🌻MBBIS🌻65

50.5K 2.8K 346
                                    

Happy reading🌹



Malam semakin larut dengan udara dingin yang membuat siapa saja menggigil karenanya. Hembusan angin semakin kencang, menandakan malam ini sepertinya akan ada hujan yang akan datang.

Dengan satu tangan yang berfungsi. Cowok berwajah muram itu mengamati foto seseorang dari balik layar ponselnya.

Arland tidak baik-baik saja.

Ia terluka.

Ia kecewa.

Ia mati rasa.

Bahkan rasanya sampai semua apa yang ia alami seperti halusinasi semata. Berharap semuanya akan kembali seperti semula dan baik-baik saja.

Dengan bahu yang sedikit bergetar, Arland memberanikan membuka kotak cincin yang waktu itu ia kecelakaan, ia berikan kepada gadisnya. Namun, Arland tak menyangka bahwa Allea akan mengembalikannya.

Namun, Arland tersadar. Ia menatap miris tangan kirinya yang tak berfungsi. "Ak-ku bingung, All. Aku pikir kamu cuma bercanda. Aku pikir ini cuma mimpi. Aku salah apa, All?" racau Arland tak terkendali.

Bukan cuma wanita yang apabila sedih bisa menyendiri dan menangis. Laki-laki juga, bahkan jika laki-laki itu sampai benar-benar menangis. Di situlah, titik terendah ia berada.

"Apa karna aku terlalu ngekang kamu? Apa kamu udah gak nyaman lagi? Atau apa All?" Arland sama sekali tidak memutuskan kontak matanya pada foto Allea. Berharap foto gadis itu dapat menjawab semua pertanyaannya.

Bayangan Allea dan Alex bersama terus menghantuinya. Membuat hati Arland semakin terbakar dan tak terima. Namun, saat ini ia sama sekali tidak bisa berkutik, melawan? Melawan bagaimana? Secara saja dirinya cacat.

Arland mengusap wajah kasar, merasakan sudut matanya yang berair. "Atau karna aku cacat? Kamu malu, All? Iya, malu?" racau Arland kembali.

Prang!

Arland melempar ponselnya sembarang.

"Kalau kamu malu, aku gak bakal muncul di depan kamu All. Aku gak akan bikin kamu malu! Asal kamu jangan tinggalin aku, All. Jangan," lirih Arland tertunduk di bawah kasur.

Bersandar pada pinggiran ranjang dengan lemah. "Cuma kamu satu-satunya yang aku punya, All. Aku bahkan gak minta apa-apa lagi sama Tuhan. Kecuali, kamu," kata Arland dengan mata yang terpejam erat.

Kemudian cowok itu mengangkat sedikit tangan kirinya. "Tangan sialan! Gegara lo semua hancur! Aww,," ringis Arland merasakan tangannya seperti di patahkan. Sangat sakit dan nyeri.

Namun, bukannya berhenti Arland malah semakin memukul tangan kirinya brutal sehingga merasakan ada darah yang keluar dari tangannya. Mungkin bekas jahitannya terbuka.

Tiba-tiba pintu terbuka lebar, membuat Arland sontak menegakan diri. "Oma? Oma belum tidur?" tanya Arland hendak bangkit, namun seketika nyeri di tangannya membuat cowok memekik.

"Astaga, sayang. Ini kenapa sampai berdarah?" ujar Oma Hilda panik.

Arland menggeleng. "Gak papa, Oma. Kayanya jahitannya kebuka, udah Oma gak usah khawatir," tutur Arland lebar.

"Ayo ke dokter. Soalnya Oma gak bisa menggantikan perban gips'an mu, " kata Oma sangat khawatir.

Arland menggeleng. "Gak usah, Oma. Oma kenapa belum tidur? Ini udah malem Oma," kata Arland lembut seraya memaksakan diri untuk naik ke atas kasur.

Oma Hilda pun turut membantu. "Gimana Oma bisa tidur nyenyak, sedangkan cucu Oma sedang sedih," kata Oma Hilda mengusap rambut Arland lembut.

"Arland gak papa, Oma. Ayo tidur, Oma pasti capek," kata Arland lebih dulu berbaring.

My BadBoy In Sweet ✔️[SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now