🌻MBBIS🌻25

59.9K 3.3K 140
                                    

Happy reading🌹


Sungguh jika disuruh memilih ia lebih memilih tidak mau ikut siapa-siapa saat itu juga. Bukannya ia menolak, hanya saja ia ingin menghargai kedua cowok tersebut. Dan tentunya tidak ingin membuat masalah.

Padahal waktu ia melepaskan cekalan tangan Arland ia juga melepaskan cekalan tangan Alex. Namun, Alex segera kembali menggenggam tangannya. Seolah-olah ia hanya ingin bersama laki-laki itu dan menolak Arland.

Sungguh ia tidak bermaksud demikian. Tapi kenapa dirinya merasa bersalah. Mengapa dirinya harus merasa khawatir? Merasa bahwa cowok itu akan marah kepadanya.

"All, lo gak papa kan?"

Alle pun terlonjak kaget. Ia sampai melupakan keadaan seseorang disampingnya gegara pemikiran barusan.

Alle pun menoleh pada Alex yang tengah menyetir mobilnya. "Sorry, gue ngelamun." kata Alle merasa tidak enak.

Ya, kini ia berada didalam mobil Alex. Padahal niatnya cowok itu ingin mengajaknya makan, namun Alle menolak secara halus kalau ia capek dan ingin pulang saja. Dan Alex dengan pengertiannya langsung mengangguk mengiyakan.

"Gak usah di inget soal tadi, pasti lo kaget waktu liat orang tawuran." ujar Alex sesekali melirik Alle.

"Kenapa harus tawuran?" tanya Alle penasaran. Apakah masalah tidak bisa diselesaikan secara baik-baik? Apa dengan otot saja masalah akan selesai.

"Biasa, All. Namanya juga cowok." jawab Alex santai.

Alle menghela nafas kasar. "Tapi gak gini juga. Kalian gak ngebayangin akhir nantinya? Pasti akan banyak korban." tutur Alle berusaha memberi pengertian.

Senyum manis terbit dibibir cowok berambut pirang itu. "Gak usah khawatir, gue bisa jaga diri kok." kata Alex dengan pedenya.

Alle lantas berdecih pelan. Pasti cowok itu mengira ia mengkhawatirkan cowok itu. Disaat lamunannya, ia seketika teringat akan Rangga.

"Lex, lo liat Rangga gak?"

Alle yakin bahwa Alex tahu. Karna Alle temen Rangga bahkan mereka sangat dekat. Entah pemikiran dari mana itu.

"Dia gak bilang sama lo?" tanya Alex menoleh ke Alle dengan wajah sok seriusnya.

Alle dibuat bingung seketika, namun gadis itu kemudian menggeleng. "Hapenya gak aktif dari tadi. Padahal gue mau minta jemput." ujar Alle melipat tangan di dada.

"Dia cabut duluan, katanya ada urusan sama yang lain." kata Alex sama sekali tidak memberi jawaban atas kebingungan Alle saat ini.

"Kalian biasanya nongkrong dimana?" Alle ingin tahu, siapa saja jawaban yang Alex akan berikan berbeda dengan yang diberikan Arland waktu itu.

"Tempat biasa anak muda nongkrong." jawabnya sama sekali tidak memuaskan Alle.

"Club maybe." ujar Alle tiba-tiba.

Alex malah tertawa renyah kemudian memberhentikan mobilnya tepat dihalaman rumah Alle. "Besok tanggal merah kan, gue mau nagih janji buat jalan berdua sama lo." kata Alex tersenyum disela kesempatan emas barusan.

Alle juga baru tersadar bahwa besok adalah tanggal merah dan artinya libur yang sangat membosankan nantinya. Apa salah jika ia jalan bersama seorang laki-laki sedangkan saat ini ia sudah mempunyai pacar?

Seketika ingatannya kembali pada dirinya dan Arland. Dan itu membuat Alle meringis pelan, karna secara tak langsung ia sudah membohongi Rangga dengan jalan bersama Arland waktu itu.

My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now