🌻MBBIS🌻64

45.3K 2.5K 433
                                    

Happy reading🌹


"Hey jalang,"

Allea tersentak pelan, kemudian berbalik dan mendapati Thalia yang kini sudah bersedekap angkuh memandangnya.

"Wow.. Gue pikir lo cuma rakus, ternyata udah ganti peran," sinis Thalia menatap Alle remeh.

"Gue gak punya waktu buat dengerin bacotan, lo," kata Allea datar bersiap berbalik.

"Kenapa? Takut kelakuan busuk lo terbongkar?" ujar Thalia sengaja meninggikan suaranya.

Ini masih di depan gerbang, dan otomatis banyak murid-murid yang masih duduk santai menunggu bel masuk. Terutama di parkiran.

"Pengumuman! Buat para cowok, harap hati-hati sama mantan ketua osis kita ini. Ternyata dia gak lebih dari seorang jalang yang cuma morotin cowok!" teriak Thalia nyaring.

Allea mengepalkan tangannya kuat. "Gak usah ikut campur sama urusan hidup gue!" tekan Allea berusaha sabar.

"Haha.. Bener kan? Cowok lo lagi kritis, lo malah enak-enakan sama mainan baru. Dan, parahnya setelah sadar langsung di putusin. Lo ngotak gak sih?!"

Allea menutup rapat matanya sejenak. Walaupun matanya tertutup, Allea masih dapat mendengar cibiran bahkan cacian orang-orang kepadanya. Sungguh, rasanya ia ingin menangis saat ini juga.

"Udah berapa kali di pake, hah?"

Plak!

"Jaga mulut lo! Dan berhenti ikut campur urusan gue!" bentak Allea dengan amarahnya.

"Gak usah main tangan jalang!" teriak Thalia bersiap menampar Allea balik, namun seseorang langsung menahannya.

"Lepas Arland! Gue mau bikin perhitungan sama si jalang ini!" teriak Thalia memberontak.

"Minggir!" dingin. Bahkan, Arland dengan sengaja mendorong Thalia sehingga gadis itu terhuyung ke bawah.

Allea masih bisa melihat jelas luka memar di tangan, sudut bibir, dan wajah. Tangan cowok itu masih di gips. Ya, Allea tau itu. Bahkan katanya gips itu tidak boleh di lepas selama 3 bulan lamanya.

Namun, Allea langsung tersadar. Dengan cepat ia berbalik guna menghindari tatapan dingin itu.

"Jelasin sekarang atau gak ada lagi kesempatan kedua!" suara berat itu langsung membekukan Allea.

Allea tau, Arland saat ini tengah berbicara padanya.

Dengan angkuhnya Allea langsung berbalik. "Bukan cuma tangan lo ya yang cacat, tapi telinga lo juga," kata Allea sinis dengan angkuhnya.

Tangan Arland refleks terkepal. "Aku kasih satu kesempatan bu--"

"Mau kasih atau enggak gue gak peduli!" sentak Allea menyela. Mendalami perannya sebagai orang yang paling tidak punya hati di dunia ini.

Semua orang langsung tercengang tak percaya. Menatap lekat-lekat kedua orang yang tengah beradu tatapan tajam itu. Bahkan kawanan Arland sendiri sudah berdiri ingin maju, namun Varel menahannya.

"Denger! Gue udah bilang, gue gak mau sama cowok cacat kaya lo! Harusnya lo mikir kar--"

"All!!" suara Arland meninggi bertepatan dengan tangan kanan cowok itu yang melayang ke udara.

My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now