkan. "Gue gak punya Mama sialan kek dia, jangankan anggap Mama. Gue bahkan gak anggep dia, MANUSIA!"

PRANG!

Sekali lagi, guci mahal itu terakhir dilantai. Siska memasang wajah sedihnya, sedangkan Arnold menatapnya dengan tatapan membunuhnya.

"Anak tidak tau diuntung! Man--"

"Cih, belain aja wanita ular itu!" bentak Arland berlalu pergi.

Arland semakin muak, lebih baik ia tidur diapartemennya dari pada harus disini bersama wanita ular itu.

"Arland! Papa belum selesai bicara!!" teriak Arnold ketika Arland dengan santainya memilih pergi dan mengabaikan teriakan sang Papa.

My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now